Mengenal Samgyetang, Sup Ayam Ginseng Khas Korea

Saat dilanda dengan cuaca panas yang membuat tubuh berkeringat, tentunya kita akan menyantap makanan atau minuman dingin sebagai pereda. Namun, alih-alih mengonsumsi makanan atau minuman dingin orang Korea lebih menyukai samgyetang untuk mengatasi suhu panas dan lembab, karena jika mengonsumsi makanan atau minuman dingin, mereka percaya hal tersebut dapat membuat flu. Samgyetang sendiri merupakan makanan andalan bagi masyarakat Korea berupa sup ayam ginseng. Artikel ini akan membahas samgyetang, yang menjadi makanan favorit saat di musim panas. Simak selengkapnya di bawah ini.

Mengenal Samgyetang

Samgyetang (삼계탕), mengacu pada sup khas Korea yang terkenal, Sam berarti ginseng, gye adalah ayam, dan tang merupakan sup, sehingga jika diterjemahkan menjadi sup ayam ginseng. Samgyetang dibuat dengan ayam muda (di bawah 50 hari), lalu perut ayam yang sudah ditiriskan diisi dengan beragam bahan termasuk beras ketan, bawang putih, jujube (kurma Korea) yang sudah dibungkus kain bersih. Ayam direbus di dalam panci berisi air dalam jumlah banyak sampai sekiranya seluruh bagian ayam terendam.

Ginseng digunakan dan dibungkus kain, lalu ditambahkan ke dalam sup. Standar dari bahan-bahan untuk membumbui kaldu sup ini meliputi bawang putih utuh, daun bawang, garam, dan merica. Namun, variasi resep samgyetang lainnya mungkin menggunakan kacang ginkgo, akar milkvetch, dan wolfberry, yang merupakan tambahan obat dalam sup ayam ginseng ini.

Apapun Bumbunya, Tidak Pakai MSG

Standar umum dalam samgyetang ini adalah bahwa ginseng harus berumur enam tahun, namun faktanya, banyak restoran yang kesulitan untuk menemukan ginseng tersebut, lalu digantilah dengan Ungchu atau ginseng berumur empat tahun. Meski kebanyakan dari restoran samgyetang tidak mengikuti standar umum tersebut, ginseng yang berumur empat tahun pun memiliki kandungan saponin, yaitu bahan efektif ginseng, yang tidak jauh berbeda kemampuannya dengan ginseng berumur enam tahun. Beberapa perusahaan juga menggunakan ginseng selama satu hingga dua tahun atau menggantinya dengan Astragalus propinquus yang rasanya serupa.

Sup ayam ginseng ini menggunakan jujube dalam tambahannya, namun beberapa orang percaya pada satu mitos yang menyatakan bahwa makan jujube di Samgyetang berbahaya bagi tubuh Anda. Bahkan banyak orang Korea percaya bahwa jujube tidak boleh dimakan karena menyerap nutrisi yang berasal dari bahan Samgyetang saat dimasak dan direbus.

Ini adalah mitos yang salah dan keliru. Jujube memang dapat menyerap kelembapan dan nutrisi saat proses memasak, namun pada dasarnya samgyetang hanya mengandung bahan-bahan yang baik bagi tubuh, sehingga tidak perlu khawatir dan tidak perlu membuang jujube, karena itu bisa dimakan.

Samgyetang biasanya disantap pada hari-hari musim panas. Samgyetang dikenal sebagai sup ayam yang sehat, yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, dan efektif dalam penyembuhan. Bahan-bahan seperti jujube (kurma Korea), beras ketan, ginseng, bawang putih, serta ayam muda utuh adalah bahan-bahan yang memberikan manfaat kesehatan yang beragam.

Di Korea, sup kaldu bening umumnya disajikan tanpa garam, begitu pula dengan samgyetang. Di beberapa restoran yang menyediakan samgyetang sebagai salah satu menunya, Anda akan menemukan wadah kecil berisi garam yang dapat ditambahkan ke dalam samgyetang sesuai selera. Ini adalah hal umum yang biasa terjadi, karena kaldu samgyetang mungkin saja tidak berbumbu sama sekali, sehingga Anda bisa menambahkan garam sebanyak yang Anda inginkan. Meski kaldu samgyetang tidak berbumbu, namun rasa ayam dan ginseng cukup kuat untuk memberikan rasa yang khas.

Samgyetang pada dasarnya bukanlah makanan cepat saji. Ini terdiri dari ayam utuh, dan di beberapa restoran menyajikan satu panci batu besar yang berisi ayam utuh, dan sendok di samping mangkuk. Sendok ini yang nantinya digunakan sebagai pemisah antara daging dan tulang dari sup. Sendok juga digunakan untuk menyendok porsi kecil ke dalam mangkuk. Samgyetang akan disajikan dengan lauk pauk tradisional, dan tumis sayam ampela bawang putih (biasanya salah diidentifikasi sebagai rektum ayam).

Samgyetang merupakan sup ayam ginseng yang termasuk ke dalam makanan terkenal di Korea, yang menduduki urutan ke lima setelah makanan pokok Korea lainnya, seperti samgyeopsal, kimchi, tteokbokki, dan bibimbap. Jajak pendapat online ini dilakukan oleh Pemerintah Metropolitan Seoul terhadap hampir 2.000 orang asing, dan menilai samgyetang sebagai makanan terpopuler kelima.

Sejarah Samgyetang

Orang Korea selama Dinasti Joseon (1392-1897) menikmati banyak hidangan sup ayam yang serupa dengan Samgyetang, yaitu Yeongyetang, Chonggyetang, dan Hwanggyetang. Menyajikan sup ayam dengan daging ayam muda telah menjadi kebiasaan bagi mereka. Sup ayam tersebut disaikan kepada para tetua selama hari-hari musim panas, ayam direbus dengan akar milkvetch dan kaldunya disajikan kepada ratu yang sakit pada masa pemerintahan Raja Injo.

Namun, saat ini terdapat hidangan khas Korea yang sangat mirip dengan samgyetang, yang bisa ditemukan di Joseon Yorijaebeop (조선 요리제법). Pada tahun 1917, professor Ewha Womans University menulis buku masak Shinyoung Bang yang berisi segala macam informasi mengenai cara membuat aneka masakan masakan tradisional Joseon.

Buku tersebut menyajikan informasi yang menyatakan bahwa Dakguk (닭국) atau sup ayam, dibuat dengan cara mengeluarkan isi perut ayam dan mengisi bagian dalamnya dengan tiga sendok beras ketan dan satu sendok bubuk ginseng, dilanjutkan dengan mengikat bukaan ayam dan merebusnya dengan sepuluh mangkuk air.

Selama masa kolonial Jepang, pejabat Jepang yang menyelidiki budaya bekas Joseon mencatat bahwa keluarga kaya merebus ayam dengan bubuk ginseng di bagian dalam perut ayam, dan menggunakan kaldu sebagai obat di musim panas. Kemudian, di tahun 1940-an, hidangan tersebut mulai diperkenalkan melalui restoran-restoran dengan nama Gyesamtang (계삼탕), dan di tahun 1950-an, istilah tersebut muncul untuk mendeskrisikan Gyesamtang sebagai sup ayam ginseng.

Seiring waktu, Korea memiliki lemari es modern yang memungkinkan mereka menggunakannya untuk mengawetkan ginseng utuh alih-alih menggunakan bubuk ginseng pada Gyesamtang. Di tahun 1960-an, para penduduk Korea lebih sering mengisi perut ayam dengan ginseng utuh dibandingkan bubuk ginseng, dan itu berlaku hingga saat ini. Karena Gyesamtang ini mengandung ginseng yang dipercaya akan khasiatnya, maka penduduk Korea ingin menekankan bahwa hidangan tersebut memiliki efek obat yang berasal dari ginseng, sehingga sejak saat itu, orang-orang milai menyebut Samgyetang (sup ayam ginseng) alih-alih Gyesamtang (sup ayam ginseng).

Kepercayaan Orang Korea terhadap Samgyetang

Secara historis, penduduk Korea percaya bahwa cara terbaik untuk mengatasi suhu lembab dan panas di musim panas Korea adalah dengan membuang suhu panas atau keringat di dalam tubuh seseorang. Musim panas akan membuat seseorang berkeringat, lalu saat keringat menguap, seseorang akan merasakan sensasi dingin pada tubuhnya.

Meskipun ini bukan metode yang paling ilmiah untuk mengatasi suhu panas dan mendinginkan tubuh, namun cara ini telah dilakukan bertahun-tahun selama Dinasti Joseon, dan telah menjadi budaya yang secara luas diterima oleh masyarakat. Hal ini juga menjadi alasan mengapa banyak para penjual yang menjual makanan panas dan pedas selama hari-hari terpanas di Korea, yang biasanya berlangsung antara akhir Juni hingga akhir Agustus.

Dari sinilah, orang Korea memiliki kebiasaan menyantap Samgyetang saat di musim panas dengan tujuan untuk mengisi kembali nutrisi yang hilang melalui keringat dan aktivitas fisik. Sup ayam ginseng Korea ini akan disantap pada hari Sambok (삼복), yang merupakan tiga hari berbeda dalam kalender lunar, yaitu Chobok (초복), Jungbok (중복), dan Malbok (말복), yang merupakan hari-hari paling panas dan paling gerah di Korea.

Manfaat Samgyetang

Samgyetang dipercaya sebagai sup ayam ginseng yang menawarkan beragam manfaat bagi tubuh. Mulai dari bahan utama, hingga bahan lain yang digunakan. Sebagai bahan utama, ayam merupakan bahan makanan yang padat protein, yang berperan dalam meningkatkan imunitas tubuh. Karena sel-sel kekebalan dalam tubuh kita terdiri dari protein, mengonsumsi protein tambahan sangat penting untuk menjaga kesehatan selama musim panas.

Ini yang menjadi alasan mendasar mengapa orang Korea menyantap samgyetang di musim panas. Sementara jika dilakukan sebaliknya, yaitu mengonsumsi makanan dingin selama musim panas untuk mendinginkan suhu tubuh, orang Korea percaya bahwa Anda lebih mungkin terkena flu.

Orang Korea yang sangat menyukai pengobatan tradisional, manfaat dari seluruh bahan samgyetang sangatlah menarik. Bawang putih dapat mendetoksifikasi tubuh, jujube memuaskan dahaga, dan kacang ginkgo berguna dalam melindungi paru-paru yang cenderung melemah karena energi yang rendah. Bahan-bahan berkhasiat tersebut dimasak dengan daging ayam yang merupakan sumber protein dan asam amino esensial.

Tanaman akar ginseng, akar milkvetch, dan bawang putih kerap kali dijadikan bahan tambahan dalam sup ayam ginseng ini. Ginseng terdiri dari saponin, yang berpotensi dalam memperkuat imunitas tubuh secara alami. Sementara akar milkvetch dapat meningkatkan kekebalan dan daya tahan tubuh, serta memiliki efek anti-inflamasi. Di sisi lain, bawang putih mengandung senyawa allicin yang berguna untuk mencegah bakteri luar menyerang tubuh. Senyawa allicin juga dipercaya dapat menjaga kesehatan jantung dan tubuh dengan membuang kolesterol berbahaya.

Dengan kira-kira total 800 kalori, 52 gram lemak, dan 55 gram protein, samgyetang padat nutrisi, dan merupakan obat penyakit ringan. Samgyetang jauh lebih umum di konsumsi di luar, daripada memasaknya di rumah. Bahan-bahan dalam samgyetang sangat baik untuk kesehatan kita. Dalam hal ini, tak heran jika penduduk Korea telah lama menjadikan sup ayam ginseng untuk mengatasi panas di musim panas. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tradisi Korea mencerminkan gagasan dan kebijaksanaan nenek moyang mereka akan hal kesehatan. Di kalangan masyarakat Korea, masakan tradisi lama disebut “kebijaksanaan nenek moyang”.

Di luar manfaat pengobatannya, makanan ini layak menjadi masakan internasional, dan layak mendapat popularitas di restoran Korea pada beberapa negara. Karena sup ayam ginseng ini memiliki manfaat yang luar biasa dalam mengatasi hari yang panas di musim panas.

Cara Menyajikan Samgyetang

Dari indonesia untuk dunia

Di Korea, samgyetang adalah makanan dengan ayam utuh tanpa dipotong untuk setiap porsi, namun satu ayam utuh tersebut juga dapat diperuntukkan bagi dua porsi. Di restoran khusus samgyetang, sup biasanya tidak dibumbui saat dimasak, maka mereka menyajikan samgyetang dengan garam dan merica di sisinya. Ini memungkinkan setiap orang membumbui kaldu sup sesuai selera dan menggunakan sisanya untuk mencelupkan daging.

Daging ayam yang berisi ginseng pada samgyetang memiliki rasa yang enak dan empuk, kuahnya pun terasa lezat sebab ayam dan ginseng dapat memberikan cita rasa khas pada sajian samgyetang. Selain itu, beras ketan yang terdapat dalam perut ayam bersamaan dengan ginseng pun terasa gurih.

Beberapa restoran khusus di Korea Selatan hanya menyajikan samgyetang. Namun di beberapa restoran tertentu, mereka menyertakan samgyetang terkadang sebotol kecil insam-ju (anggur ginseng) atau soju gratis. Samgyetang pada dasarnya merupakan sup ayam ginseng yang istimewa, dan tidak dapat ditemukan pada sup ayam lainnya yang mungkin pernah Anda coba.

Samgyetang memberikan manfaat yang banyak bagi tubuh, mulai dari bahan utama hingga bahan tambahan. Bahan-bahan seperti ayam, bawang putih, ginkgo, jujube, ginseng, dan lainnya dipilih karena memiliki khasiat yang baik. Untuk alasan ini, tak heran jika sup ayam ginseng ini menjadi makanan favorit di musim panas. Tertarik untuk mencobanya? Ingin tahu artikel menarik tentang Korea lainnya? Simak 15 bumbu khas Korea selain gochujang dengan klik link berikut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *