Batik adalah kain bergambar yang dibuat dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain yang menghasilkan motif tertentu. Kain batik merupakan warisan budaya Indonesia yang telah diakui oleh UNESCO sejak tahun 2009. Saat ini beberapa batik di Indonesia diproduksi dengan teknologi yang disebut batik cap yang lebih praktis, namun masyarakat Indonesia juga tetap mempertahankan batik buatan tangan. Penggunaan batik di Indonesia biasanya digunakan untuk acara semi-formal, formal, acara adat hingga acara kedutaan.
Mengenal Batik Di Indonesia
Batik adalah hasil kerajinan yang memiliki nilai seni yang tinggi serta menjadi salah satu produk kebanggaan bangsa Indonesia. Batik telah lama menjadi budaya Indonesia khususnya masyarakat Jawa yang mempelopori kerajinan batik di Indonesia. Dahulu perempuan-perempuan Jawa menjadikan keterampilan membatik sebagai skill yang sangat dibutuhkan untuk bekerja atau menjadi mata pencaharian. Oleh sebabnya batik pada masa lalu dikaitkan dengan pekerjaan khusus perempuan yang tidak memungkinkan laki-laki untuk dapat melakukannya.
Kemudian batik mulai berkembang dan memperkenalkan batik cap sekitar tahun 1920 yang memungkinkan kontribusi semua jenis kelamin ke dalam bidang ini. Namun pekerjaan membatik yang mulai memberi kesempatan perempuan dan laki-laki untuk melakukan pekerjaan secara setara, tidak terjadi pada proses produksi batik pesisir. Dahulu batik pesisir dianggap memiliki garis maskulin misalnya motif Mega Mendung yang cenderung hanya memperkerjakan kaum laki-laki untuk membuat jenis batik ini.
Tradisi membatik pada awalnya merupakan tradisi yang diturunkan secara kekeluargaan. Oleh sebabnya dulu suatu motif dapat dikenali berasal dari motif batik keluarga tertentu. Motif batik ini juga dipercaya menunjukkan status sosial seseorang. Akan tetapi tradisi ini tidak sepenuhnya hilang di zaman modern karena beberapa motif batik tradisional hingga kekinian, ada yang hanya dipakai oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Meski demikian, batik tetap dianggap sebagai kebudayaan nasional yang berhak dipakai siapa saja selama hal tersebut tidak mencemarkan nama baik bangsa Indonesia.
Motif Batik Parang Kusumo
Motif Batik Parang Kusumo adalah motif batik tertua yang masih populer hingga saat ini. Motif batik ini sering digunakan dalam pernikahan adat Jawa. Dahulu motif Batik Parang Kusumo hanya dipakai oleh kalangan keturunan raja secara turun-temurun. Motif Batik Parang Kusumo memiliki tiga jenis yang didasarkan pada daerah yang menggunakannya.
Pertama, motif Batik Parang Kusumo Yogyakarta memiliki motif yang sangat sederhana namun elegan. Corak utama dari batik ini berupa kombinasi huruf ‘S’ serta bulatan-bulatan dengan pola permata di ujungnya. Paduan warna yang digunakan adalah warna yang netral yakni kombinasi dua atau tiga warna untuk memberikan kesan sederhana namun mewah. Warna yang paling sering digunakan adalah coklat, putih, dan hitam. Batik ini bisa dipadukan dengan pakaian formal maupun casual.
Motif Batik Parang Kusumo kedua berasal dari Solo. Pada dasarnya Batik Parang Kusumo Solo memiliki pola yang mirip dengan Batik Parang Kusumo Yogyakarta, namun huruf ‘S’ yang digunakan lebih ramping. Batik Solo ini biasa dipakai oleh pengantin wanita pada saat pertunangan atau tukar cincin.
Selanjutnya motif Batik Parang Kusumo Seling Rusak. Motif Batik Parang Kusumo Seling Rusak diciptakan oleh Senopati saat bertapa di Pantai Selatan. Oleh sebab itu motif ini terinspirasi dari bentuk ombak yang dianggap tidak pernah lelah menghantam karang pantai. Motif ini dianggap sebagai lambang kekuasaan dan kekuatan.
Mitosnya produksi batik Parang Kusumo harus dilakukan dengan ketelitian tingkat tinggi karena kesalahan sekecil apapun akan menghilangkan kekuatan gaib dari batik tersebut. Dibandingkan jenis motif Batik Parang Kusumo lainnya, motif batik ini terkesan lebih berani dengan dominasi warna coklat.
