Asinan merupakan salah satu kudapan yang melalui proses pengacaran. Proses tersebut melibatkan penambahan garam atau asam cuka (cuka aren) untuk merendam buah atau sayur. Secara umum, terdapat dua jenis asinan yang paling terkenal, yaitu asinan Bogor dan asinan Betawi. Meski sama-sama asinan, keduanya merupakan sajian yang berbeda. Artikel kali ini akan membahas perbedaan asinan Bogor dan Betawi. Simak selengkapnya agar tidak keliru dalam membedakan keduanya.
Mengenal Asinan Bogor
Asinan Bogor merupakan makanan tradisional khas Bogor, Jawa Barat, atau yang diberi julukan sebagai kota hujan. Asinan Bogor ini berupa sayuran, buah-buahan, atau keduanya, yang diberikan bumbu segar dan kuah yang khas. Nama asinan sendiri berdasarkan proses pembuatan asinan yang terlibat, yaitu dengan mengasinkan, mengendapkan, atau perendaman buah dan sayuran pada kuah sambal.
Sajian khas ini terdiri dari tiga varian, yang ketiganya dibedakan berdasarkan bahan utamanya, yaitu asinan buah, asinan sayur, dan asinan perpaduan antara sayur dan buah. Untuk asinan buah khas Bogor, buah-buahan yang digunakan adalah buah-buahan tropis, yaitu apel, bengkuang, kedondong, jambu, mangga, nanas muda, salak, mentimun, pepaya, hingga ubi. Di sisi lain, asinan sayur khas Bogor terdiri atas irisan mentimun, kol, dan tauge.
Asinan Bogor melibatkan proses pembuatan yang tidak terlalu sulit. Ini dimulai dengan merebus cabai untuk kuah asinan. Kemudian, tahap selanjutnya adalah menghaluskan cabai yang telah direbus, bersamaan dengan itu, bumbu-bumbu lainnya juga ditambahkan, seperti cuka, ebi, dan gula pasir yang takarannya disesuaikan.
Seluruh campurannya ditambahkan air agar menjadi sajian kuah yang pedas, asam, dan segar. Setelah menjadi kuah, buah dan sayuran ditambahkan ke dalamnya, dan diaduk hingga rata. Agar kuahnya meresap sempurna, maka buah dan sayuran didiamkan sejenak. Setelah itu, asinan Bogor bisa langsung dinikmati. Asinan khas ini juga menjadi salah satu makanan yang menari bagi para wisatawan yang berkunjung ke kota hujan ini.
Asinan Bogor biasanya dijual oleh pedagang keliling yang menggunakan gerobak, yang menjajakan buah-buahan segar, dan baru dipotong saat pembeli datang. Namun, beberapa penjual juga menjual asinan khas Bogor ini dengan langsung dikemas dalam plastik bening yang diikat dengan karet, yang sudah berisi buah dan kuah asinan. Para pembeli bisa langsung membelinya tanpa harus menunggu asinan tersebut disajikan. Asinan Bogor juga terdapat di beberapa tempat makan yang ada di Bogor.
Asal-usul Asinan Bogor
Asal-usul asinan Bogor masih tidak diketahui dengan jelas. Beberapa sumber menyatakan bahwa sajian ini telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Dikatakan bahwa seorang Kapitan Cina (Pemimpin Cina) yang tinggal di Bogor, yang bernama Tan Goan Piauw, adalah seseorang yang pertama kali memperkenalkan asinan Bogor.
Ia menetap untuk sementara waktu di Bogor, dan memutuskan untuk membangun sebuah gedung yang bernama Gedung Dalam, yang akan dijadikan sebuah penampungan sekaligus memberi fasilitas tempat tinggal bagi bangsa Cina yang baru tiba di Bogor. Seiring waktu, penampungan tersebut menjadi pusat kebudayaan Cina di kota Bogor. Pada tahun 70-an, asinan Bogor pun dijajakan untuk pertama kalinya, dan Gedung Dalam pun menjadi saksi bisu awal mula hadirnya asinan Bogor.
Asal-usul asinan Bogor yang lainnya adalah kuliner ini sudah ada sejak abad ke-17 atau 18. Pada saat itu, Bogor memang menjadi tempat persinggahan dan tempat tinggal bagi para pejabat kolonial Belanda yang mengembangkan Kebun Raya Bogor. Saat itu, asinan dibawa oleh pedagang Tionghoa yang berjualan di daerah Bogor. Asinan Bogor ini pun mulanya diberi nama “rujak Bogor”, bukan asinan Bogor. “Rujak Bogor” pada saat itu dibuat dengan aneka buah-buahan dan sayuran dengan bumbu kacang. Lambat laun, asinan pun diadaptasi dan disesuaikan dengan lidah masyarakat Indonesia.
Bumbu kacang yang mulanya digunakan dalam asinan Bogor, diganti dengan kuah segar yang terbuat dari cuka, air asam, bawang merah, cabai rawit, serta gula. Aneka buah-buahan dan sayuran pada asinan Bogor terdiri dari kol, mangga muda, nanas, mentimun, tauge, dan wortel. Karena telah melalui adaptasi dan penyesuaian, maka asinan Bogor pun turut digemari oleh masyarakat luas, bahkan hingga saat ini.
Mengenal Asinan Betawi
Seperti namanya, asinan Betawi merupakan asinan autentik khas Betawi yang banyak digemari oleh masyarakat luas, mulai dari kalangan muda, hingga orang tua. Asinan Betawi memiliki rasa yang enak, dan telah menjadi populer di beberapa tempat. Asinan Betawi menggunakan sayuran sebagai bahan dasarnya.
Sayuran pada asinan Betawi sangatlah beragam, yang termasuk mentimun, daun tikim, lokio, kol, mentimun, lobak, sawi asin, tahu, dan selada. Asinan Betawi tidak menggunakan kuah, melainkan disajikan dengan bumbu kacang yang terbuat dari kombinasi cabai, cuka aren, kacang, garam, gula merah, dan udang kering.
Meski asinan Betawi tampak sederhana karena hanya berbahan dasar sayuran, pembuatan bumbu kacang pada sajian ini tidaklah mudah agar rasanya pas di mulut. Campuran kacang tanah, air, cabai, air asam atau cuka, gula merah, serta ebi haruslah dibuat dengan tepat. Karena jika tidak, rasanya akan kurang sedap. Bumbu kacang pada asinan Betawi menjadi salah satu kunci dalam kelezatan asinan. Tak heran jika beberapa orang kerap menggunakan kacang mete agar rasa bumbu kacang menjadi lebih gurih.
Asinan Betawi dilengkapi dengan taburan kacang tanah goreng, kerupuk mi kuning, dan kerupuk merah. Kuliner khas Betawi ini umumnya ditemukan pada pedagang keliling yang menggunakan gerobak dorong. Para penjual pun menjual asinan Betawi pada waktu siang hingga sore hari di wilayah Betawi. Akan tetapi, asinan Betawi juga dapat dibuat sendiri di rumah, mengingat saat ini sudah mulai jarang pedagang yang menjual asinan Betawi dengan gerobak dorong, dan kebanyakan dijual di tempat makan atau di toko-toko online.
Asinan Betawi menghadirkan rasa yang kompleks, mulai dari asin, gurih, hingga pedas, yang sangat cocok disantap saat siang hari. Kuliner dengan sayur sebagai bahan dasarnya menjadi bukti bagi masyarakat bahwa kesuburan tanah di Betawi dan Indonesia sangatlah baik untuk membudidayakan beragam jenis sayur.
Asal-usul Asinan Betawi
Sama seperti asinan Bogor, asinan Betawi pun tak memiliki asal-usul yang jelas untuk memastikan bagaimana awal mula sajian ini ditemukan. Namun, terdapat dugaan yang kuat bahwa pengolahan sayur-sayuran menjadi asinan merupakan pengaruh dari pendatang non Betawi di Batavia. Alasan yang mendasari dugaan ini dilihat dari proses fermentasi sawi asin yang direndam dalam air cuka dan asam garam.
Berdasarkan proses pembuatan sawi asin sebagai bagian dari campuran asinan Betawi tersebut, menjadi bukti yang cukup kuat bahwa metode makanan fermentasi tersebut diperoleh dari masyarakat yang berasal dari Tionghoa, Arab, atau India. Tak hanya itu, kerupuk mi kuning yang disajikan bersama asinan Betawi ini pun diduga berdasarkan hasil akulturasi kuliner antara Tionghoa dan Batavia.
Dinyatakan demikian karena kerupuk mi kuning merupakan varian dari model mi yang sering disantap oleh masyarakat Tionghoa. Ini menjadi bukti yang cukup kuat mengenai asal-usul asinan Betawi, yang pada dasarnya merupakan sajian hasil akulturasi kuliner dari penduduk yang pernah tinggal di Batavia.
