Mengenal Sate Maranggi, Kuliner Khas Jawa Barat

Daftar Isi

Di Indonesia, terdapat banyak sekali varian sate yang berbeda dari setiap daerah. Sate yang berasal dari tiap daerah memiliki keunikannya sendiri dan menjadikan sate tersebut populer serta banyak digemari oleh masyarakat luas. Keunikan yang tercipta dari setiap jenis sate yang berbeda terletak pada jenis daging yang digunakan, bumbu bakar sate, hingga proses memasak sate yang menjadi ciri khas tiap jenis sate yang berbeda.

Meski memiliki ciri khasnya masing-masing, perbedaan tersebut tak membuat sate menjadi sajian yang tak disukai masyarakat, justru banyak masyarakat di Indonesia yang menyukai sate. Akan tetapi, dari sekian banyak jenis sate yang ada di Indonesia, ada satu jenis sate yang paling populer, yaitu sate Maranggi.

Sate Maranggi adalah sate yang berasal dari Purwakarta, yang terdiri dari beberapa potong daging atau lemak sapi yang dipotong membentuk dadu. Sajian khas Purwakarta ini dimarinasi dengan beberapa bumbu pilihan, seperti cuka lahang yang dibuat dari gula aren, kunyit, jahe, lengkuas, ketumbar, dan kecap manis.

Sate maranggi menjadi salah satu jenis sate di Indonesia yang paling populer di dunia, bahkan termasuk salah satu dari delapan jajanan kaki lima menurut Kemenkaparekraf atau Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada tahun 2012. Popularitas sate khas Purwakarta ini dapat dibuktikan sebab tak jarang warga yang tinggal di luar daerah Purwakarta, datang ke daerah sate ini berasal hanya untuk mencicipi kelezatan sate Maranggi.

Tak hanya sampai di situ, sate maranggi menjadi semakin populer bahkan hingga mendunia pada saat sate maranggi dijadikan menu makan siang pada sebuah acara pertemuan antara presiden Jokowi dan para CEO di Korea Selatan saat tahun 2016 silam. Melalui acara pertemuan tersebut, sate maranggi telah banyak menarik perhatian, baik warga lokal, maupun turis asing.

Popularitas sate khas Purwakarta ini lah yang menjadi bukti bahwa kelezatannya dapat diterima oleh masyarakat luas, termasuk para turis asing. Kelezatan sate maranggi kembali dibuktikan melalui sebuah acara mengenai 50 makanan terlezat dari seluruh dunia versi CNN, dan sate maranggi termasuk salah satunya.

Dari banyaknya hal yang membuktikan kelezatan sate maranggi, maka tak heran jika sajian sate ini sangat populer bahkan di seluruh dunia. Mungkin anda cukup penasaran, apa yang membuat sate maranggi begitu popular dan menjadi sajian yang istimewa? Apa saja hal yang melatarbelakangi terciptanya sate khas Purwakarta ini? Simak penjelasan berikut.

Asal Muasal Sate Maranggi

Sate Maranggi dikenal sebagai kuliner khas yang berasal dari Jawa Barat, tepatnya di Purwakarta. Secara historis, filosofi sate maranggi yakni “Tiga Daging Setusuk” yang melambangkan Tri Tangtu, yaitu tekad, ucap, dan tindakan dalam bahasa Sunda. Berdasarkan makna filosofisnya, maka dibuatlah sate maranggi yang setiap tusuknya terdiri dari tiga potongan daging atau lemak dengan ukuran yang cukup besar. Untuk mengetahui asal muasal sate maranggi, terdapat beberapa kisah yang berbeda, yang seluruhnya mengklaim sebagai asal muasal sate maranggi.

Asal muasal sate maranggi yang pertama datang dari sebuah kisah yang menyebutkan bahwa sate maranggi merupakan hasil dari akulturasi dua budaya, yakni Indonesia dan Tiongkok. Seorang Chef Haryo Pramoe mengatakan bahwa sate maranggi dibawa oleh seorang imigran dari Cina yang menetap di daerah Jawa Barat.

Saat dibawanya sate maranggi untuk pertama kalinya, sate ini tidak dibuat dengan beberapa potong daging atau lemak sapi, melainkan terdiri dari potongan daging babi. Pada saat ajaran Islam diterima oleh masyarakat Jawa, daging babi pada sate maranggi pun diganti dengan daging sapi agar bisa dinikmati oleh orang Islam di daerah tersebut. Sejarah sate maranggi dari kisah ini terlihat dari bumbu dan rempah sate khas Purwakarta yang menggunakan bumbu yang sama dengan yang digunakan pada dendeng babi dan dendeng ayam, yang banyak dijual di Cina.

Kisah asal muasal sate maranggi yang kedua menyebutkan bahwa sate maranggi asli berasal dari Indonesia. Menurut seorang budayawan Sunda, yakni Dedi Mulyadi, ia mengatakan bahwa nama ‘Maranggi’ merupakan nama yang diambil dari penjual sate maranggi pada jaman dahulu yang bernama Mak Ranggi.

Kisah kedua ini diperkuat yang disebutkan oleh seorang pemilik rumah makan Sate Maranggi di Purwakarta, yang bernama Heri Apandi. Pemilik rumah makan sate maranggi tersebut menyatakan bahwa ketika pada jaman dahulu tidak ada lemari es, Mak Ranggi ingin mencoba mengawetkan daging domba dengan cara didendeng menggunakan bumbu rempah.

Setelah berhasil diawetkan dengan cara tersebut, daging domba kemudian dimasak dengan cara dibakar. Hasilnya adalah sate maranggi yang unik dan lezat sebab terjadi proses marinasi sebelum dibakar. Dikenal dengan kelezatan rempah dan bumbu yang digunakan pada bahan marinasi daging, maka popularitas sate ini semakin menyebar.

Penjual yang bernama Mak Ranggi itu pun kerap memperkenalkan kelezatan sate tersebut dan membuat para pelanggan menyukainya. Dari hal tersebut, nama “Sate Mak Ranggi” lama-lama berubah menjadi “Sate Maranggi” yang Namanya popular hingga saat ini.

Sementara kisah ketiga yang mengklaim asal muasal sate maranggi menyebutkan bahwa sate ini merupakan hasil kreasi para pekerja peternakan domba di Kecamatan Plered. Para pekerja ini biasanya hanya mendapatkan daging sisa dari peternakan domba tempat mereka bekerja.

Meski hanya mendapatkan daging sisa, mereka pun berusaha memanfaatkan daging domba sisa yang dimilikinya tetap dapat menghasilkan rasa yang lezat. Para pekerja mencoba memanfaatkan daging domba tersebut dengan cara memotong daging domba menjadi beberapa potong berukuran kecil, yang kemudian daging sisa tersebut direndam dengan racikan rempah dan ditambahkan sedikit gula aren.

Rempah yang dipilih untuk merendam daging domba sisa tersebut dipercaya tak hanya dapat membantu menjaga daging domba tetap awet, tetapi juga dapat menambah kelezatan dari daging domba. Melalui kisah tersebut, cara yang dilakukan para pekerja lah yang menghadirkan cita rasa sate maranggi yang lezat. Meski tidak dapat diketahui dengan pasti mengenai kisah sesungguhnya yang menjadi asal muasal salah satu jenis sate yang paling popular di dunia ini, namun tetap saja kelezatan serta popularitas sate maranggi tak dapat dipungkiri.

Variasi Sate Maranggi

Sate maranggi menjadi sajian sate yang populer yang berasal dari Purwakarta. Meski lebih dikenal dari Purwakarta, terdapat jenis sate maranggi lainnya yang dapat ditemukan di daerah Cianjur namun dengan bentuk yang sedikit berbeda dari sate maranggi khas Purwakarta. Hal yang menjadi perbedaan utama pada jenis sate maranggi dari kedua daerah yang berbeda tersebut terletak pada cara penyajiannya.

Sate Maranggi khas Purwakarta kerap kali dihidangkan dengan kecap dan acar sambal tomat. Berbeda dengan sate maranggi khas Purwakarta, sate maranggi khas Cianjur dihidangkan dengan sambal oncom, serta dinikmati bersama ketan bakar yang menjadi pengganti nasi. Tak hanya itu, beberapa penjual sate maranggi menawarkan beberapa opsi untuk para pelanggannya yang tidak menyukai pedas. Pilihannya antara lain menggunakan kecap yang dicampur dengan sambal kacang sebagai pengganti sambal tomat.

Berdasarkan penjelasan di atas, walaupun terdapat beberapa varian Sate Maranggi, namun ciri khas sate lezat ini selalu menggunakan rempah-rempah pilihan serta cuka lahang yang terbuat dari gula aren yang menjadi dasar pembuatan setiap jenis sate maranggi.

Keistimewaan Sate Maranggi

Sate Maranggi menjadi sangat populer lantaran memiliki cita rasa yang khas dan dan menjadi pembeda dengan jenis sate lainnya yang ada di Indonesia. Meskipun jenis sate di Indonesia mayoritas adalah daging yang dibakar di atas arang, akan tetapi keunikan serta keistimewaan sate maranggi memang sangat berbeda dengan jenis sate yang ada. Keistimewaan ini datang dari banyak hal, antara lain sebagai berikut.

Proses Memasak

Sate Maranggi dikenal dengan rasanya yang begitu nikmat sebab bumbu yang digunakan meresap hingga ke dalam potongan daging. Itu sebabnya, sate maranggi dapat dinikmati meskipun tanpa tambahan bumbu. Kelezatan bumbu pada sate khas Purwakarta ini terletak pada proses penyajiannya, yaitu daging sapi dimarinasi terlebih dahulu dengan rempah khas serta gula aren.

Untuk mendapatkan kelezatan yang meresap hingga ke dalam daging, dibutuhkan proses marinasi yang cukup memakan waktu, yaitu berkisar antara 30 menit hingga 1 jam. Cita rasa lezat sate maranggi juga didapat melalui bumbu yang terus dioleskan di atas daging saat sate dibakar. Hal itulah yang membuat bumbu sate maranggi sangat meresap ke dalam daging.

Bumbu Bakar Sate

Daging sate maranggi yang dimarinasi terlebih dahulu sebelum dibakar tak luput dari pemilihan bumbu bakar sate yang menciptakan kelezatan sate tersebut. Sate Maranggi dibumbui dengan berbagai rempah yang tak hanya menambah cita rasa, tapi juga menambah aroma sate. Bumbu bakar sate ini terdiri dari jahe, kunyit, ketumbar, lengkuas, cuka lahang, dan kecap manis yang dihaluskan. Selain itu, bawang merah, bawang putih, dan gula merah juga bisa ditambahkan sebagai bumbu yang melezatkan.

Di antara seluruh bumbu dan rempah yang digunakan tersebut, terdapat bahan yang paling unik, yakni sate maranggi menggunakan bunga kecombrang dan tepung ketan untuk bumbunya sehingga membuat sate tersebut terasa semakin lezat dan digemari masyarakat. Tak hanya dari segi rasa, tetapi aroma dari daging yang kuat pun menjadi lebih samar setelah dibumbui dengan bumbu bakar tersebut.

Bumbu Acar

Proses memasak serta bumbu bakar sate berperan penting dalam melezatkan sajian sate ini. Namun yang tak kalah penting adalah bumbu yang disajikan bersama sate maranggi. Mayoritas sate yang dikenal masyarakat di Indonesia biasanya menyajikan bersama bumbu kacang. Namun, sate maranggi khas Purwakarta yang lezat ini disajikan secara berbeda, yaitu tanpa bumbu kacang. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa sate maranggi memiliki bumbu yang sangat meresap, sehingga tetap bisa dinikmati tanpa bumbu kacang tambahan.

Tanpa menghilangkan ciri khas sate di Indonesia, sate maranggi tak dihidangkan dengan bumbu kacang, melainkan dengan bumbu yang disebut bumbu acar sate maranggi. Bumbu acar tersebut dibuat dengan beberapa irisan tomat, cabe rawit, bawang merah, kecap serta daun kemangi.

Irisan tomat yang digunakan dapat memberikan rasa segar pada sate maranggi, sementara cabe rawit digunakan untuk masyarakat yang menyukai kuliner pedas. Di sisi lain, daun kemangi yang harum berpadu dengan aroma sate maranggi dijamin akan menggugah selera para pembeli.

Sajian sate sudah menjadi favorit banyak orang di Indonesia. Hal ini dikarenakan rasanya yang lezat, bahkan aroma yang datang dari daging yang dibakar sangat menggugah selera. Tak hanya itu saja, sate telah menjadi kuliner khas Indonesia yang sudah sejak ratusan tahun silam. Banyaknya variasi dan ragam sate yang tersedia di Indonesia menunjukkan bahwa sate telah menjadi bagian dari budaya Indonesia, yang membuat tiap daerah menciptakan jenis sate yang berbeda berdasarkan budaya dari wilayah tersebut.

Keunikan sate maranggi dipengaruhi oleh banyak hal, mulai dari proses memasak, bumbu yang digunakan, hingga bumbu pendamping. Hal tersebut membuat sate maranggi menjadi berbeda dengan jenis sate lainnya yang ada di Indonesia dan popularitasnya menyebar hingga berbagai belahan dunia. Ingin membaca artikel menarik lainnya? Simak 10 jenis sate dari pelosok di Indonesia melalui tautan berikut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *