Hampir tidak ada yang tidak menyukai minuman dingin, khususnya pada musim panas atau pada siang hari ketika matahari sedang terik. Minuman dingin bisa menyegarkan tubuh sekaligus memanjakan lidah. Ada beberapa makanan penutup atau camilan beku yang kita kenal selama ini, misalnya es krim, gelato, granita, dan bahkan sorbet.
Jika nama sorbet masih cukup asing bagi Anda, ini adalah makanan penutup beku, yang namanya diterjemahkan sebagai “salju manis”. Sama seperti camilan beku lainnya, sorbet juga sangat cocok dimakan saat cuaca sedang panas dengan rasa manis, tajam, dan juga menyegarkan. Di balik popularitasnya saat ini, ada beberapa fakta menarik serba serbi sorbet. Simak selengkapnya di sini.
Asal Usul Sorbet Masih Belum Jelas
Sorbet telah lama ada, meski demikian, asal usulnya masih belum jelas dan ada sejumlah mitos muasal legendaris yang menghubungkan asal usul sorbet dengan tokoh sejarah seperti Kaisar Romawi Nero, Marco Polo, dan bangsawan Italia Catherine de ‘ Medici yang berasal dari Persia kuno pada tahun 550–530 SM, namun tidak ada bukti apa pun mengenai hal tersebut. Pada kala itu, Kaisar Romawi Nero meminta budaknya untuk mengambil ember berisi salju dari pegunungan, yang kemudian akan dimaniskan dengan madu dan anggur untuk dinikmati.
Di sisi lain, ada yang mengatakan bahwa Bangsa Romawi tidak menambahkan es pada minuman mereka karena es yang mudah didapat di sepanjang lereng gunung tidak sehat untuk digunakan dalam menyiapkan makanan. Ini dilakukan karena alasan yang jelas, di mana beberapa percaya bahwa minuman es menyebabkan sejumlah penyakit lainnya, seperti kejang, kolik, dan lainnya.
Hippocrates diketahui mengkritik minuman dingin karena menyebabkan “fluks pada perut”, sementara Seneca mengecam biaya mahal yang terkait dengan makanan penutup es. Meski minuman es dianggap bisa menyebabkan penyakit, dalam masakan kuno termasuk masakan Jepang, Cina, Yunani, dan Romawi, es dan salju merupakan bahan berharga.
Asal usul sorbet lainnya adalah kisah Antonio Latini, yaitu seorang pria Italia yang bekerja untuk gubernur Spanyol di Naples. Ia diyakini sebagai orang pertama yang mencatat resep sorbetto, yang dimasukkan dalam buku masaknya “Lo Scalco alla Moderna.” Resep sorbet Latini termasuk lemon, kayu manis, stroberi, ceri, kacang pinus, dan terong.
Tidak Sama dengan Sherbet
Sorbet dan sherbet (serbat) memiliki nama yang mirip satu sama lain dan keduanya sama-sama merupakan makanan penutup. Untuk alasan tersebut, banyak orang yang salah mengartikan keduanya, dan istilah tersebut sering digunakan secara bergantian. Namun, fakta menarik serba serbi sorbet yang harus diketahui adalah sorbet dan sherbet tidaklah sama.
Perbedaan utama di antara kedua makanan tersebut adalah bahan dasarnya. Sorbet adalah makanan penutup yang terbuat dari campuran air, jus buah, atau puree, serta pemanis berupa pemanis alami seperti madu, atau gula putih, agave, dan bahkan stevia. Sorbet juga menggunakan penambah rasa lainnya seperti bumbu dan rempah-rempah.
Tekstur makanan penutup ini pun tergolong ringan, dan juga sedingin es, serta biasa dikonsumsi sebagai pembersih langit-langit mulut saat makan multi menu karena rasa buahnya yang kuat sangat menyegarkan. Selain itu, berkat bahan utamanya yang tidak menggunakan susu atau produk hewani lainnya, ini sangat cocok bagi para vegan, tidak seperti sherbet.
Sementara sherbet adalah makanan penutup yang mirip dengan sorbet dan es krim, karena berbahan dasar yang sama dengan sorbet, tetapi dengan sedikit tambahan susu. Serbet dibuat dari produk susu, sehingga mengandung sedikit lemak. Satu ½ cangkir porsi serbat rata-rata mengandung sekitar 130 kalori dan 1 hingga 3 gram lemak. Sorbet dibuat hanya dengan buah dan gula sehingga bebas lemak. Ada antara 120 hingga 150 kalori per ½ cangkir sorbet. Baik serbat maupun sorbet menawarkan alternatif es krim yang lebih rendah kalori; ½ cangkir es krim vanilla mengandung sekitar 230 kalori dan 13 gram lemak.
Popularitas Sorbet Meningkat Berkat Peralatan Modern
Penyajian sorbet yang paling nikmat adalah dalam keadaan dingin karena pada dasarnya ini adalah makanan penutup beku. Ada cerita di balik bagaimana sorbet bisa sangat populer saat ini, dan itu karena peralatan modern yang kita gunakan selama ini, yaitu kulkas. Pada awal ditemukannya, sorbet dibanderol dengan harga yang cukup mahal, yang didasarkan karena alasan umum, yaitu antara penawaran dan permintaan yang tidak seimbang. Banyak yang menginginkan sorbet, namun sayangnya, jumlahnya tidak mencukupi.
Pada awal sorbet ditemukan, teknologi modern berupa kulkas belum ditemukan, dan teknologi itu tergolong penemuan yang cukup baru. Kulkas domestik ditemukan pada tahun 1913 oleh Fred W. Wolf dari Fort Wayne, Indiana. Kemudian pada tahun 1914, Nathaniel B. Wales dari Detroit, Michigan memperkenalkan unit pendingin yang difungsikan dengan listrik.
Karena sorbet membutuhkan suhu dingin yang konstan sementara belum ada kulkas, harganya menjadi mahal. Makanan penutup ini membutuhkan pendinginan yang andal agar ia dapat tetap dingin dan juga awet. Tanpa adanya kulkas, ia akan mudah meleleh atau rusak, seperti halnya es krim yang kita kenal selama ini. Namun, berkat penemuan kulkas tersebut, harga sorbet perlahan menjadi lebih terjangkau dan banyak tersedia. Ini berdampak pada penjualan sorbet di mana-mana, dengan harga yang wajar, sehingga popularitasnya pun kian meningkat.
Tekstur Sorbet Bergantung pada Jenis Buah
Fakta menarik serba serbi sorbet lainnya adalah tekstur sorbet bergantung pada jenis buah. Perlu Anda ketahui bahwa sorbet bisa menggunakan jenis buah tertentu, sehingga menghasilkan profil rasa dan tekstur keseluruhan yang berbeda satu sama lainnya, berkat hal kecil yang disebut sains. Beberapa makanan yang ditemukan memang diciptakan demikian, begitu pula dengan sorbet.
Makanan penutup ini bisa dibuat dengan buah beri, anggur, mangga, pir, dan pisang. Semua jenis buah tersebut tinggi pektin, sementara buah mangga, pir, dan pisang kaya akan serat, sehingga mampu menghasilkan rasa manis alami dengan tekstur yang lebih lembut. Tesktur tersebut dipengaruhi oleh kandungan pektin dan serat pada buah tersebut, yang berperan sebagai pengental alami sehingga menghasilkan tekstur yang lebih kental.
Sebaliknya, buah-buahan yang mengandung banyak air seperti delima dan semangka membuat hasil akhir sorbet cenderung lebih encer, dan diperlukan langkah ekstra agar tekstur sorbet lebih halus serta dapat disendok. Buah-buahan tersebut juga tidak mengandung banyak pektin dan serat. Jus buah jeruk yang asam atau asam alami (seperti jeruk, jeruk keprok, lemon, jeruk nipis, dan jeruk bali) juga memerlukan tambahan gula untuk menciptakan rasa yang lebih nikmat yang tidak akan membuat mulut Anda terasa getir.
Sorbet Mengandung Banyak Gula
Ada asumsi umum bahwa hanya karena sorbet mengandung jus buah dan tidak mengandung produk susu, maka secara otomatis sorbet membuatnya lebih sehat dibandingkan es krim atau makanan beku lainnya. Kenyataannya, satu porsi sorbet biasanya mengandung lebih banyak gula daripada rata-rata satu sendok es krim, menurut Spoon University.
Pada dasarnya, sorbet adalah sirup yang dihasilkan ketika gula dilarutkan dalam air. Produk ini memiliki titik beku yang lebih rendah dibandingkan air biasa. Semakin manis sirupnya, semakin rendah pula titik bekunya. Satu cangkir sorbet bisa mengandung sekitar 184 kalori, 34 gram gula, 46 gram karbohidrat, dan nol gram lemak. Angka ini sedikit lebih tinggi daripada gelato kacang vanilla yang hanya mengandung 25 gram gula pasir.
Sorbet Ramah Laktosa
Fakta menarik serba serbi sorbet yang terakhir adalah ramah laktosa. Seperti yang telah diketahui bahwa bahan dasar sorbet adalah buah serta tidak mengandung produk hewani apa pun termasuk susu. Jadi, ini menjadi camilan yang tak hanya cocok dikonsumsi oleh vegan, tetapi juga bisa dikonsumsi oleh orang dengan intoleransi laktosa.
Kendati demikian, menggunakan buah sebagai bahan dasarnya tidak berarti sorbet itu sehat. Karena seperti camilan beku lainnya, baik itu es krim, gelato, dan bahkan sherbet, mereka tidak dianggap sebagai makanan sehat, karena keduanya bisa saja memiliki kandungan gula yang cukup tinggi.
Namun, jika Anda adalah orang dengan intoleransi laktosa atau sedang menjalani diet rendah lemak, sorbet bisa menjadi pilihan yang lebih baik daripada camilan beku lainnya. Untuk menyiasati kandungan gula yang tinggi, ada cara untuk membuat sorbet lebih sehat, yaitu memasukkan buah-buahan asli daripada hanya jus buah dan mengurangi jumlah gula.
Sebagai makanan penutup yang tak kalah nikmat dan menyegarkan, sorbet bisa menjadi camilan beku yang bisa disantap semua orang, terutama karena bahan utamanya yang tidak mengandung produk hewani. Ini bisa menjadi camilan yang dimakan kapan pun khususnya musim panas. Itulah fakta menarik serba serbi sorbet. Sudahkah Anda mencobanya? Cari tahu fakta menarik tentang tahini dengan klik link berikut.