Bulan madu adalah perjalanan yang biasa dilakukan oleh pengantin baru untuk merayakan pernikahan mereka. Bulan madu dianggap sebagai budaya yang wajib dijalankan oleh pasangan-pasangan modern. Sejak abad ke-20, bulan madu sering dirayakan di tempat-tempat yang jauh dari keramaian, eksotik, hangat, dan bernuansa romantis. Tapi tahukan anda, mitos, sejarah dan fakta menarik dari bulan madu? Simak penjelasannya di bawah ini.
Sejarah Bulan Madu
Bulan madu atau dikenal sebagai Honeymoon ternyata memiliki sejarah yang cukup menarik dan unik. Pertama-tama etimologi kata tersebut berasal dari bahasa Inggris Kuno “hony moone.” Hony diartikan sebagai madu. Jika dimaknai lebih jauh, kata ini mengacu pada kalimat “periode kelembutan dan kesenangan yang tidak terbatas yang dialami oleh pasangan yang baru menikah”. Periode ini dianggap penuh kelembutan dan manis layaknya madu. Sementara itu, kata “Moone” dimaknai sebagai waktu singkat untuk membuat rasa manis itu bertahan.
Kalimat pertama yang tercatat tentang kata bulan madu ini berasal dari tahun 1542, ketika seorang penulis, Samuel Johnson menulis: “Bulan pertama setelah menikah, ketika tidak ada apa pun selain kelembutan dan kesenangan”. Awalnya tidak mengacu pada periode satu bulan, tetapi menggambarkan kasih sayang timbal balik dari pasangan yang baru menikah, seperti bulan yang berubah perlahan hingga menuju purnama yang mulai memudar. Artinya, tulisan ini mempercayai bahwa cinta akan memudar seiring waktu.
Tampaknya peribahasa sinisme tidak hanya berhenti sampai disitu. Pada tahun 1552, penulis Richard Huloet menulis bahwa “Hony mone” adalah sebuah istilah yang diterapkan seperti kehidupan baru menikah, yang tidak akan jatuh pada awalnya serta sangat mencintai satu sama lain. Nuansa ini memungkinkan cinta pasangan yang berlebihan hingga akhirnya menghilang begitu saja. Pesannya cukup jelas: “Saat bulan memudar, begitu juga cintamu.”
Dari sudut pandang lain, konon istilah “bulan madu” juga memiliki asal-usul yang berasal dari abad ke-5, ketika budaya mewakili waktu kalender dengan siklus bulan. Saat itu, pasangan pengantin baru minum mead (“madu”) selama bulan pertama pernikahan mereka. Mead adalah minuman beralkohol berbahan dasar madu yang dipercaya memiliki sifat afrodisiak. Ini adalah produk turunan madu yang dianggap sebagai minuman yang tepat untuk menikmati malam pengantin baru.
Sementara itu, bulan madu yang dikenal seperti sekarang sebenarnya berawal dari masyarakat di Inggris. Pasangan di Inggris abad ke-19 menggunakan bulan madu mereka untuk melakukan perjalanan, meski bukan perjalanan yang “membahagiakan” seperti sekarang. Saat itu bulan madu adalah perjalanan untuk mengunjungi teman dan keluarga yang tidak dapat menghadiri upacara pernikahan. Jadi, bukan untuk menyendiri atau menikmati waktu bersama pasangan seperti yang kita pahami saat ini.
Baru pada akhir 1800-an bulan madu mulai terlihat seperti hari ini, semenjak banyak pasangan yang mendaftarkan pesanan untuk tempat-tempat wisata pasca pernikahan. Beberapa tahun kemudian popularitas bulan madu mulai meningkat, dan pasangan mulai melakukan perjalanan bulan madu untuk menikmati waktu agar saling mengenal pasangan lebih dalam.
Mitos dan Fakta Bulan Madu
Diluar keindahan kisah cinta yang berlangsung pasca pernikahan, bulan madu ternyata menyimpan banyak cerita yang menimbulkan sejumlah asumsi. Misalnya, sebuah studi ilmiah tahun 2015 menyimpulkan bahwa pergi berbulan madu dikaitkan dengan risiko perceraian yang lebih rendah, terlepas dari berapa banyak atau sedikit yang dihabiskan untuk bulan madu itu sendiri.
Namun, pengeluaran yang tinggi dan menimbulkan utang yang signifikan pada biaya terkait pernikahan, seperti cincin pertunangan dan upacara pernikahan, justru dikaitkan dengan risiko perceraian yang tinggi. Tentu saja hal ini sangat tergantung pada situasi masing-masing pernikahan dan pasangan. Inilah yang mengawali kemunculan mitos dan fakta dari istilah bulan madu dengan beragam keunikan tersendiri.
Bulan Madu Membuat Pasangan Segera Memiliki Keturunan
Sebagian besar pasangan yang sudah menikah pasti menginginkan segera mendapatkan keturunan. Banyak yang berkata bahwa bulan madu yang dilakukan setelah menikah di suatu tempat yang jauh dari keramaian akan mempercepat proses kehamilan.
Tentu saja ini adalah mitos, karena faktanya banyak pasangan yang tidak melakukan bulan madu, namun bisa segera mendapatkan keturunan setelah menikah. Sementara ada juga pasangan yang tidak segera mendapat keturunan meskipun sudah melakukan tradisi bulan madu. Oleh sebab itu suatu kehamilan dipengaruhi oleh banyak faktor baik dari segi medis maupun spiritual.
Bulan Madu Indentik Dengan Jalan-jalan
Di era ini bulan madu sering dikaitkan dengan jalan-jalan untuk mengunjungi banyak tempat indah dan romantis. Padahal makna dari bulan madu tidak hanya terkait jalan-jalan. Bulan madu bisa diartikan sebagai menikmati waktu berdua dengan pasangan baik untuk mengenal satu sama lain maupun melakukan kegiatan yang bermanfaat.
Fakta lebih lanjut, bulan madu bisa juga dilakukan dengan mengikuti kegiatan atau bakti sosial yang dilakukan bersama pasangan. Pada akhirnya makna dari bulan madu tetap sama yaitu menikmati waktu sebagai pasangan pengantin baru, terlepas dari bagaimanapun caranya.
Bulan Madu Menghabiskan Banyak Uang
Mitos ini tidak sepenuhnya benar karena bulan madu tidak selalu menghabiskan banyak uang. Jika mengikuti bulan madu gaya selebritis dengan mengunjungi banyak destinasi wisata ke luar negeri tentu saja akan menguras budget yang tersedia. Namun, faktanya bulan madu bisa dilakukan di mana saja tanpa harus menyiapkan banyak dana misalnya di pantai, pegunungan, berkemah, maupun menyewa villa kelas menengah.
Namun, bulan madu yang dilakukan oleh pasangan dengan mengunjungi tempat makan mewah maupun ke luar negeri pasti akan menghabiskan banyak dana. Dengan demikian, sebaiknya bulan madu bisa dirancang dan disesuaikan dengan budget yang ada. Misalnya destinasi lokal cocok bagi pasangan yang ingin menghemat budget tanpa menghilangkan kesan indahnya bulan madu.
Bulan Madu Harus Dilakukan Segera Setelah Resepsi
Bukan rahasia lagi bahwa banyak orang yang beranggapan bulan madu harus dilakukan segera setelah resepsi. Padahal, faktanya bulan madu tetap bisa dilakukan berbulan-bulan setelah resepsi usai. Secara teknis resepsi akan menghabiskan banyak dana dan tenaga sehingga pasangan pengantin terkadang membutuhkan istirahat yang lebih banyak. Selain itu, beberapa pasangan yang sudah bekerja juga memiliki kesibukan yang mengharuskan bulan madu ditunda terlebih dulu.
