Saffron, Rempah Timur Tengah Termahal

Daftar Isi
saffron rempah termahal
saffron rempah termahal

Makanan Timur Tengah memang sangat enak bagi kebanyakan orang, terutama bagi yang mencintai rasa rempah-rempah yang kuat. Jika kita pernah makan di negara asalnya, mungkin harga dan rasa akan bervariasi tergantung tempat anda makan. Tapi tahukah anda bahwa sebenarnya ada satu bumbu rahasia pada dapur timur tengah yang sangat amat mahal untuk digunakan secara umum.

Bumbu ini mungkin hanya digunakan oleh kalangan tertentu atau pada restoran dan hotel bintang lima saja, karena harganya yang mencapai 100 juta rupiah untuk per kilogramnya. Memang, jika bumbu ini digunakan rasa dan warna makanan akan berubah menjadi seperti “makanan Raja”. Inilah yang dikenal dengan saffron. Yuk, simak penjelasan lengkap tentang saffron berikut ini.

Apa Itu Saffron?

Jenis bumbu atau rempah rahasia dapur timur tengah yang harganya fantastis disebut saffron. Dalam bahasa Arab, saffron disebut sebagai Za’faran (زَعْفَرَان) yang sebenarnya berarti kuning. Ini merujuk pada warna putik tanaman ini. Rempah saffron diambil dari bunga Crocus sativus yang berupa kepala putik, yang hanya terdapat tiga saja per bunga. Anda bisa bayangkan dibutuhkan puluhan ribu bunga yang setara dengan setengah hektar tanaman untuk menghasilkan 450 gram saffron.

Masyarakat Indonesia mungkin paling umum melihat saffron biasa digunakan dalam nasi biryani karena selain memberikan rasa yang berbeda, rempah ini juga memberikan warna kuning keemasan yang sangat khas. Cara pemakaian terbaik adalah dengan direndam di dalam air hangat (bukan panas) satu gelas, lalu biarkan selama 20 menit. Gunakan Saffron pada tahap akhir memasak, karena wanginya mudah menguap.

Harga saffron yang mahal dan keunikan dari rasa dan teksturnya, ternyata dilengkapi dengan nutrisi yang melimpah. Dalam saffron kering terdapat protein, vitamin A, thiamine, riboflavin, niacin, vitamin B6, folat, vitamin C, kalsium, zat besi, magnesium, fosfor, potasium, sodium, zinc, air, dan selenium. Kandungan gizi tersebut membuat saffron memiliki puluhan manfaat termasuk obat alami anti-kanker, mencegah diabetes, mengurangi nyeri haid, mengurangi lemak dalam darah, dan membuat kulit menjadi lebih lembab.

Sejarah Saffron

Saffron dibudidayakan secara besar-besaran di Iran namun juga dapat tumbuh di India, Spanyol, Prancis, dan Italia. Saffron yang berupa serbuk sari dipilih hingga tiga stigma dari setiap bunga, lalu disebarkan di atas nampan dan dikeringkan di atas api arang sebelum digunakan. Saffron mengandung 0,5-1 persen minyak esensial dengan komponen utama picrocrocin dan bahan pewarna yang disebut crocin.

Saffron sudah digunakan lebih dari 3000 tahun yang lalu sebagai obat tradisional. Saffron pertama kali dicatat dalam naskah Botani abad ke-7 SM, yang dikumpulkan atas perintah raja dari kerajaan Asyur, Ashurbanipal. Sejak itu selama ribuan tahun saffron tetus digunakan sebagai obat yang bisa mengobati lebih dari 90 penyakit utama maupun penyakit turunan (komplikasi).

Mediterania

Penggunaan saffron di wilayah Mediterania sudah dimulai tahun 1500-1600 SM. Kala itu saffron digambarkan oleh para pelukis di istana orang Minoa. Selanjutnya, saffron juga disebut-sebut dalam legenda Yunani yaitu para petualang pergi untuk menemukan saffron di seluruh dunia.

Saffron banyak digunakan oleh pedagang Mediterania pada zaman kuno termasuk orang Mesir, sebagai bahan pembuatan minyak wangi. Saffron juga sudah lama digunakan oleh tenaga medis di Gaza dan orang kota di Rodes, serta dipakai oleh wanita penghibur di Yunani sebagai campuran parfum, obat salep, mascara, sesajen, dan obat-obatan herbal.

[the_ad id=”75158″]

Masih di wilayah Mediterania, ahli terapis kuno di Mesir menggunakan saffron sebagai obat untuk semua penyakit yang berhubungan dengan gastrointestinal. Di kota-kota Timur Tengah, saffron kerap dijadikan pewarna kain seperti sidon dan tyre. Sementara bangsa Romawi saat pertama kali mengenal saffron merasa begitu bahagia dan senang. Kaum ini membawanya ke selatan Galilila sewaktu mendirikan koloni. Selanjutnya tanaman ini ditanam secara besar-besaran di wilayah tersebut hingga merosot pasca keruntuhan Roma.

Asia

Di Asia penggunaan saffron dipercaya sudah digunakan lebih lama lagi, yakni sejak 50.000 tahun lalu, ketika zaman manusia purba. Manusia pada zaman tersebut menggunakan pigmen pewarna dari saffron untuk bahan menggambar binatang buas di negara Irak. Sementara ada anggapan bahwa orang Sumeria telah menggunakan saffron sebagai tanaman liar untuk pengobatan tradisional.

Pada abad ke-10 SM, saffron digunakan oleh orang Persia kuno untuk mewarnai kain, bahan parfum, obat depresi, campuran teh hingga bahan pembuatan sabun. Masyakarat di zaman ini, juga kerap menjadikan saffron sebagai campuran bahan tenunan untuk dijadikan hadiah persembahan untuk  para dewa.

Di bagian Asia lainnya, terutama di Kashmir, diyakini telah mengenal saffron sekitar 500 SM, ketika orang Persia memindahkan beberapa subang ke wilayah tersebut, terutama karena adanya invasi Persia ke Kashmir. Orang Fenisia menggunakan saffron asal Kashmir sebagai bahan penyedap dan pewarna kain. Ini mengawali penggunaan saffron yang menyebar ke seluruh Asia Selatan. Bahkan setelah wafatnya Siddharta Gautama, pendeta Buddha di India juga mulai menggunakan jubah yang diwarnai dengan saffron.

Eropa

Kejatuhan kekaisaran kuno membuat budidaya saffron Eropa menurun drastis. Alhasil saffron kemudian dikenalkan kembali di Eropa melalui kebudayaan Moor yang menyebar di Andalusia (Spanyol), Prancis dan Italia. Saffron sempat menjadi komoditas yang diperebutkan sebagai obat herbal, terutama ketika Eropa dilanda pandemi Black Death yang mematikan.

Bahkan pada masa Eropa kuno, sempat terjadi insiden dimana bajak laut mencuri muatan kapal bangsawan yang berisi saffron hingga memicu konfrontasi selama 14 minggu. Kekhawatiran akan terjadinya konflik yang sama telah menginisiasi agar saffron mulai ditanam di berbagai negara di Eropa, termasuk di Spanyol, Italia, Swiss dan di Jerman. Penanaman massal ini kemudian mengawali popularitas saffron di seluruh dunia.

Kenapa Saffron Mahal?

Saffron rempah yang berwarna merah keemasan ini telah digunakan sebagai penyedap rasa makanan, obat herbal dan pewarna alami. Dikenal dengan aromanya yang kuat, eksotis, dan rasanya yang pahit, sampai saat ini saffron menjadi rempah termahal di dunia bukan tanpa alasan. Inilah penyebab kenapa saffron mahal.

Menggunakan Banyak Bunga

Alasan pertama yang membuat rempah saffron menjadi rempah termahal di dunia adalah putik tanaman ini sangat sulit untuk dikumpulkan. Bayangkan untuk mengumpulkan satu pon saffron dibutuhkan sekitar 75.000 hingga 80.000 bunga. Hal ini dikarenakan satu bunga hanya menghasilkan 3 putik yang layak dipakai. Belum lagi ditambah dengan fakta bahwa kepala putik ini sangat halus dan rapuh, sehingga mudah patah dan rusak saat proses panen atau terkena hama. Pada akhirnya, tidak semua bunga akan menghasilkan kualitas saffron yang sama.

Proses Budidaya Sulit

Saffron hanya tumbuh sekali setahun dan mekar selama enam minggu saja, yaitu dari akhir September atau awal Oktober hingga bulan Desember. Tanaman ini harus ditanam di bawah sinar matahari penuh dan memiliki pengairan yang baik, bahkan harus tetap terhidrasi meskipun musim panas melanda. Meski demikian, tanaman saffron sebenarnya masih bisa bertahan pada musim dingin yang membeku yakni sekitar -10 ℃ atau bahkan pada tanah yang tertutup salju sementara.

Saffron juga sangat rawan terserang hama dan penyakit. Tak hanya itu, ada pula kemungkinan hewan pengganggu merusak tanaman ini mulai dari tikus, kelinci, dan burung, serta parasit yang menyebabkan kebusukan pada akarnya. Hal ini akan diperparah jika saffron terkena paparan cuaca ekstrim terus menerus, baik terlalu panas atau terlalu lembab, yang biasanya akan mengurangi kualitas hasil panen.

Proses Panen Butuh Ketelitian

Pada saat musim panen dan saffron siap dipetik, kondisi atmosfer tidak boleh terlalu panas. Oleh karena itu kegiatan panen ini dilakukan pada pagi hari. Waktu yang ideal untuk memanen saffron dimulai dari matahari terbit hingga pukul 10 pagi.

Bunga saffron harus dipetik dengan tangan (manual) dan sama sekali tidak menggunakan alat bantu apapun. Pengambilan stigma harus benar-benar pelan dan hati-hati. Selain itu stigma harus diambil dengan tepat yakni hanya mengambil stigma yang berbentuk dan berukuran sempurna.

Proses panen ini memerlukan waktu sekitar 6 jam per hari untuk mengumpulkan 450 gram saffron. Setelah panen, bunga dibiarkan mengering selama sekitar 5 hari dan kemudian dipindahkan ke wadah kedap udara. Saat ini pengering surya digunakan sebagai gantinya. Hanya membutuhkan waktu 7-8 jam agar seluruh hasil panen benar-benar kering.

Tidak Ditanam Di Semua Negara

Tidak semua negara dapat menghasilkan saffron, karena budidayanya yang sangat sulit. Negara penghasil saffron utama di dunia adalah Iran, India (Kashmir) dan Spanyol. Tak heran harga saffron di Indonesia memang mahal karena harus import dari ketiga negara tersebut. Stoknya yang terbatas dan bergantung pada ekspor dari tiga negara tersebut secara global membuat saffron menjadi eksklusif, terbatas dan dihargai dengan sangat mahal. Saat ini, hampir 90 persen saffron di dunia diproduksi di Iran.

Sementara sekitar 7 persen diisi oleh saffron Kashmir, India yang berada pada urutan ke-2 dari total produksi saffron di dunia. Sedangkan Spanyol berada pada urutan ketiga dengan rata-rata menghasilkan 4 persen saffron per tahun dari jumlah total produksi rempah-rempah saffron di seluruh dunia. Sebagai informasi, saffron Spanyol adalah jenis saffron termahal jika dibandingkan jenis saffron lain. Meski demikian, semua jenis saffron pastinya mahal jika dibandingkan dengan rempah-rempah lain.

Tingkat Minat Pembeli Tinggi

Saffron memiliki cita rasa sedikit pahit dan aroma harum yang kuat seperti rumput kering (iodoform). Aroma ini berasal dari zat kimia di dalamnya yang disebut picrocrocin, crocin dan safranal. Saffron adalah rempah yang sering digunakan dalam masakan sehari-hari, khususnya pada masakan Persia, Timur Tengah dan India.

Sejauh ini belum ditemukan rempah lain yang dapat menggantikan kenikmatan rasa dari saffron. Inilah yang membuat saffron menjadi rempah khas yang tak tergantikan dan banyak dicari para koki di dunia. Selain itu, saffron juga berfungsi sebagai pewarna alami kuning emas yang berasal dari crocin, yang bisa digunakan untuk mewarnai pakaian mewah. Hal ini menjadikannya sebagai rempah yang paling banyak dicari di seluruh dunia.

Cara Penggunaan Saffron

Saffron yang mahal ini, bisa digunakan untuk berbagai kegunaan mulai dan makanan dan minuman, bahan perawatan hingga pewarna.

Penyedap Makanan

Sebagai minuman saffron bisa dijadikan teh saffron. Ini dibuat dengan perpaduan 2-3 helai saffron dengan teh dan madu. Sementara untuk penyedap makanan, saffron bisa diperlakukan layaknya rempah-rempah untuk makanan tertentu. Saffron digunakan ketika makanan hampir matang. Biasanya untuk jenis masakan Timur Tengah, Eropa, India dan Persia. Contohya Nasi Biryani khas India, Arroz con Pollo atau Paella Spanyol, Risotto Italia dan pilaf.

Perawatan dan Kecantikan

Saffron modern saat ini sudah banyak digunakan sebagai bahan perawatan dan kecantikan. Saffron bisa dijadikan face mist untuk melembabkan wajah dan campuran air mandi untuk memberikan efek rileksasi pada seluruh tubuh. Selain itu saffron juga bisa dijadikan masker dengan kombinasi minyak zaitun atau madu yang bermanfaat untuk mengatasi hiperpigmentasi, anti-radang, mencerahkan wajah dan melindungi kulit dari sinar UV.

Pengobatan Tradisional

Saffron mengandung pigmen bioaktif, crocin yang ternyata dapat dimanfaatkan untuk berbagai penyakit dan gangguan kesehatan. Saffron dikenal sebagai salah satu rempah yang dapat meningkatkan fungsi seksual termasuk menaikkan libido, memperbaiki kualitas sperma, dan mengobati disfungsi ereksi pada pria dan wanita dengan depresi berat.

Dalam pengobatan Ayuverda India, saffron kerap digunakan sebagai adaptogen, analgesik dan obat penyakit jantung. Ini mencakup manfaat untuk mengobati gangguan mental, sakit perut, pencahar, muntah, demam epilepsi, anti-septik dan lain sebagainya.

Pewarna Alami

Saffron dapat menjadi pewarna alami yang bisa digunakan untuk pewarna produk kuliner maupun non-kuliner. Warna ini dihasilkan dari crocin yakni jenis pewarna karotenol yang menjadikan warna kuning keemasan. Tak hanya itu, warna yang dihasilkan juga bisa menyerupai oranye hingga merah.

Saffron biasanya dijual dalam bentuk putik bunga utuh atau bubuk berwarna kuning siap pakai. Biasanya jika dalam bentuk putik, maka saffron dengan kualitas terbaik ditandai dengan tangkai putik berwarna merah gelap dan tidak belang di satu bagian pun.

Dengan sejarah yang penuh nilai dan budidaya yang sulit bahkan di era modern seperti sekarang, membuat saffron mungkin dianggap sangat wajar jika harganya sangat mahal. Selain itu, saffron yang kaya akan manfaat dan kegunaan membuatnya juga banyak disukai oleh penduduk dunia.

[the_ad id=”75361″]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *