Aspartam merupakan salah satu pemanis sintetis yang umum digunakan di Indonesia. Sebagai pemanis sintetis, aspartam dijadikan alternatif gula asli untuk menekan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi. Makanan atau minuman yang mengandung aspartam dijual bebas di pasaran karena memang bahan tambahan pangan ini tidak dilarang oleh BPOM. Terlepas dari hal tersebut, penggunaan aspartam ternyata menuai kontroversi karena dianggap membawa dampak buruk bagi kesehatan. Benarkan demikian? Simak penjelasannya di bawah ini.
Apa Itu Aspartam?
Aspartam ialah pemanis buatan non karbohidrat berjenis aspartyl-phenylalanine-1-methyl ester. Komponen yang menyusun aspartam yaitu asam amino, asam aspartate, dan asam amino essensial fenilalanina. Aspartam dijual bebas dengan beragam merek, seperti Equal, Nutrasweet, dan Canderel. Ketiga merek dagang tersebut sudah digunakan hampir di 6.000 jenis makanan dan minuman di seluruh dunia.
Aspartam ditemukan pertama kali oleh James Schslatte tahun 1965 yang awalnya sebagai percobaan gagal. Kemudian aspartam direka ulang dengan menggabungkan asam aspartate dan fenilalanina yang termasuk golongan dipeptide (molekul yang terbentuk dari dua asam amino). Dua molekul asam amino ini juga dihasilkan secara alami dalam daging, biji-bijian dan produk susu. Oleh sebabnya aspartam mulai ditujukan sebagai zat adiktif yang aman digunakan dalam pangan.
Selanjutnya, tahun 1981 aspartam mendapat persetujuan dari FDA untuk digunakan pada beberapa jenis makanan. Setelah bukti-bukti ilmiah hingga lebih dari 100 kali penelitian, tahun 1996 aspartam disetujui oleh FDA untuk digunakan sebagai pemanis sintetis. Dalam artian ini aspartam mulai dapat diaplikasikan untuk semua jenis makanan dan minuman di dunia, termasuk di Indonesia.
Sifat Aspartam
Saat ini aspartam tersedia dalam bentuk mulai dari cair, tepung, enkapsulasi, dan granular. Dengan varian bentuk ini, aspartam dapat digunakan dalam berbagai kebutuhan produksi, yang disesuaikan dengan jenis makanan maupun minuman yang dibuat. Misalnya bentuk enkapsulasi bersifat tahan panas sehingga dapat digunakan untuk produk olahan yang membutuhkan suhu tinggi dalam proses pembuatannya. Sementara bentuk aspartam cair lebih cocok untuk proses produksi yang cepat dan tidak menggunakan panas yang tinggi.
Sebagai pemanis buatan, aspartam memiliki rasa manis 200 kali lebih kuat dibandingkan kemanisan gula berjenis sukrosa. Dengan sifat ini, maka untuk mencapai titik kemanisan yang sama, aspartam hanya dibutuhkan kurang dari 1% sukrosa. Sebagai jenis pemanis peptida, aspartam memiliki kandungan energi yang sangat rendah yakni hanya 4 kkal per gram. Hal tersebut membuat aspartam dilabeli sebagai pemanis rendah kalori.
Lebih lanjut, keunggulan aspartam juga cukup banyak. Ini termasuk mempunyai rasa manis yang sangat mirip dengan gula tanpa rasa pahit, tidak merusak gigi, dapat dikonsumsi penderita diabetes, serta mampu menguatkan cita rasa buah-buahan pada makanan atau minuman yang dijual secara bebas.
Aspartam adalah bahan tambahan pangan satu-satunya yang mengalami metabolisme. Artinya ketika seseorang mengonsumsi asupan aspartam, maka proses metabolisme tubuh akan memecah zat ini menjadi methanol. Proses metabolisme tersebut mungkin memberikan reaksi yang berbeda-beda bagi tubuh seseorang.
Lebih lanjut, proses metabolisme yang sama sebenarnya dapat terjadi juga ketika seseorang mengonsumsi buah, sayur-sayuran, jus, minuman manis dan produk fermentasi. Hal ini membuat aspartam secara teknis bisa diterima oleh tubuh manusia.
Fungsi Aspartam
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, aspartam berfungsi sebagai pengganti gula asli dalam produk makanan dan minuman yang dijual bebas di pasaran. Beberapa produk makanan dan minuman yang mengandung aspartam biasanya berjenis minuman kemasan, seperti minuman soda, jus, dan minuman rasa. Namun, aspartam juga bisa ditemukan dalam produk susu, es krim, permen karet, sirup, hingga saus.
Beberapa cemilan dan jenis obat-obatan bahkan mengandung aspartam untuk memaksimalkan rasa pada produk tersebut. Aspartam yang sudah digunakan lebih dari 25 tahun ini, selalu menjadi andalan untuk memperoleh rasa manis yang sama dengan gula asli namun tidak perlu khawatir akan tingginya kalori.
Untungnya dengan rasa manis tersebut aspartam tetap aman untuk kesehatan gigi, tidak seperti jenis pemanis buatan lain. Hal inilah yang membuat aspartam sangat tepat untuk menggantikan gula pasir ataupun gula merah yang dahulu paling banyak digunakan.
Bahaya Aspartam
Meskipun aspartam memberikan banyak fungsi dalam proses produksi makanan dan minuman kemasan, faktanya aspartam juga dapat membawa dampak buruk bagi tubuh manusia. Berikut 5 bahaya konsumsi aspartam secara berlebihan.
Menurunkan Daya Tahan Tubuh
Saat aspartam dikonsumsi secara berlebihan, hal ini dikarenakan terlalu banyak pemanis akan mempengaruhi sel-sel di dalam tubuh untuk melawan bakteri terutama makanan dengan kadar gula yang tinggi sering kali mengandung nutrisi yang rendah. Secara khusus penggunaan aspartam secara berlebihn perlahan akan mengganggu pernapasan hingga menyebar menjadi penurunan kekebalan tubuh.
Oleh sebab itu, jika ingin menggunakan aspartam sebagai pengganti gula pasir, maka gunakan takaran maksimal setengah dari takaran gula biasa. Meskipun tubuh manusia membutuhkan asupan gula, namun jika gula masuk secara berlebihan akan membuat tubuh menjadi rapuh secara perlahan dan sering mengalami kantuk.
Tardive Dyskinesia
Aspartam yang dikonsumsi secara berlebihan akan membuat seseorang terkena Tardive Dyskinesia. Penyakit ini berupa tidak terkendalinya gerakan pada otot tubuh baik itu wajah, bibir, hingga lidah. Semakin banyak aspartam yang dikonsumsi maka gejala penyakit ini akan semakin parah.
Lebih lanjut, aspartam juga mampu membuat otot mata dan otot lengan menjadi lemah secara mendadak. Oleh sebab itu, aspartam tidak disarankan untuk dikonsumsi oleh anak-anak secara berlebihan. Sebaliknya, konsumsi aspartam dengan bijak dan gunakan secukupnya saja saat membuat makanan dan minuman.
Menurunan Daya Ingat
Aspartam yang dikonsumsi terlalu sering akan menurunkan daya ingat seseorang. Zat ini diketahui dapat merusak sel saraf pada otak. Oleh sebab itu, seseorang yang sudah sering mengalami sifat pelupa tidak sebaiknya mengonsumsi aspartam terlalu sering. Disarankan untuk mencukupi kebutuhan air disela-sela mengonsumsi makanan yang mengandung aspartam untuk menetralisir aspartam yang masuk ke dalam tubuh.
Kondisi Fenilketonuria
Fenilketonuria adalah penyakit ketika penderita tidak dapat memproses metabolisme fenilalanina secara sempurna. Hal ini disebabkan tubuh tidak memiliki enzim yang dapat memproses fenilalanina, sehingga berubah menjadi zat tirosina yang justru menyebabkan kerusakan otak pada anak. Sejauh ini penyakit Fenilketonuria tidak dapat ditemukan di Indonesia, namun kerap terjadi pada bangsa Eropa.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa, Fenilketonuria tidak hanya disebabkan oleh konsumsi aspartam namun juga bisa disebabkan oleh nasi, daging, dan produk susu yang juga mengandung fenilalanina. Oleh sebab itu, pada setiap produk yang mengandung aspartam biasanya selalu diberi peringatan bahwa penderita Fenilketonuria tidak dapat mengonsumsi produk tersebut.
Penderita Fenilketonuria akan mengalami penumpukan asam amino fenilalanina dalam darah. Lama-kelamaan zat kimia ini akan menumpuk yang memicu kelainan genetik langka yang lebih parah. Inilah yang sering menjadi perdebatan tentang kelayakan penggunaan aspartam dalam produk yang dijual secara bebas.
Keracunan Metanol
Dikarenakan aspartam bukanlah zat alami, maka aspartam yang sudah diolah akan dipecah menjadi tiga zat kimia yaitu aspartic acid, methanol dan phenylalanine. Ketika zat tersebut masuk ke dalam tubuh, maka akan menghasilkan racun terutama dari metanol. Dampak ini akan ditandai dengan gejala berupa telinga berdenging, vertigo, dan tubuh terasa lemas. Bahkan dalam jangka panjang, aspartam juga mampu memicu tumor atau lipoma yaitu benjolan lemak.
Dampak Lainnya
Klaim efek samping aspartam yang juga dirasakan oleh beberapa orang antara lain:
- Peningkatan berat badan
- Depresi
- Attention devicid hyper activity disorder (ADHD)
- Cacat lahir
- Alzheimer
- Multiple sclerosis
- Penyakit autoimun
- Kanker
Dengan demikian, sebagai kesimpulan, aspartam cenderung aman jika dikonsumsi dalam batas wajar. Demi meningkatkan faktor keamanan, FDA kemudian menjelaskan batas-batas pemakaian aspartam yang dianjurlan. Istilah yang digunakan adalah Acceptable Daily Intake (ADI).
Takaran pemanis jenis aspartam yang dapat dikonsumsi per hari yakni 40 mg per kilogram berat badan. Artinya semakin berat tubuh seseorang maka jumlah aspartam yang bisa dikonsumsi semakin tinggi. Namun tidak berarti dapat dikonsumsi secara regular.
Meskipun sejauh ini belum ada penelitian yang dapat membuktikan bahwa aspartam dapat berbahaya untuk semua orang, namun mencegah penggunaan aspartam akan lebih baik untuk menghindari efek yang mungkin terjadi. Jika anda masih ragu untuk mengonsumsi aspartam, maka konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu terutama bagi anda yang tengah mejalani program diet tertentu ataupun pasien diabetes.