Motif Batik Mega Mendung
Motif Batik Mega Mendung adalah batik yang berasal dari daerah Cirebon. Sesuai namanya motif Batik Mega Mendung memiliki pola yang mirip dengan gumpalan awan di langit luas. Motif gumpalan awan tersebut diperindah dengan menambahkan tujuh gradasi warna untuk menciptakan nuansa mendung.
Filosofi dari batik ini ialah manusia yang harus bisa meredam gejolak amarah dalam keadaan apapun. Motif Batik Mega Mendung adalah dasar motif batik yang sudah dikenal luas bahkan hingga ke luar negeri. Saking populernya, motif Batik Mega Mendung pernah menjadi cover dari buku berjudul Batik Design oleh penulis Belanda bernama Pepin Van Roocen.
Dahulu proses pembuatan motif Batik Mega Mendung hanya menggunakan batik tulis dan batik cap. Namun kini untuk memproduksi Batik Mega Mendung secara besar-besaran dilakukan dengan cara disablon di pabrik-pabrik meskipun kain yang dihasilkan tidak bisa disebut sebagai batik. Motif Batik Mega Mendung tidak lagi hanya digunakan pada kain saja, karena banyak barang yang juga menggunakan motif ini seperti hiasan dinding berupa lukisan kaca, ukiran kayu hingga produk peralatan rumah tangga seperti sarung bantal, sprei, dan taplak meja.
Motif Batik Sidomukti
Batik Sidomukti berasal dari Solo. Batik ini adalah salah satu batik keraton yang dilukis menggunakan zat pewarna soga alam. Zat soga alam adalah pewarna alami berwarna coklat. Zat soga alam didapatkan dari ekstraksi tumbuh-tumbuhan yang menghasilkan soga alami seperti pohon tegeran.
Batik Sidomukti memiliki unsur motif batik berupa gurda atau garuda. Sesuai dengan namanya, filosofi dari batik ini diambil dari kata “Sido” dan “Mukti” yang artinya menjadi seseorang yang mulia serta berkedudukan tinggi dan sejahtera. Mayoritas Batik Sidomukti menggunakan warna coklat muda dan coklat tua yang mengandung harapan untuk mencapai kebahagiaan lahir dan batin.
Motif Batik Tujuh Rupa
Batik Tujuh Rupa berasal dari Pekalongan yang merupakan salah satu kota produsen batik terbesar di Indonesia. Batik Tujuh Rupa memiliki pola nuansa alam seperti motif tumbuhan atau hewan. Motif tumbuhan biasanya dipadukan dengan motif hewan seperti kupu-kupu, naga, burung merah, dan jenis burung lainnya.
Motif Batik Tujuh Rupa sering dikaitkan dengan kehidupan masyarakat pesisir yang tidak sulit untuk beradaptasi dengan budaya luar. Hal ini dikarenakan ikatan kebudayaan leluhur masyarakat Pekalongan yang kala itu memiliki kontak budaya dengan Tiongkok dan pedagang luar lainnya. Ini adalah jenis batik yang menjadi produk unggulan dan sangat terkenal di Pekalongan, serta dicirikan dengan karakteristik warna yang cerah.
Motif Batik Keraton
Batik Keraton pada awalnya dibuat oleh para putri kerajaan dan pengrajin batik yang berada di lingkungan Keraton. Motif Batik Keraton sangat erat dengan nuansa elegan, sakral, dan tidak dapat dipisahkan dari filosofi kehidupan. Batik ini berkembang di Keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Ini adalah salah satu jenis motif yang dilarang untuk digunakan oleh orang biasa, sehingga hanya dapat digunakan oleh keturunan Keraton. Biasanya batik ini didominasi oleh warna coklat atau hijau dengan tambahan warna yang lebih cerah seperti kuning, oren, dan putih yang motif dan kegunaannya diatur sesuai norma-norma keraton.
Motif Batik Lasem
Motif batik selanjutnya berasal dari Lasem, Kabupaten Rembang. Motif batik ini didasari campuran kebudayaan Jawa dan Tionghoa dengan pola gambar seperti bunga kupu-kupu yang dipadukan dengan bunga Hong. Batik ini dianggap sebagai simbol keindahan dan kecantikan dengan warna yang paling dominan adalah warna merah.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa Batik Lasem kini memiliki ragam variasi warna lain seperti hijau botol dan biru tua. Motif yang ada biasanya adalah hewan dan tumbuhan khas Jawa yang dipadukan dengan gambar mitologis seperti burung Hong, naga, dan ayam hutan yang merupakan motif dari kebudayaan Tionghoa.
Motif Batik Singa Barong
Batik Singa Barong berasal dari daerah Cirebon namun juga populer di kalangan masyarakat Bali. Batik ini pada awalnya ditujukan untuk menggambarkan kereta singa barong yang digunakan sebagai kendaraan raja. Motif Batik Singa Barong menggunakan gambar singa barong yang dilengkapi dengan latar belakang putih.
Selain itu turunan dari jenis batik ini biasanya juga membentuk motif bergambar singa payung dan singa wadas. Singa barong adalah binatang mitologis yang berada di antara singa atau macam dengan naga, gajah, dan garuda. Singa barong dibentuk dari penggabungan keempat jenis binatang tersebut. Gambar ini dianggap sebagai simbol yang memiliki nilai religius yang bisa juga dikaitkan dengan pendekatan alam seperti api (singa), angin (sayap), bumi (gajah), dan air (naga).
Motif Batik Sekar Jagad
Batik Sekar Jagad memiliki makna keindahan dan keanekaragaman nusantara di seluruh dunia. Hal ini didasari oleh kata “sekar” yang artinya bunga dan “jagad” yang artinya dunia. Batik Sekar Jagad berasal dari Solo dan Yogyakarta. Motif dari batik ini berupa motif ceplok yang digambarkan saling bersisian secara geometris sehingga membuat motif ini seperti hamparan peta.
Oleh sebab itu motif ini dianggap melambangkan keragaman dunia atau kumpulan pulau-pulau yang menyatu. Batik ini berkembang sejak abad ke-18 dan kini menjadi salah satu jenis batik yang banyak diminati. Dengan tambahan warna dan motif yang mencolok membuat motif batik ini dimaknai bagi siapapun untuk menghargai perbedaan dan keragaman serta melihatnya sebagai keindahan.
Motif Batik Pring Sedapur
Batik ini berasal dari Magetan, Jawa Timur. Motif yang digunakan cukup sederhana berupa tanaman bunga yang dilengkapi dengan kupu-kupu. Beberapa orang juga lebih setuju menyebut motif ini sebagai dominasi pohon bambu dengan bunga dan burung yang menjadi simbol kerukunan dan ketentraman hidup.
Filosofi dari gambar batik ini adalah pohon bambu yang biasanya hidup bergerombol dan berserumpun. Motif Batik Pring Sedapur menghasilkan pesan moral bahwa manusia harus hidup layaknya bambu yang saling berinteraksi, terikat satu sama lain serta saling tolong menolong dalam kebersamaan.
Motif Batik Gentongan
Motif Batik Gentongan berasal dari wilayah pesisir Madura. Batik ini memiliki warna cerah untuk menampilkan rasa semangat dan ceria ketika menggunakannya. Biasanya menggunakan warna berani seperti merah, kuning dan hijau muda. Batik gentongan menggunakan satu motif saja, misalnya berupa tanaman yang terdiri atas bunga dan daunnya.
Nama batik gentongan terinspirasi dari kata “gentong” atau “gerabah” yang digunakan untuk mencelup kain batik pada cairan warna. Warna ini dihasilkan dari pewarna alami seperti pohon buah mundu atau daun tarom. Proses pencelupan dilakukan sekaligus dengan perendaman sesuai waktu yang ditentukan. Semakin lama direndam akan menghasilkan warna yang semakin cerah dan semakin tahan lama.
Dikarenakan melalui proses merendam, batik ini sangat terkenal sebagai batik kain dengan warna yang tidak mudah pudar dalam beberapa tahun. Ini merupakan batik mahal dari Madura, biasanya per potong kain ditawarkan dengan harga paling murah 2 juta rupiah hingga mencapai puluhan juta rupiah.
