Jika anda penikmat acara kuliner, maka pastinya tidak asing dengan slogan “ rasanya maknyus ” yang dipopuler oleh presenter TV, Bondan Winarno. Meskipun beliau telah meninggal pada 29 November 2017 silam, namun kenangan dan kesan dari beliau tidak akan hilang begitu saja. Almarhum Bondan Winarno dikenal sebagai pakar memasak dan bisa membuat makanan terlihat semakin menggunggah selera. Bahkan setelah kepergiannya, kata-kata maknyus ini masih dipakai oleh banyak orang untuk menggambarkan masakan yang sangat lezat. Tak heran jika masih banyak penggemarnya yang menyukai dan masih penasaran tentang profil dan sosok public figure yang satu ini.
Profil Dan Masa Kecil
Nama lengkapnya Bondan Haryo Winarno, yang kerap disapa Pak Bondan oleh banyak fans-nya. Bondan lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada 29 April 1950. Namun ia dibesarkan dan bersekolah di Semarang. Meskipun tidak sampai lulus, namun Bondan pernah mengambil Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip), Semarang. Ia dikenal sebagai penulis, wartawan, presenter dan bahkan seorang politikus. Namun masyarakat Indonesia paling mengenalnya sebagai presenter acara kuliner di Trans TV yang berjudul Wisata Kuliner. Selain itu ia juga memelopori dan menjadi ketua Jalansutra, yang merupakan komunitas wisata boga yang sangat terkenal di tanah air.
Meskipun bukan seorang chef profesional atau seseorang yang bersekolah di sekolah kuliner terbaik di dunia, namun Bondan Winarno dikenal jago memasak. Hobi memasaknya didapatkan dari sang ibu. Pada awalnya, Bondan yang masih anak-anak menganggap bahwa urusan memasak sangat rumit dan menyebalkan. Apalagi ibunya suka mengajaknya untuk membantu memasak di dapur. Ia adalah anak yang paling sering menemani ibunya memasak, dibandingkan ketujuh saudaranya.
Pada suatu hari, ketika ia masih menjadi anggota Pramuka saat SD, ia berhasil memasak sayur asem untuk teman-temannya. Makanan tersebut dipuji enak oleh semua orang. Ia mendapatkan resep tersebut dari ibunya ketika membantu di dapur. Itulah yang mengawali ketertarikannya dalam bidang kuliner dan menjadi jagoan dalam memasak.
Karir Dan Pekerjaan
Sejak usia 9 tahun, Bondan sudah menjadi penulis lepas. Baginya menulis adalah bagian dari hidupnya. Bondan sudah menulis di berbagai penerbitan ternama, seperti Kompas, Sinar Harapan, Suara Pembaruan, Tempo, Mutiara Asian Wall Street Journal dan lain sebagainya. Kemudian pada usia 20-an akhir tepatnya tahun 1984-1987, ia menjadi redaktur majalah SWA, sebuah majalah bisnis terkemuka di Jakarta.
Kemudian, tahun 1987-1994 ia beralih menjadi pengusaha dan memiliki jabatan sebagai Presiden Ocean Beauty International, sebuah perusahaan makanan laut dari Amerika Serikat. Berikutnya tahun 1998-1999 ia bahkan menjadi konsultan untuk Bank Dunia di Jakarta. Karir selanjutnya dari Bondan ialah sebagai direktur eksekutif dari Organisasi Pelestarian Lingkungan. Kemudian pada tahun 2001-2003 ia bertugas sebagai pemimpin redaksi harian Suara Pembaruan. Bondan Winarno bahkan diketahui aktif sebagai politikus dan menjadi anggota Partai Gerindra sejak tahun 2014.
Gemar Mengikuti Kursus
Mungkin sebagian dari kita bertanya-tanya mengapa Bondan bisa ahli di banyak bidang. Jawabannya tentu saja karena ia gemar mengikuti aneka kursus. Setelah sempat kuliah di Undip, Bondan mengikuti berbagai kursus dan pelatihan, seperti periklanan, pemasaran, manajemen, keuangan, jurnalisme, penerbitan, dan produksi film di dalam maupun di luar negeri.
Secara khusus, dunia komunikasi dan manajemen sangat menarik bagi Bondan. Akan tetapi sejak tahun 2000, wisata dan kuliner menjadi fokus karirnya yang mengantarkan menjadi orang terkenal di layar kaca. Bondan menemukan hal unik dalam dunia kuliner, karena ini adalah bidang yang langsung membutuhkan praktek untuk “dinikmati”.
[the_ad id=”75086″]
“Itu karena saya bersikap terbuka terhadap makanan. Saya tidak punya prasangka terhadap makanan dan selalu ingin mencicipi,” Ujarnya
Kegiatan Lain
Selain berbagai pekerjaan dan karir yang dilakukan, Bondan juga aktif pada kegiatan lain khususnya kegiatan sosial. Bondan pernah menjadi sekretaris jenderal dari International Advertising Association Cabang Indonesia (1981-1986), ketua Indonesia Forum pada 1998 (umur 47-48 tahun), dan ketua Indonesia Forum pada 1998 (umur 47-48 tahun) yakni sebuah konferensi Internasional dalam bidang pemulihan Indonesia pasca krisis moneter.
Beberapa kegiatan lain termasuk Ketua Pelaksana Phinisi Nusantara Jakarta-Vancouver (1986), Ketua Pelaksana Konferensi Nasional Kesejahteraan Anak (1987), Pendiri Komite Kemanusiaan Indonesia (1998), dan Pendiri Komite Masyarakat Transparasi Indonesia (1998). Kegiatan sosialnya pada tahun 2002 ketika usianya 51-52 tahun menjadi pendiri Yayasan Keraton Surakarta.
Hasil Tulisan
Selama masa hidupnya, Bondan sudah menulis banyak buku anak-anak, cerita pendek, novel dan buku terkait manajemen. Berikut list buku yang ditulis Bondan, tidak termasuk berbagai tulisan yang pernah dimuat di surat kabar dan sejenisnya.
- Satu Abad Kartini, 1879-1979: Bunga Rampai Karangan Mengenai Kartini (editor) (1979)
- Neraca Tanah Air: Rekaman Lingkungan Hidup ’84 (1984)
- Cafe Opera: Kumpulan Cerita Pendek (1986)
- Seratus Kiat, Jurus Sukses Kaum Bisnis (1986)
- Tantangan Jadi Peluang: Kegagalan dan Sukses Pembangunan Jaya Selama 25 Tahun (1987)
- Kiat Menjadi Konglomerat: Pengalaman Grup Jaya (1996)
- Manajemen Transformasi BUMN: Pengalaman PT Indosat (1996)
- Bre-X: Sebungkah Emas di Kaki Pelangi (1997)
- Kiat Bondan di Kontan: Berpikir Strategis di Saat Krisis (1998)
- Jalansutra: Kumpulan Kolom Tentang Jalan – Jalan dan Makan – Makan di Suara Pembaruan Minggu dan Kompas Cyber Media (2003)
- Lagu Kebangsaan Indonesia Raya (2003)
- Belajar Tiada Henti: Biografi Cacuk Sudarijanto ditulis bersama Bondan Winarno (2004)
- Pada Sebuah Beranda: 25 cerpen (2005)
- Puing: Sebuah Novel Kolaborasi (2005)
Kuliner Terakhir
Sebelum Bondan Winarno meninggal ia sempat berkunjung ke Bali. Seperti biasa ketika berkunjung di suatu daerah ia akan menyicipi kuliner di daerah tersebut dan rutin mempostingnya di akun isntagramnya @maknyusbw. Ketika di Bali, ia sempat mengunggah status tengah menikmati steak, jagung rebus, kentang goreng dan sayur sawi putih.
Namun dalam unggahan tersebut ia sembari memberi caption “Karena dinyatakan kurang Hb, pulang dari RS Sanglah langsung cari steak di tempat favorit kids zaman now. Kuciwa berat”. Kata “kuciwa berat” diartikan sebagai kecewa, namun tidak jelas ini merujuk pada rasa makanan yang mengecewakan atau justru “menyindir” anak muda yang tidak mencobanya pasti akan merasa kecewa saking enaknya.
Meninggal Dunia
Legendaris presenter acara kulineran tanah air harus merelakan Bondan Winarno yang berpulang tanggal 29 November 2017 pukul 09.00 WIB. Sebelum meninggal ia sempat dirawat intensif di Rumah Sakit Harapan Kita dengan masalah kelainan jantung. Bondan sempat melalui dua operasi, namun pada operasi kedua terdapat infeksi dan bakteri.
Lebih tepatnya, endokarditis infektif atau endokarditis bakterial, yakni infeksi lapisan dalam jantung yang disebabkan oleh invasi langsung bakteri atau arganisme lain yang menyebabkan abses myocardium (otot jantung) dan gagal jantung. Bondan akhirnya meninggal pada usia 67 tahun dengan meninggalkan luka yang mendalam pada dunia perkulineran tanah air.
Sekian profil, karir dan fakta menarik dari salah satu legenda perkulineran tanah air, Bondan Winarno. Salam maknyus!
[the_ad id=”75402″]