Hari Gizi Nasional dirayakan setiap tahun pada tanggal 25 Januari. Hari tersebut bertujuan untuk memperingati pengkaderan tenaga gizi Indonesia sejak tahun 1951. Sejak saat itu, pendidikan tenaga gizi menjadi berkembang pesat di banyak perguruan tinggi di Indonesia. Tahun ini adalah ulang tahun ke-61 dari Hari Gizi Nasional. Bagaimana sejarahnya?
Berawal Dari Keprihatinan Menteri Kesehatan
Hari Gizi Nasional diawali dari keprihatinan Menteri Kesehatan RI yang menjabat sejak awal kemerdekaan, yakni Dr. Johannes Leimena. Kala itu Dr. J. Leimena merasa prihatin melihat masyarakat Indonesia yang mengalami kekurangan gizi akibat kemiskinan pasca penjajahan. Alhasil ia menugaskan Prof. Poorwo Soedarmo untuk mengurus dan membentuk Lembaga Makanan Rakyat (LMR).
Tujuan utama dari LMR adalah meningkatkan asupan gizi nasional, mendata rakyat yang mengalami kurang gizi, serta meningkatkan kesehatan masyarakat secara adil dan merata. Saat itu, LMR dikenal pula dengan sebutan Institut Voor Volksvoeding (IVV) yang merupakan bagian dari Lembaga Penelitian Kesehatan atau Lembaga Eijckman.
Mendirikan SDPM
Dikarenakan Prof. Poorwo merasa tidak mampu untuk mengelola lembaga dan memberikan fasilitas maksimal kepada masyarakat jika bekerja secara individu, alhasil ia mendirikan Sekolah Djuru Penerang Makanan atau SDPM.
Sekolah tersebut didirikan untuk membentuk kader-kader gizi yang bisa turun langsung ke masyarakat. Para kader gizi memberikan konsultasi langsung sekaligus menyalurkan bantuan untuk meningkatkan asupan gizi rakyat Indonesia. SDPM dibentuk pada 25 Januari 1951. Dari tanggal inilah kemudian 25 Januari ditetapkan sebagai Hari Gizi dan Makanan Nasional.
Peringatan Hari Gizi Nasional pertama kali dirayakan oleh LMR hingga tahun 1960-an. Kemudian pada tahun 1970-an Hari Gizi Nasional dirayakan oleh Direktorat Gizi Masyarakat hingga saat ini.
Sementara itu, sosok Prof. Poorwo Soedarmo dinobatkan sebagai bapak gizi nasional oleh Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) tahun 1969. Saat itu semboyan Empat Sehat Lima Sempurna juga dicetuskan oleh Prof. Poorwo yang dijadikan sebagai kata pengantar dari setiap kegiatan penyuluhan yang dilakukan.
Berkat kontribusi Prof. Poorwo dalam memperkenalkan, merintis, dan mengembangkan pengetahun tentang gizi di Indonesia, banyak masyarakat yang mulai memiliki minat untuk menggeluti karir sebagai ahli gizi. Ribuan tenaga gizi dengan berbagai tingkatan Diploma sampai Guru Besar bermula dari gagasan dan perjuangan Poorwo Soedarmo. Tak heran, bila beliau juga menerima gelar Bintang Mahaputera Utama sebagai tanda kehormatan dari pemerintah atas jasanya dalam bidang gizi.
Diikuti Dengan Aktivitas Dalam Bidang Gizi Dan Pangan Lainnya
Tak lama setelah SDPM didirikan, kemudian muncul berbagai aktivitas yang berkutat dalam bidang gizi dan pangan. Sebagai contoh, dibentuklah Akademi Pendidikan Nutrisionis tahun 1956 dan Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia tahun 1958. Sejak saat itu banyak lembaga nasional maupun swasta yang mendirikan pusat pendidikan untuk mempelajari kesehatan dan gizi masyarakat.
Semua lembaga tersebut bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi nasional. Dalam tahun-tahun tersebut, semboyan Empat Sehat Lima Sempurna menjadi kata yang populer dan panduan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat.
Meskipun slogan Empat Sehat Lima Sempurna tidak lagi digunakan dan diganti dengan konsep gizi seimbang, namun kalimat ajaib ini telah menjadi tonggak awal yang membuat masyarakat dan pemerintah Indonesia mulai sadar akan pentingnya pemenuhan gizi di tahun 1960-an.
Peringatan Hari Gizi Nasional Ke-62
Tepat pada 25 Januari 2022, Indonesia merayakan Hari Gizi Nasional yang ke-62. Setiap tahun Hari Gizi Nasional mengangkat tema yang berbeda, tergantung dengan situasi yang dianggap prioritas pada tahun tersebut. Tema tahun ini adalah “Aksi Bersama Cegah Stunting dan Obesitas”.
Stunting adalah gangguan pertumbahan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi yang kronis dan infeksi berulang. Anak yang mengalami gizi buruk seperti ini akan terhambat dalam perkembangan otak, metabolisme tubuh, pertumbuhan fisik dan bagaimana ia beirnteraksi dengan sosial. Sedangkan obesitas adalah faktor resiko terjadinya Penyakit Tidak Menular (PTN) yang berbahaya, misalnya penyakit jantung, diabetes mellitus dan hipertensi.
Dua poin dari tema Hari Gizi Nasional ini diangkat untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia yang rentan terhadap stunting dan obesitas. Tak hanya menjadi acara peringatan, Hari Gizi Nasional diharapkan dapat dilakukan berdampingan dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS). GERMAS mencakup olahraga minimal 30 menit per hari, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, tidak merokok, meminimalisir pangan yang tinggi gla, gala, dan lemak. Akan lebih baik jika masyarakat berinisiasi untuk memeriksakan kesehatan secara rutin.
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK)
Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan adalah bagian dari upaya pemerintah dalam mengembangkan pemerataan Gizi Nasional. Gerakan ini diadopsi dari Scalling Up Nutrition (SUN) Movement. Gerakan SUN adalah gerakan global yang dipelopori oleh sekretaris jenderal PBB.
Tujuan gerakan tersebut ialah untuk menurunkan masalah kekurangan gizi pada 1000 hari pertama kehidupan yakni awal kehamilan sampai usia 2 tahun. Di Indonesia, gerakan ini dikenal dengan Gerakan Nasional Percepatan Perbaikan Gizi dalam rangka 1000 hari pertama dalam kehidupan atau Gerakan 1000 HPK.
Gerakan 1000 HPK adalah periode 1000 hari pertama atau periode emas yang menjadi pusat tumbuh kembang janin hingga usia 2 tahun yang mengawali kesehatan anak di masa depan. Jika pada rentang usia tersebut anak mendapat asupan gizi optimal, maka penurunan status gizi anak bisa dicegah dengan baik.
Prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Salah satu prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 menekankan bahwa perbaikan gizi penting bagi masyarakat Indonesia terutama untuk mencegah stunting atau gizi buruk. Dalam setiap peringatan Hari Gizi Nasional, RPJMN 2015-2019 selalu menyusun tema besar yaitu “Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat Berprestasi”.
Dalam setiap peringatan Hari Gizi Nasional, selalu menjadi momen penting untuk mengasah kepedulian dan komitmen dari berbagai pihak untuk meningkatkan pengetahuan akan gizi, menuju bangsa Indonesia yang sehat dan berprestasi.
Dalam periode 2021 ini, perbaikan gizi masyarakat Indonesia menjadi lebih baik setiap tahunnya terutama untuk masalah gizi kurang dan gizi buruk (stunting). Akan tetapi, dikarenakan Hari Gizi Nasional hanya sebagai momen peringatan, sehingga pemerintah terus mempromosikan berbagai program untuk menunjang asupan gizi nasional, misalnya melalui program Indonesia Sehat dan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Demikian sejarah dan fakta seputar dari Hari Gizi Nasional. Meskipun secara nasional perbaikan gizi masyarakat Indonesia telah meningkat, namun hingga saat ini masih ada beberapa daerah yang ketinggalan dalam praktik Hari Gizi Nasional sehari-hari. Oleh sebab itu, setiap lapisan masyarakat penting untuk memahami makna dari Hari Gizi Nasional itu sendiri demi memastikan pemenuhan gizi harian dapat optimal.