Oleh sebabnya bulan madu tidak harus dilakukan setelah resepsi. Sebaliknya agar bulan madu yang indah bisa dinikmati dalam keadaan fisik yang sehat, budget yang cukup dan waktu luang yang tepat maka bulan madu bisa dilakukan kapanpun. Faktanya kesan indah dari momen bulan madu tidak akan berubah meskipun dilakukan jauh hari setelah resepsi.
Bulan Madu Membuat Pasangan Bahagia Di Tahun Pertama
Masa bulan madu yang dianggap sebagai indikasi bahwa pasangan akan selalu bahagia pada tahun pernikahan. Faktanya adalah banyak pasangan yang tidak bahagia di tahun pertama dan bahkan bercerai meskipun sudah berbulan madu.
Sementara itu, pasangan yang tidak melakukan bulan madu juga bisa tetap bahagia bahkan tanpa mengenal apa itu bulan madu. Peneliti Australia juga menemukan fakta bahwa pasangan yang menikah, justru disebut paling bahagia ketika mereka telah mencapai usia 40 tahun dari pernikahan. Tentu saja kadar kebahagiaan sangat subjektif sehingga mitos ini tidak bisa dilihat dari satu sudut pandang saja.
Bulan Madu Harus Dilakukan Dalam Satu Periode Bulan
Bulan madu dikatakan harus dilakukan selama satu bulan penuh. Faktanya bulan madu bisa dilakukan hanya dalam beberapa hari atau berbulan-bulan. Hal ini sangat tergantung dengan konsep bulan madu yang dipahami oleh masing-masing pasangan.
Sebagian bulan madu yang dimaknai sebagai waktu untuk menyendiri bersama pasangan, mungkin hanya membutuhkan seminggu atau dua minggu saja. Sementara bulan madu yang dimaknai sebagai perjalanan berkeliling dunia atau melakukan kegiatan amal di berbagai tempat tentu membutuhkan lebih banyak waktu. Pada akhirnya bulan madu bersifat sangat fleksibel dan situasional.
Bulan Madu Hanya Dilakukan Sekali Seumur Hidup
Ada banyak pendapat yang mengatakan bahwa pasangan hanya mengalami satu kali masa bulan madu seumur hidupnya. Faktanya tidak harus demikian. Keindahan masa-masa bulan madu tidak harus menjadi liburan sekali seumur hidup. Bulan madu bisa dilakukan kapanpun pasangan menginginkannya.
Mengambil libur dan cuti dari pekerjaan untuk pergi bersama pasangan tentu saja akan menjadi bulan madu lainnya yang tidak kalah kesannya dengan bulan madu di awal pernikahan. Menciptakan perjalanan bersama pasangan yang lebih banyak, justru akan menyempurnakan kenangan dan petualangan dari kehidupan pernikahan.
Masa Bulan Madu Selalu Bahagia
Orang berkata ketika masa bulan madu maka anda akan merasa bahagia sepanjang waktu mulai dari pagi hari hingga malam sebelum tidur. Padahal beberapa orang sangat mungkin mengalami tekanan dan depresi ketika bulan madu mereka. Hal ini sangatlah normal. Secara medis ada yang disebut dengan post-wedding blues. Kondisi ini dapat terjadi terlepas dari kebahagiaan yang seharusnya dirasakan pasca pernikahan.
Ini adalah proses alami ketika seseorang menghadapi proses adaptasi kehidupan, kecewa, lelah, dan tidak siap, sehingga mengalami respon emosional yang negatif. Namun, depresi yang berlangsung sebentar tentu saja sangat normal, sehingga tidak seharusnya menjadi alasan memudarnya kisah bulan madu ataupun cinta pasangan satu sama lain.
Saat ini, budaya bulan madu memang sangat menarik dan bisa dijadikan kesempatan untuk mengawali kehidupan rumah tangga yang lebih positif. Namun, beberapa pasangan mungkin memilih untuk tidak berbulan madu dan sebaliknya, menggunakan simpanan yang ada untuk membayar uang muka rumah atau pembelian kebutuhan rumah tangga lainnya. Pada akhirnya bulan madu adalah sesuatu yang positif dan menjadi pilihan yang fleksibel.