Motif Batik Sogan
Motif Batik Sogan berasal dari Solo namun juga populer di Yogyakarta. Batik ini diyakini sebagai motif batik favorit Presiden RI, Joko Widodo. Batik ini memiliki warna khas coklat muda dengan gambar batik beraksen bunga dan titik-titik, serta adanya garis atau lengkungan di dalam motifnya. Beberapa motif batik juga membubuhkan warna hitam pada polanya untuk menambah kesan formal. Batik sogan awalnya digunakan oleh raja-raja di Jawa, namun saat ini batik sogan dapat dipakai oleh siapapun. Batik sogan juga kini mengalami modifikasi menjadi gaya modern dan sudah dikenal sebagai batik yang disukai oleh manca negara terutama masyarakat Asia dan Eropa.
Motif Batik Simbut
Motif Batik Simbut berasal dari Banten. Pola yang digunakan pada batik ini adalah bentuk daun yang menyerupai daun alas. Ini adalah motif batik paling sederhana dan hanya menggunakan satu motif saja. Motif simbut berasal dari suku Badui, yaitu masyarakat pedalaman di tanah sunda yang memiliki ikatan dengan peradaban kuno.
Kemudian batik ini mengalami modernitas dan menyebar hingga daerah pesisir Banten, hingga sekarang disebut sebagai Batik Banten. Ciri khas dari batik ini adalah warna yang cerah namun tidak mencolok seperti warna coklat, kuning, merah muda dan sebagainya. Selain itu motif dari batik ini biasanya berukuran besar, bergaris besar dengan isen-isen kasar. Batik ini dibuat dengan metode cap dan pola dilakukan berulang kali. Corak ini selalu berkaitan dengan Kesultanan Banten.
Motif Batik Kawung
Motif batik ini cukup populer di masyarakat Jawa khususnya di daerah Yogyakarta. Ini termasuk batik nusantara tertua yang masih disukai hingga sekarang. Motif Batik Kawung ini terinspirasi dari buah kawung atau buah aren yang kadang disebut juga buah kolang-kaling yang dibagi dua. Batik Kawung ini tersusun atas empat oval dan di tengah-tengah terdapat gambar berupa tanda “+” yang secara keseluruhan melambangkan energi.
Selain itu, Batik Kawung dimaknai lebih jauh sebagai kesempurnaan, kemurniaan dan kesucian, sehingga jauh dari hasrat duniawi. Makna ini memberikan pesan moral bahwa manusia harus hidup adil, tidak menonjolkan diri dan mampu mengendalikan hasrat duniawi. Karena maknanya yang begitu kuat, batik ini dulu hanya dikenakan oleh keturunan raja yang biasa digunakan sebagai sarung raja atau rok permaisuri. Namun saat ini motif batif ini juga sudah dikenakan oleh masyarakat umum dan menjadi motif modern pada rok dan dress.
Motif Batik Geblek Renteng
Batik Geblek Renteng adalah batik gaya modern yang berupa angka delapan atau geblek. Batik ini menjadi karakteristik dari masyarakat Kabupaten Kulon Progo karena memang geblek adalah makanan khas di sana. Pola kuncup bunga pada batik ini bermakna bahwa Kulon Progo adalah daerah yang sebentar lagi maju dan berkembang sehingga menjadi permata indah dari Pulau Jawa. Sementara motif buah manggis melambangkan kekayaan flora dari Kulon Progo.
Seluruh motif ini disusun menjadi pola naik turun yang merupakan lambang bahwa Kulon Progo adalah daerah dengan penampakan alam yang bervariasi, ada gunung, pantai, dataran tinggi dan dataran rendah. Tampaknya batik ini juga dibuat sangat mendetail dengan makna kecintaan terhadap daerahnya. Bahkan bagian bawah kain pun dimodifikasi dengan menambah sayap dan burung kacer yang melambangkan fauna di sana, sekaligus harapan bahwa Kulon Progo akan menjadi menjadi daerah maju setelah pembangunan bandar udara.
Motif Batik Tambal
Motif batik kebanggaan nusantara selanjutnya cukup unik, yaitu Batik Tambal. Batik ini memiliki makna menambal yang diterjemahkan lebih jauh menjadi upaya manusia untuk memperbaiki hal-hal yang rusak. Oleh sebabnya manusia harus selalu intropeksi diri dan memperbaiki kehidupan menjadi lebih baik setiap harinya. Maknanya yang sangat dalam membuat batik ini dahulu dipercaya sebagai kain yang dapat membantu kesembuhan orang sakit.
Biasanya masyarakat adat Indonesia akan menyelimuti orang sakit dengan kain bermotif tambal karena dipercaya akan mempercepat kesembuhan. Sesuai dengan namanya, batik tambal ini berupa kain perca yang menempel pada kain dan menyerupai kain tambalan. Batik ini dipakai secara modern untuk dress dan rok kebaya perempuan. Meski tidak lagi dipercaya untuk menyembuhkan orang sakit, batik unik ini justru banyak disukai karna dianggap lebih bergaya.
Motif Batik Jagatan Pisang
Batik Jagatan Pisang berasal dari Bali. Ini adalah batik legendaris dari Bali yang menggunakan gambar pisang khas Bali. Akan tetapi, pendapat lain mengatakan bahwa motif ini juga dinilai sebagai motif yang abstrak dan tidak menggunakan pola yang simetris. Oleh sebabnya batik ini mungkin berhubungan dengan seni lukis yang tidak dimengerti oleh semua kalangan.
Lalu, samar-samar dari motif batik ini terlihat pula burung bangau yang indah. Mengkombinasikan semua pola yang ada, batik ini menjadi simbol dari doa, keselamatan dan harapan. Ini biasa diberikan pada sang kekasih yang hendak berpergian, dengan harapan ia kembali dengan selamat.
Motif Batik Ulamsari Mas
Batik Ulamsari Mas memiliki motif utama ikan dan udang yang melambangkan mata pencaharian masyarakat Bali sebagai nelayan. Selain itu ini juga menunjukkan kekayaan alam yang ada di sana. Warna motif ini didominai oleh warna kuning, oren dan sedikit garis-garis hijau yang polanya sangat rapi. Batik ini memiliki makna sebagai kesejahteraan dan kemakmuran bagi masyarakat yang ada di pesisir pantai. Oleh sebabnya batik ini lebih umum digunakan masyarakat lokal, dibandingkan penggunaan secara nasional.
Motif Batik Toraja
Batik Toraja adalah kain batik yang menjadi karakteristik dari rakyat Toraja, Sulawesi Selatan. Batik ini mulai diperkenalkan secara resmi tahun 2004 dengan memadukan karya batik tradisional dan post-modern. Batik ini adalah hasil dari perkembangan budaya yang dahulu dibuat dalam bentuk ukiran rumah adat dan kini bisa dinikmati melalui kain batik. Warna dari batik ini didominasi oleh warna hitam, merah, putih dan kuning dengan metode kombinasi.
Artinya setelah kain di cap, kemudian dicelupkan dalam pewarna dan ditutupi beberapa garis menggunakan warna yang berbeda. Batik ini biasa dijual oleh masyarakat setempat dan dijadikan oleh-oleh khas Toraja. Batik toraja memiliki motif yang bermacam-macam mulai dari motif Pare Allo yang berarti matahari sehingga polanya seperti bentuk bulan mirip matahari.
Selain itu ada pula yang disebut batik Pa’teddong yang berarti kepala kerbau dan menjadi lambang kebesaran di daerah Toraja ini. Selain itu ada juga jenis motif Batik Toraja yang dinamakan Poya Munduduan untuk menggambarkan burung belibis yang banyak ditemukan disana.
Motif Batik Asmat
Batik Asmat adalah jenis batik kain yang populer di Papua. Nama batik ini didasarkan pada nama suku asli Papua yaitu suku Asmat. Motif Batik Asmat didominasi corak ukiran khas suku Asmat berupa patung-patung duduk kayu. Warna batik ini coklat dengan campuran warna tanah dan warna terakota (merah kecoklatan). Ini diambil dari pewarna alami yang langsung dari tanah terakota daerah di sana. Motif ini digunakan oleh masyarakat asli dan dapat dijadikan oleh-oleh apabila berkunjung ke tanah Cendrawasih ini.
Motif Batik Komoro
Batik Komoro juga berasal dari tanah Papua yang terkadang disebut Batik Timika. Batik ini sangat unik karena motif yang digunakan menggambarkan sebuah patung dengan baju, gaya, ekspresi dan aksesoris khas Papua. Patung orang tersebut seolah sedang duduk dan memahat sesuatu atau sedang membawa tombak. Motif ini juga didukung dengan seni gambar tumbuh-tumbuhan atau kebudayaan yang ada di Papua. Berdasarkan motif batik ini, memiliki filosofi bahwa wilayah Papua sangat subur dan kaya akan hasil bumi serta masyarakat suku Kamoro yang memiliki jiwa tangguh.
