Kelenjar tiroid adalah organ yang memiliki tugas penting untuk melangsungkan proses metabolisme tubuh. Kelenjar ini merupakan bagian dari sistem endoktrin tubuh. Ini adalah sistem yang mengontrol sistem kelenjar untuk menghasilkan hormon yang terhubung dengan aliran darah dan organ-organ lainnya.
Begitu pula dengan kelenjar tiroid yang juga bekerja dengan menghasilkan hormon untuk mengontrol organ tubuh manusia. Oleh sebabnya, jika kelenjar tiroid tidak berfungsi dengan baik, maka akan mengganggu fungsi kerja tubuh terutama ketidakmampuan untuk menghasilkan energi karena kegagalan metabolisme. Gangguan pada kelenjar tiroid akan membuat seseorang merasa lelah, rentan terhadap suhu dingin, tremor, kenaikkan berat badan dan peningkatan denyut jantung.
Gangguan Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terletak di leher tepatnya di batang tenggorokan (trakea), memiliki bentuk yang berupa organ kecil menyerupai kupu-kupu. Organ kecil ini rentan mengalami masalah yang disebabkan oleh berbagai penyakit seperti infeksi virus atau bakteri, penyakit autoimun, obesitas, terpapar radiasi berlebihan, ataupun asupan makanan, misalnya kekurangan yodium.
Dalam beberapa kasus, resiko menderita gangguan tiroid juga dapat terjadi karena alasan lain, seperti faktor genetik, berusia di atas 60 tahun atau berjenis kelamin wanita. Dari hal tersebut diketahui bahwa wanita dianggap memiliki resiko yang lebih besar dan berdampak pada jangka panjang jika mengalami gangguan tiroid.
Penyakit tiroid terjadi saat kelenjar tiroid mengalami perubahan bentuk serta menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang tidak seimbang. Penyakit kelenjar ini dapat dibagi menjadi dua yaitu hipertiroidisme dan hipotiroidisme.
Hipertiroidisme ialah kondisi ketika kelenjar tiroid menghasilkan banyak sekali hormon tiroksin dikarenakan kelenjar tiroid sangat aktif. Hormon tiroksin yang terlalu tinggi akan menyebabkan gangguan berupa rasa gelisah, jantung berdebar, kontrol emosi yang buruk, sulit tidur, rambut mudah rontok, otot lemah, mudah berkeringat, dan berat badan menurun.
Sementara hipotiroidisme ialah kodisi ketika jumlah hormon tiroksin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid sangat sedikit. Kelenjar tiroid memerlukan yodium untuk memproduksi hormon ini. Gejala yang paling umum akibat kekurangan yodium pada kelenjar tiroid adalah mengalami penyakit gondok.
Selain itu, beberapa gejala lain yang mungkin dirasakan termasuk sering merasa kedinginan, sembelit, otot semakin lemah, berat badan bertambah, nyeri sendi atau otot, merasa sedih atau tertekan, kelelahan, rambut rontok, detak jantung melambat, wajah bengkak, kurang berkeringat, dan mengalami pendarahan menstruasi yang abnormal.
Dampak Gangguan Tiroid Terhadap Wanita
Gangguan pada kelenjar tiroid biasa menimbulkan permasalahan pada wanita khususunya terhadap organ reproduksi. Sayangnya gangguan tiroid pada wanita sering kali tidak disadari. Hal ini dikarenakan gejala dari gangguan tiroid mirip sekali dengan kondisi penyakit lain, misalnya menopause atau tanda-tanda kehamilan awal.
Tentu saja ketidaktahuan ini dapat berbahaya karena mungkin menimbulkan masalah kesehatan yang lebih serius. Inilah yang menjadi alasan pentingnya bagi wanita untuk memastikan apakah ia mengalami gangguan tiroid dengan melakukan test lab.
Penyebab genetik mengapa wanita lebih sering mengalami gangguan tiroid dibandingkan laki-laki ialah kandungan hormon estrogen yang sangat tinggi. Seperti yang diketahui, wanita memiliki lebih banyak hormon estrogen dibandingkan pria. Gangguan tiroid ini tergolong sebagai penyakit autoimun yang memang sering menyerang wanita karena kadar estrogen di dalam tubuhnya. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menurunkan kualitas hidup sehingga perlu segera diobati.
Membuat Siklus Menstruasi Tidak Teratur
Hormon tiroid adalah salah satu hormon yang membantu mengendalikan siklus menstruasi pada wanita. Kondisi ketika hormon tiroid terlalu banyak atau terlalu sedikit akan membuat volume darah menstruasi berubah-ubah. Artinya semakin banyak hormon tiroid yang dilepaskan, maka membuat darah menstruasi semakin banyak, begitu sebaliknya.
Selain itu, perubahan hormon mempengaruhi siklus menstruasi yang menjadi berantakan atau tidak teratur. Gangguan tiroid ini akan menyebabkan menstruasi terhenti selama beberapa bulan atau lebih. Hal ini akan menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang semakin memburuk terhadap wanita. Kondisi ini dikenal dengan nama amenore.
Lebih lanjut, gangguan tiroid berdampak pada siklus menstruasi menunjukkan bahwa tiroid memiliki hubungan dengan sel telur wanita. Alhasil gangguan tiroid yang dibiarkan akan menyebabkan wanita mengalami menopause dini dan terhentinya haid sebelum berusia 40 tahun. Sementara pada wanita remaja, gangguan tiroid dapat menyebabkan masa pubertas terjadi terlalu dini atau terlambat.
Menurunkan Kesuburan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, hormon tiroid yang dikeluarkan dalam jumlah yang tidak seimbang baik berupa hipertiroidisme maupun hipotiroidisme akan menyebabkan penurunan terhadap kesuburan pada wanita. Hal ini terjadi karena gangguan tiroid akan mengganggu keseimbangan fungsi tubuh wanita yang berperan dalam mengatur ovulasi.
Tiroid yang terlalu aktif atau kurang aktif akan mencegah terjadinya ovulasi. Selain itu, gangguan tiroid yang berupa hipotiroidisme pada wanita dapat menyebabkan produksi prolactin yang lebih banyak. Prolactin adalah hormon yang merangsang tubuh memproduksi ASI. Ketika tubuh mengeluarkan prolactin terlalu banyak justru dapat menghentikan ovulasi secara total. Alhasil kehamilan sulit sekali terjadi. Tentu saja kondisi ini akan meresahkan pasutri yang ingin segera memiliki momongan.
Berdampak Pada Kehamilan
Gangguan tiroid selama kehamilan akan membahayakan janin. Kondisi hipertiroid yang tidak diobati selama kehamilan akan menyebabkan bayi lahir prematur, keguguran, berat badan bayi yang lahir sangat rendah, dan tekanan darah yang berbahaya pada trimester akhir kehamilan. Untuk kasus yang lebih parah, kondisi ini dapat memicu badai tiroid dan gagal jantung kongestif.
Wanita dengan kadar hormon tiroid yang terlalu aktif selama masa kehamilan, juga akan beresiko mengalami gejala morning sickness yang lebih parah dibandingkan wanita yang memiliki kadar tiroid yang normal.
Meskipun ibu hamil sudah melakukan pengobatan dari kondisi kelebihan hormon tiroid ini, namun biasanya tubuh masih memproduksi kadar antibodi yang tinggi. Antibodi tersebut akan mengalir ke darah janin, sehingga menyebabkan kadar tiroid pada bayi yang lahir menjadi sangat banyak.
Alhasil bayi akan mengalami gangguan jantung, penambahan berat badan secara abnormal, penutupan dini titik lunak pada tengkorak bayi, serta bayi yang cenderung mudah marah. Sementara gangguan tiroid yang menyebabkan perubahan bentuk pada kelenjar tiroid berupa pembesaran, dapat menekan saluran pernapasan bayi sehingga bayi menjadi sulit bernapas.
Di sisi lain kondisi ketika ibu hamil mengalami hipotiroid dan tidak diobati selama kehamilan akan menyebabkan preeklamsia, anemia, berat badan bayi rendah, gagal jantung, keguguran, dan kelahiran mati. Selain itu, hormon tiroid hakikatnya sangat penting bagi perkembangan saraf otak dan sistem saraf bayi.
Maka kekurangan hormon tiroid yang tidak diobati selama trimester pertama akan menyebabkan IQ bayi cenderung rendah. Hal ini akan berlanjut menjadi gangguan pada perkembangan dan pertumbuhan anak. Oleh sebabnya gangguan tiroid pada ibu hamil perlu segera ditangani dan terus dipantau oleh dokter ahli.
Menopause Dini
Gangguan tiroid akan mengganggu organ reproduksi wanita karena ketidakseimbangan hormon yang ada. Inilah yang menyebabkan potensi terjadinya menopause dini yakni sebelum usia 40 tahun.
Lebih lanjut, beberapa gejala hipertiroidisme sering kali dapat disalahartikan sebagai menopause dini karena indikasinya sangat mirip. Beberapa gejala yang mungkin dialami seperti volume darah menstruasi berkurang, hotflases, gangguan tidur (insomnia) dan perubahan suasana hati.
