Bumbu racikan sudah lama dikenal sebagai bahan utama atau esensial yang wajib tersedia di dapur untuk memudahkan proses memasak. Bumbu racikan akan menghemat waktu untuk memproses hidangan, sekaligus berkontribusi dalam membuat masakan menjadi lebih lezat. Bumbu racikan bisa dibuat sendiri dengan bahan-bahan yang mudah ditemukan di pasar maupun dibeli di berbagai toko online dan offline. Namun, tahukah anda sejarah dan siapa yang pertama kali menemukan atau menciptakan bumbu racikan ini?
Berawal Dari Garam Dan Cuka
Sejak era kuno sebenarnya orang telah mengenal bumbu sederhana yang ditujukan untuk memperkaya cita rasa makanan. Orang menggunakan garam yang diperoleh langsung dari laut untuk meningkatkan rasa dan daya simpan makanan. Selain garam, bumbu pertama yang digunakan sejak zaman kuno adalah cuka. Nama cuka berasal dari bahasa Prancis “vin aiger” yang artinya anggur asam. Saat itu cuka digunakan sebagai obat dan bahan tambahan makanan.
Kemudian memasuki era Romawi Kuno, penduduknya menyukai bumbu dan mereka membuat banyak saus untuk dicampurkan dalam makanan. Saus ini diperoleh dengan menambahkan sedikit garam atau cuka. Ini menjadi cikal bakal terciptanya bumbu racikan. Salah satu saus yang paling umum digunakan oleh bangsa Romawi adalah saus ikan yang disebut liquamen. Bangsa Romawi juga membuat saus mint dan mulai mencampurkannya pada sayuran seperti sawi.
Menghasilkan Bumbu Mustard
Kemudian memasuki abad petengahan, bangsa Eropa menciptakan bumbu yang populer yaitu mustard. Mustard merupakan bumbu khas Eropa yang saat ini dikenal dengan warnanya yang kuning dan kecoklatan. Tidak seperti sekarang yang mengenal mustard dalam kemasan botol serta bumbu berbentuk kental seperti selai, dahulu mustard hanyalah bumbu yang diciptakan masyarakat Inggris berupa bubuk kasar dan rasanya tidak terlalu kuat.
Selanjutnya pada tahun 1720, Nyonya Clements dari Durham mulai membuat bubuk mustard yang lebih halus. Bubuk ini jika dicampurkan dengan air akan menghasilkan konsistensi seperti pasta. Rasa mustard ini pedas dan panas yang kemudian menjadi populer hingga kota Durham dianggap sebagai pusat industri mustard. Selama berabad-abad mustard dijadikan bumbu masakan sekaligus obat herbal.
Bumbu Semakin Beragam
Pada abad-abad selanjutnya penemuan bumbu semakin beragam. Dimulai ketika abad ke-16, bangsa Italia menemukan saus pesto. Saus pesto dibuat dari bahan dasar daun basil yang segar dan wangi. Selanjutnya jenis bumbu baru ditemukan pada abad ke-17 termasuk béchamel dan chasseur. Bumbu ini berasal dari India yang kemudian di ekspor ke Inggris pada abad yang sama. Kemudian masyarakat Cina juga menciptakan bumbu racikan kecap yang terbuat dari kacang kedelai dan menjadi populer di Eropa terutama Inggris.
Lebih lanjut, kecap mulai banyak digunakan dalam berbagai masakan terutama untuk hidangan ikan hingga ditemukannya saus tomat. Orang Inggris yang menggunakan kecap dan saus tomat seringkali menambahkan bahan lain untuk membuat rasanya lebih lezat.
Sementara di Prancis, mayones pertama kali ditemukan tahun 1756. Namun, sampai saat ini belum bisa diketahui dari mana tepatnya mayones tersebut berasal. Dari penemuan mayones, kemudian dikembangkan bumbu bernama Saus Hollandaise yang terbuat dari mentega cair, kuning telur, jus jeruk dan cuka.
Pada abad ke-19 bumbu modern mulai diproduksi. Secara massal pabrik-pabrik menciptakan berbagai bumbu untuk dijual secara luas. Beberapa jenis bumbu yang laris seperti saus tomat dan saus HP (brown sauce) yang ditemukan pada akhir abad ke-19.
Kemudian dalam beberapa tahun menjadi langkah pengembangan saus secara bertahap. Tahun 1835 ditemukan saus Worcester yang dibuat oleh John Lea dan William Perrins. Tahun 1860 diracik saus lobak dan dikemas dalam botol yang beredar di Amerika Serikat. Saus tabasco selanjutnya diciptakan oleh Edmund Mcllhenry pada tahun 1868. Hingga di tahun 1914 masyarakat dunia akhirnya mengenal saus salad yang hingga kini masih populer.
Mulai Menggunakan Pemanis
Selain menggunakan bahan-bahan untuk membuat makanan menjadi lebih gurih, orang juga mulai mencari cara untuk mempermanis hidangan mereka. Sejak zaman Mesir Kuno sebenarnya orang sudah mengenal madu yang dinilai sangat berharga. Kadang madu dijadikan mata uang atau diberikan sebagai tanda penghormatan kepada raja. Madu saat itu juga dimanfaatkan untuk membuat minuman beralkohol yang disebut mead.
Di sisi lain, di wilayah Asia Selatan pemanis makanan yang digunakan adalah tebu. Mengetahui tebu yang berguna untuk banyak makanan dan minuman, orang Arab dan Eropa pun mengambil bibit tebu dari Asia Selatan dan mulai menanamnya. Akhirnya tebu mulai diolah menjadi gula yang pertama kali dibuat oleh ahli kimia Jerman bernama Andreas Marggraf tahun 1747.
Selanjutnya, jenis gula lain ditemukan pada tahun 1879 oleh Constantine Fahlbefg yang dinamakan sakarin. Gula saat itu dijadikan pelengkap untuk membuat bumbu racikan dapur, termasuk dalam membuat saus menjadi lebih kaya rasa.
Bumbu Racikan Kuliner Indonesia
Di Indonesia, bumbu racikan sudah ada sejak abad ke-19, namun belum diketahui siapa yang mengembangkannya pertama kali. Bumbu racikan saat ini dikenal juga dengan nama bumbu dasar. Meskipun bumbu racikan sudah ada dalam bentuk kemasan, sebenarnya bumbu ini dapat diracik sendiri agar memastikan bahan yang digunakan lebih sesuai dengan selera. Seringkali juga bumbu racikan yang dibeli memiliki daya simpan yang lebih singkat terutama produsen bumbu racikan yang menggunakan rempah yang kurang berkualitas.
Di Indonesia, bumbu racikan pasti meggunakan bahan utama rempah-rempah utuh yang saling dipadukan. Terdapat beberapa jenis bumbu racikan yang paling populer untuk kuliner Indonesia, antara lain:
Bumbu Putih
Bumbu putih adalah bumbu dasar yang diracik dengan rempah-rempah seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, garam, merica, dan gula pasir. Semua bahan ini dihaluskan lalu ditumis hingga mengering. Bumbu putih menawarkan aroma yang wangi, segar, dan cenderung membuat masakan menjadi lebih kental. Bumbu putih biasa digunakan untuk memasak gudeg, oseng-oseng, tempe bacem, sayur bobor, opor ayam, mie godog, semur, dan sayur lodeh.
Bumbu Merah
Masyarakat Indonesia memang menyukai kuliner yang bercita rasa kuat, terutama pedas. Bumbu merah dibuat dari bahan rempah seperti bawang merah, bawang putih, cabai merah, terasi goreng, gula merah, dan garam yang menghasilkan bumbu bercita rasa pedas. Bumbu ini bisa dijadikan sambal goreng, campuran memasak gulai, balado, dan pepes.
Bumbu Kuning
Bumbu kuning cenderung membutuhkan paling banyak rempah dibandingkan dua jenis bumbu sebelumnya. Bumbu ini dibuat dari bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, lada, garam, dan gula. Selain itu, untuk memberikan warna kuning alami maka bumbu kuning membutuhkan kunyit, jahe dan lengkuas. Bumbu ini biasanya ditemukan dalam kuliner Indonesia seperti soto, bumbu ayam ungkep, nasi kuning, kari, dan pesmol.
Bumbu Racikan Khusus
Baik itu bumbu putih, bumbu merah, dan bumbu kuning, cenderung dapat digunakan untuk banyak hidangan. Ketiga jenis bumbu tersebut dijadikan bumbu dasar sehingga masih perlu menambahkan penyedap rasa atau rempah lain untuk membuat hidangan. Sementara bumbu khusus saat ini banyak beredar yang ditujukan untuk hidangan secara spesifik.
Bumbu ini dikenal juga sebagai bumbu siap pakai yang dapat ditemukan dalam bentuk bubuk maupun kental seperti pasta. Di Indonesia, bumbu racikan khusus bisa berupa bumbu BBQ, bumbu kari, bumbu cabai, bumbu rendang, bumbu biryani, bumbu nasi goreng, dan lain sebagainya.
Jika anda tertarik untuk membeli bumbu racikan dengan kualitas bahan yang digunakan bermutu tinggi, maka anda bisa membelinya melalui Cairo Food. Cairo Food menyajikan berbagai bumbu racik dari hidangan dari berbagai negara di dunia khususnya negara hidangan khas India, Timur Tengah dan Turki. Bumbu buatan Cairo Food menggunakan rempah-rempah asli yang penggunaannya praktis dan harganya terjangkau.