Perbedaan Asinan Bogor dan Asinan Betawi
Bahan Dasar
Perbedaan utama yang akan langsung disadari oleh masyarakat luas mengenai perbedaan antara asinan Bogor dan asinan Betawi adalah pada bahan dasarnya. Asinan Bogor banyak ditemukan berbahan dasar buah-buahan, yang terdiri dari buah-buahan tropis misalnya apel, bengkuang, mangga, jambu, mentimun, dan lain sebagainya. Asinan Bogor bisa langsung disajikan dengan memotong buah-buahan yang telah matang.
Di sisi lain, asinan Betawi berbahan dasar sayur-sayuran, yaitu daun tikim, lokio, kol, sawi asin, selada, tauge, dan lain-lain. Sayuran pada asinan Betawi pun harus dijaga kesegarannya, dan tidak bisa dimakan mentah. Sayuran juga harus dibersihkan dengan benar agar layak dikonsumsi masyarakat.
Cara Penyajian
Penyajian asinan Bogor dan asinan Betawi juga berbeda. Pada dasarnya, asinan Bogor menggunakan kuah asam yang terbuat dari saripati cabai merah, air, gula pasir, cuka, serta ebi. Sementara asinan Betawi disajikan dengan bumbu kacang di atasnya, yang terbuat dari kacang, Sedangkan, asinan Betawi menggunakan bumbu kacang yang terbuat dari kacang, cabai, cuka aren, garam, udang kering, dan gula aren atau gula pasir.
Rasa
Karena asinan Bogor dan asinan Betawi disajikan dengan cara yang berbeda, maka hal tersebut juga memberikan pengaruh terhadap rasa kedua asinan ini. Asinan Bogor disajikan dengan kuah yang menggunakan cuka sebagai bahan dasarnya, dan dilengkapi dengan cabai merah. Ini menjadi gambaran bahwa asinan Bogor memiliki rasa asam dan pedas, dan ditambah dengan rasa segar dari buah-buahan yang digunakan.
Di sisi lain, asinan Betawi yang disajikan dengan bumbu kacang, memiliki rasa yang berbeda dengan asinan Bogor. Rasa dari asinan Betawi cenderung gurih, pedas, dan manis, karena terdapat campuran gula aren di dalam bumbu kacangnya. Rasa asinan Betawi juga segar karena berbahan dasar sayur-sayuran.
Pengemasan
Selain di tempat makan, asinan Bogor dan asinan Betawi banyak dijual oleh pedagang keliling dengan gerobak. Jika dilihat dengan seksama, kedua jenis asinan tersebut dikemas dengan cara yang berbeda. Asinan Bogor dikemas dengan plastik bening yang diikat dengan karet. Dalam satu bungkus asinan Bogor, buah-buahan dan kuahnya dicampurkan menjadi satu plastik.
Asinan Betawi yang menggunakan bumbu kacang, sama-sama dikemas dengan plastik bening dan diikat dengan karet. Perbedaannya adalah, satu bungkus asinan Betawi, yaitu sayuran dan bumbu kacang dipisah, tidak dicampurkan langsung seperti asinan Bogor. Biasanya terdapat plastik kecil untuk wadah bumbu kacang, lalu plastik besar untuk menempatkan sayuran dan plastik kecil yang berisi bumbu kacang. Sayuran dan bumbu kacang tidak dapat dicampur langsung karena khawatir bumbu kacangnya akan berair sebelum disantap oleh pembeli.
Waktu Konsumsi
Asinan Bogor yang terdiri dari buah-buahan menawarkan rasa yang segar, dan paling cocok disantap dalam keadaan dingin. Asinan Bogor juga tidak terlalu mengenyangkan, sehingga ia dapat dinikmati sebagai menu makanan penutup. Anda bisa menyantapnya sendiri, atau pun ketika sedang berkumpul.
Asinan Betawi adalah sajian yang cukup mengenyangkan meski ini bukan makanan utama. Anda bisa menyantap asinan Betawi di siang hari ketika cuaca sedang panas. Asinan Betawi dapat menjadi ikon kebahagiaan atau kegembiraan bagi masyarakat Betawi, untuk itu, asinan Betawi cocok dijadikan kudapan yang dinikmati saat berkumpul dengan teman atau keluarga.
Asinan Bogor dan asinan Betawi merupakan dua jenis asinan yang begitu populer, dan pada dasarnya, kedua asinan tersebut memiliki ciri khas masing-masing yang menjadi pembeda. Perbedaan asinan Bogor dan asinan Betawi cukup banyak, mulai dari bahan dasarnya, cara penyajian, rasa, pengemasan, hingga waktu konsumsi. Di antara keduanya, mana yang paling Anda sukai? Cari tahu juga perbedaan gulai dan gule melalui tautan berikut.