Motif Batik Benang Bintik
Batik Benang Bintik merupakan nama batik khas suku Dayak, Kalimantan Tengah. Batik ini memiliki berbagai motif khas antara lain motif Batang Garing, motif Huma Betang, motif ukiran, motif senjata, motif naga, motif balanga dan motif kombinasi dari beragam motif lainnya.
Warna dasar dari motif ini berwarna merah maroon, biru, merah, hijau dan kuning. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa beberapa kain batik juga menggunakan warna gelap seperti hitam dan coklat tua. Uniknya bahan kain yang digunakan sangat lembut, bisa berupa kain sutera, semi sutera atau minimal kain katun.
Motif Batik Sasirangan Raja Bayam
Batik Sasirangan Raja Bayam adalah jenis batik yang berasal dari Kalimantan Selatan. Batik ini memiliki motif berupa garis vertikal yang melengkung patah-patah dan menjadi pembatas dengan motif-motif lain. Rancangan motif ini sekilas mirip dengan kain jumputan Yogyakarta. Namun apabila anda memperhatikan lebih detail maka Batik Sasirangan Raja Bayam jauh berbeda.
Batik ini biasa digunakan untuk upacara adat Suku Banjar dan hanya digunakan secara lokal. Semua warna yang digunakan pada batik ini dihasilkan dari warna alami, seperti warna kuning dari kunyit, merah dari gambir atau mengkudu, hijau dari jahe atau daun pundak, ungu dari biji gandaria dan coklat dari kulit rambutan. Makna batik ini adalah leluhur yang bermartabat dan dihormati.
Motif Batik Naga Balimbur
Batik Naga Balimbur banyak ditemukan di wilayah Kalimantan. Batik ini menggambarkan tubuh ular naga yang meliak-liuk sehingga tidak menggambarkan bentuk naga yang utuh. Naga adalah makhluk mitologis yang dipercaya suku Banjar sebagai lambang pembawa suasana ceria dan bahagia. Naga dalam cerita rakyat dianggap senang mandi dan berjemur di daerah sungai Kalimantan yang diyakini sebagai makhluk yang punya kekuatan.
Dalam motif batik ini naga diaplikasikan dengan garis lengkung yang lebih sederhana dan dipadukan dengan warna-warna yang membuat batik ini berwana kalem dan agak blur. Batik naga balimbur biasa digunakan untuk acara-acara pernikahan atau acara adat.
Motif Batik Tidayu
Batik Tidayu berasal dari Kota Singkawang, Kalimantan Barat dengan corak batik yang khas. Nama Batik Tidayu adalah singkatan dari Tionghoa, Dayak, dan Melayu. Ini adalah tiga etnis mayoritas di Kota Singkawang yang hidup berdampingan dengan etnis lainnya. Batik ini dihasilkan dari sayembara yang diadakan oleh istri dari mantan Walikota Singkawang periode 2007-2012, Elisabeth Majuyetty.
Batik Tidayu berawal dari kenyataan bahwa tidak ada souvenir dari Singkawang yang dapat dibawa pulang ketika berkunjung ke kota kecil ini. Saat ini, Batik Tidayu menggambarkan kebudayaan yang ada dan dapat dijadikan oleh-oleh khas dari Singkawang. Dikarenakan mengandung unsur tiga kebudayaan, maka Batik Tidayu memiliki warna yang sangat ramai dan beragam.
Dewasa ini terdapat enam corak Batik Tidayu yang mewakili masing-masing etnis. Misalnya corak batik rimba, terdapat pucuk rebung yang menjadi karakteristik Melayu Sambas yang digambarkan sebagai hutan rimba. Sementara di atasnya diukir gambar burung Hong yang merupakan hewan mitologi Cina, serta burung Enggang yang identik dengan kebudayaan Dayak. Sesuai namanya motif ini melambangkan keharmonisan suku dan budaya di daerah ini.
Motif Batik Maluku
Batik Maluku adalah batik yang banyak dihasilkan oleh masyarakat wilayah Maluku yang terkenal sebagai daerah penghasil rempah-rempah. Oleh sebabnya batik ini menggunakan motif yang melambangkan kekayaan alam daerah itu sendiri. Misalnya berupa motif buah pala, cengkeh, flora dan fauna Maluku, peta Maluku, parang, salawaku (senjata khas Maluku) dan tifa totobuang (gendang). Setiap motif yang digunakan memiliki makna tersendiri. Misalnya motif pala menggambarkan keindahan dan kenikmatan hidup karena kerukunan dalam perbedaan.
Motif Durian Pecah
Motif Durian Pecah berasal dari Jambi. Motif ini merupakan salah satu motif tertua yang menekankan pada kesederhanaan pola dan tata letak motif. Ini bercorak ceplok-ceplok dengan warna yang selalu cerah. Bentuk motif ini terinspirasi dari buah durian yang terpecah atau terbelah dua. Penerapan motif Durian Pecah terkadang dikombinasikan dengan motif tambahan seperti bunga kangkung atau daun pakis yang banyak tumbuh di hutan-hutan Jambi. Pesan moral yang terdapat dari batik ini adalah menjaga sesuatu yang sudah baik agar tidak menjadi rusak.
Motif Batik Medan
Motif ini terinspirasi dari kebudayaan yang ada di masyarakat Provinsi Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Lima etnis suku batak, seperti Tapanuli Utara, Mandailing, Karo, Simalungun, Pakpak Dairi, dan Tapanuli Tengah melatarbelakangi motif batik ini. Motif batik dari kelima etnis tersebut melahirkan beberapa corak seperti kain Ulos Batak, motif Pani Patunda, dan motif Hari Hara.
Meskipun banyak jenisnya, namun batik Medan ini memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan batik asal Jawa. Jika mayoritas batik Jawa mengedepankan motif alam maupun makhluk mitologis, sementara Motif Batik Medan cenderung lebih mengambil corak dari etnik yang ada. Misalnya menggunakan motif kain Ulos yang sederhana hanya berupa susunan pola lingkaran atau segitiga yang disusun secara teratur.
Motif Batik Minang
Batik Minang berasal dari Sumatera Barat. Secara tradisional masyarakat adat Minangkabau menekankan nilai-nilai Islam pada motif batiknya. Banyak yang setuju bahwa batik asal Minang harus berbentuk abstrak dan bukan makhluk hidup. Hal ini didasarkan pada filosofi adat Minang yang mengikuti Islam bahwa seni tidak boleh menggambarkan makhluk hidup termasuk hewan maupun tumbuhan secara utuh. Akan tetapi saat ini banyak pengrajin batik yang tampaknya menyalahi aturan ini. Sehingga Batik Minang terkadang masih ada yang menggunakan gambar-gambar tersebut.
Motif Batik Ne’ Limbongan
Motif Batik Ne’ Limbongan merupakan batik khas Sulawesi Selatan. Motif batik ini sangat sederhana yaitu bercorak seperti arah mata angin sekaligus berbentuk sumber mata air. Sementara secara mendetail gambar dari motif ini berbentuk aliran air yang memutar dimana setiap sudut ini merujuk pada arah mata angin.
Motif ini memiliki filosofi yaitu harapan bahwa daerah Sulawesi Selatan menjadi sumber mata air yang tak pernah kering. Saat ini motif Batik Ne’ Limbongan dipercaya sebagai batik yang diharapkan dapat membawa rejeki yang melimpah dari empat penjuru. Limpahan rejeki ini sebaiknya dijadikan motivasi agar masyarakat Sulawesi Selatan lebih gigih dalam bekerja.
Motif Batik Sasambo
Motif Batik Sasambo berasal dari Nusa Tenggara. Motif Batik Sasambo memiliki banyak jenis yang menggambarkan kekayaan alam dan kebudayaan masyarakat khususnyaa suku Sasak (Lombok), Samawadi (Sumbawa), dan Mbojo (Bima). Beberapa motif batik yang paling sering digunakan oleh masyarakat Nusa Tenggara antara lain motif Batik Kangkung yang menggambarkan sayuran populer di Indonesia, motif Batik Kerang Mutiara yang menggambarkan keragaman binatang laut di perairan Nusa Tenggara, motif Batik Lumbu yang melambangkan kebudayaan masyarakat yang menyimpan padi di dalam lumbu, dan motif Daun Sirih yang dianggap sebagai obat tradisional masyarakat di sana.
Itulah 30 jenis motif batik nusantara. Seluruh batik tersebut perlu dilestarikan dan digunakan agar eksistensinya selalu ada. Selain itu, batik juga menjadi karya seni kebanggan Indonesia yang memiliki filosofi tersendiri sehingga nilai-nilainya harus terus dimaknai dalam kehidupan sehari-hari.