Gejala-gejala tersebut sangat mirip dengan menopause sehingga jika seseorang mengobati kondisi hipertiroidisme akan secara otomatis meringankan gejala menopause tersebut. Selain sebagai tindak pengobatan, penyeimbangan kadar hormon tiroid dapat juga menjadi langkah preventif untuk mencegah menopause dini.
Pencegahan Gangguan Tiroid
Selain faktor genetik dan faktor resiko yang tidak bisa diubah, seperti jenis kelamin dan usia, gangguan tiroid juga paling banyak terjadi akibat pola makan yang salah. Oleh sebab itu, pencegahan terhadap gangguan tiroid dilakukan dengan menjaga pola makan dan pola hidup sehat.
Dalam sebuah penelitian ditemukan adanya keterkaitan dari kekurangan vitamin D dengan penyakit tiroid jika dibandingkan dengan orang yang sehat. Hal ini terutama berkaitan dengan gangguan tiroid akibat autoimun. Oleh sebab itu, dokter menganjurkan untuk memenuhi vitamin D baik untuk mencegah gangguan tiroid maupun menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Selanjutnya, protein juga dipercaya sebagai gizi yang dibutuhkan untuk meningkatkan kadar hormon tiroid, yang secara langsung berperan dalam mempercepat proses metabolisme dalam tubuh. Selain mengatur jumlah protein yang dimakan, maka penting untuk memenuhi zat gizi lain sesuai kebutuhan masing-masing orang seperti yodium, selenium, zinc, dan kalsium.
Zat gizi tersebut dapat diperoleh dari garam meja beryodium, kacang-kacangan, ikan, kerang-kerangan, brokoli, dan okra. Selain itu, diperlukan juga pola hidup yang lebih sehat dengan melakukan diet sehat karena orang yang obesitas atau kelebihan berat badan lebih beresiko mengalami gangguan tiroid.
Pengobatan Gangguan Tiroid
Dalam rangka mengobati gangguan tiroid maka diperlukan diagnosa medis terlebih dahulu. Biasaya penyakit tiroid akan dicek melalui thyroid stimulating hormon (TSH) dalam darah. Melakukan test ini sedini mungkin, akan mempercepat penanganan dan pengobatan, bahkan sebelum gejala gangguan tiroid muncul. Setelah melakukan diagnosis, maka gangguan tiroid akan dievalusi oleh dokter bersangkutan untuk diberikan perawatan yang sesuai.
Pengobatan terhadap gangguan tiroid dapat dilakukan dengan cara yang beragam. Misalnya kanker tiroid akan diobati dengan operasi pengangkatan kelenjar, yodium radioaktf, terapi radiasi, obat antikanker, penekanan hormon maupun kombinasi dari beberapa metode tersebut. Sementara apabila gangguan dikategorikan sebagai hipotiroid biasa, maka pengobatan dilakukan dengan terapi penggantian hormon tiroid dengan hormon sintetis yang diberikan secara oral.
Sementara dalam kasus gangguan hipertiroid maka biasanya diobati dengan yodium radiokatif, obat antitiroid hingga operasi. Seluruh metode ini diterapkan untuk menghancurkan bagian dari kelenjar tiroid yang berubah bentuk, sekaligus mengurangi dampak gangguan ini. Sementara pada pasien tertentu, penggunaan obat antitiroid yang dikontrol selama 6 minggu sampai 3 bulan justru dianggap lebih efektif dibandingkan cara-cara yang disebutkan sebelumnya.
Selain pengobatan secara medis, untuk mengatasi gangguan tiroid dapat dilakukan secara mandiri dengan memperhatikan beberapa hal penting. Anda harus berhenti merokok karena kebiasaan ini akan memperburuk kondisi gangguan tiroid. Selain itu anda juga tidak disarankan mengonsumsi terlalu banyak makanan berbahan dasar kedelai jika menderita hipotiroid karena akan memperburuk keadaan.
Sebaliknya konsumsi garam beryodium lebih banyak dari yang biasa anda konsumsi. Cara lain bisa dengan menggunakan suplemen iodine untuk memenuhi kebutuhan yodium. Sementara itu, bagi penderita hipertiroid sebaiknya lakukan detox yodium untuk mengurangi aktivitas hormon tiroid yang tidak normal.
Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Terapkan pola hidup sehat, makan makanan bergizi seimbang serta tetap aktif (berolahraga) untuk meminimalisir resiko terkena gangguan tiroid. Jika sudah terlanjur merasakan gejala gangguan tiroid, maka segera periksa ke dokter untuk memastikan kesehatan anda terutama jika anda sedang berada pada trimester kehamilan pertama yang sangat rentan.