Probiotik adalah suatu istilah yang populer di bidang kesehatan. Ini adalah sebutan lain dari bakteri baik atau bakteri yang bermanfaat bagi kesehatan. Secara khusus, probiotik paling sering dikaitkan dengan fungsi saluran cerna yaitu menjaga usus tetap sehat dan menciptakan keseimbangan mikroorganisme di dalam tubuh.
Selain mendapatkan prebiotik dari makanan, sering kali orang juga mengonsumsi suplemen probiotik yang tersedia dalam bentuk tablet, bubuk, dan cair. Suplemen biasanya mengandung probiotik jenis tertentu yang mampu digunakan untuk menjaga kesehatan secara spesifik.
Mengapa Probiotik Penting?
Probiotik bekerja dengan cara menyeimbangkan mikroorganisme di dalam usus untuk membunuh bakteri patogen sekaligus menjaga kesehatan tubuh. Dengan memenuhi kebutuhan probiotik maka anda akan mendapatkan beberapa manfaat positif bagi kesehatan. Manfaat ini termasuk perbaikan kondisi sindrom iritasi usus (IBS), penyakit radang usus (IBD), diare akut dan infeksi, diare yang disebabkan oleh antibiotik, sembelit, mengurangi gejala intoleransi laktosa, serta mendukung kesehatan di luar pencernaan.
Beberapa manfaat lain dari probiotik di dalam tubuh antara lain, mampu menurunkan kolesterol jahat, menurunkan tekanan darah tinggi, mengobati alergi, memperbaiki kondisi kulit seperti eksim, menjaga kesehatan mental, hingga mencegah infeksi saluran kemih dan vagina. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa probiotik mampu menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Sebaliknya jika tubuh tidak mampu mencukupi kebutuhan probiotik ini, maka akan secara alami menurunkan daya tahan tubuh serta gangguan pada pencernaan. Dalam penelitian yang dimuat pada Journal of Science and Medicine in Sport mengemukakan bahwa atlet rentan mengalami flu, pilek, dan masalah pencernaan hingga 40% lebih tinggi dibandingkan orang yang mengonsumsi probiotik.
Oleh sebab itu banyak yang meyakini bahwa semakin banyak probiotik yang ada di dalam saluran cerna, maka daya tahan tubuh pun akan semakin meningkat. Selain itu, kekurangan probiotik juga membuat orang dewasa rentan mengalami diare, memperbesar resiko peradangan usus, serta memperburuk kondisi terhadap iritasi akibat infeksi bakteri. Secara khusus, bagi bayi yang hanya mengonsumsi ASI juga bisa mengalami kekurangan probiotik yang berakibat pada konstipasi pada bayi.
Siapa Yang Harus Mengkonsumsi Probiotik?
Probiotik sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan terutama dalam bentuk suplemen bagi orang yang mencukupi kebutuhan makanan sehat. Bakteri baik ini adalah bagian reaksi tubuh yang dihasilkan dari makanan yang kaya akan serat. Dalam hal ini, agar probiotik dapat bekerja maksimal, maka dibutuhkan prebiotik sebagai asupan nutrisi bagi probiotik. Prebiotik adalah nama lain dari nutrisi sejenis serat yang dibutuhkan sebagai makanan bakteri baik tersebut.
Serat prebiotik bisa ditemukan di dalam makanan seperti pisang, asparagus, oatmeal, dan kacang-kacangan, serta sumber protein nabati lainnya. Oleh sebabnya mengonsumsi makanan yang kaya akan prebiotik sebenarnya sudah cukup untuk menunjang produksi bakteri baik di dalam tubuh.
Dengan kata lain, mencukupi kebutuhan prebiotik setiap hari akan meningkatkan probiotik tanpa perlu tambahan suplemen. Tak heran apabila dalam pedoman gizi seimbang, asupan probiotik sebenarnya tidak dicantumkan karena memang probiotik umumnya akan tercukupi selama mengonsumsi makanan sehat dan bervariasi.
Sebaliknya dengan pola makan yang buruk, kurangnya berolahraga, asupan alkohol yang berlebihan, merokok dan gaya hidup tidak sehat lainnya, justru dapat mengganggu keseimbangan bakteri probiotik di dalam tubuh. Dengan kata lain, meskipun dengan mencukupi prebiotik maupun probiotik melalui suplemen sekalipun, pada akhirnya pola hidup yang tidak sehat juga akan berdampak pada kesehatan tubuh secara umum.
Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa konsumsi probiotik memang dibutuhkan bagi orang dengan kondisi kesehatan tertentu, khususnya masalah yang berdampak pada saluran pencernaan. Ini adalah kategori orang yang memerlukan probiotik paling utama. Misalnya untuk penderita sindrom iritasi usus besar dan penyakit radang usus.
Selain itu, individu yang kerap menggunakan produk antibiotik juga dianjurkan untuk mengonsumsi probiotik. Hal ini dikarenakan antibiotik dapat mengobati dan mencegah infeksi bakteri, namun zat tersebut tidak mampu membedakan yang mana bakteri baik dan bakteri jahat. Alhasil antibiotik membunuh kedua jenis bakteri ini. Dengan memenuhi konsumsi probiotik maka anda dapat mengisi kembali bakteri baik yang dihilangkan oleh antibiotik.
Lebih lanjut, ada juga orang yang tidak sebaiknya mengonsumsi probiotik. Kategori utama orang yang tidak harus mengonsumsi probiotik ialah orang yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh atau yang mengonsumsi imunosupresan. Ini termasuk orang yang menderita HIV, orang yang sedang sakit kritis atau yang baru saja menyelesaikan operasi besar.
Beberapa probiotik juga tidak ditujukan untuk anak-anak, ibu hamil dan menyusui. Hal ini dikarenakan kelompok orang tersebut rentan mengalami masalah sistem pencernaan. Sebaliknya mereka lebih disarankan untuk memenuhi kebutuhan gizi dan serat harian. Dengan begitu, asupan probiotik otomatis akan terpenuhi.
Berapa Banyak Probiotik Yang Harus Dikonsumsi Per Hari?
Jumlah probiotik yang tergolong aman dikonsumsi setiap hari ditentukan oleh banyaknya kelompok atau koloni bakteri dalam suatu produk atau bahan pangan. Ini dikenal dengan istilah colony-forming units (CFU). Bagi orang dewasa asupan probiotik direkomendasikan sebanyak 5-20 miliar CFU per hari.
Probiotik paling sering ditemukan di yoghurt, buttermilk, kefir, tempe, acar, kimchi, sup kedelai Jepang, dan teh kombucha. Sebagai perbandingan, beberapa produk probiotik yang populer seperti yoghurt mengandung 4,8 sampai 9,50 miliar CFU/ml. Sementara kefir mengandung 10 miliar CFU/ml, kombucha 5.000 sampai 500.000 CFU/ml, dan suplemen probiotik 48,2 miliar CFU/ml.
Meski demikian, beberapa produk probiotik yang beredar di pasaran biasa mengandung lebih sedikit probiotik karena mengandung kalori, gula dan bahan tambahan. Sementara untuk probiotik dalam bentuk suplemen, akan sedikit berbeda. Jenis dan jumlah bakteri probiotik yang terkandung dalam produk suplemen sudah ditentukan dan biasanya terlampir.
Spesies bakteri yang paling umum digunakan dalam probiotik (di antara sekitar 3.000 potensial) adalah spesies Lactobacillus atau Bifidobacterium. Bakteri probiotik biasanya dibekukan (tapi tetap hidup) dan ketika dikonsumsi maka probiotik akan menjadi hangat dan aktif sepenuhnya di dalam sistem pencernaan. Anda dapat menemukan suplemen probiotik di sebagian besar toko obat maupun secara online.
Namun perlu diingat kembali, bahwa probiotik cenderung dapat diproduksi secara alami selama seseorang mengonsumsi makanan bergizi seimbang. Tak hanya itu, jumlah probiotik yang dibutuhkan tiap orang berbeda tergantung dengan kondisi kesehatan dan penyakit yang dideritanya. Bisa saja sebagian orang membutuhkan probiotik, sementara orang lainnya sudah memproduksi probiotik secara alami di dalam tubuh.
Efek Samping
Ketika pertama kali mengonsumsi probiotik terutama dalam bentuk suplemen, maka anda mungkin mengalami gejala seperti kembung, sakit kepala, dan ruam kulit. Biasanya gejala ini akan berkurang setelah tubuh anda terbiasa dengan probiotik. Akan tetapi, mungkin saja reaksi alergi akan berlanjut terutama ketika anda alergi terhadap produk susu, misalnya yoghurt. Hal ini dikarenakan produk susu dikenal sebagai sumber probiotik yang tinggi dan mengandung hampir semua jenis bakteri baik yang penting bagi tubuh.
Bagi orang sehat probiotik cenderung tidak menimbulkan masalah serius. Akan tetapi bagi orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah dapat mengalami efek samping seperti perut kembung, gas berlebih, sakit kepala, gangguan pencernaan, resiko infeksi bakteri probiotik dan pertumbuhan bakteri pada usus halus.
Sementara orang yang mengonsumsi probiotik berbasis ragi juga mungkin mengalami efek samping berupa sembelit dan peningkatan rasa haus yang berlebihan. Dampak negatif ini biasanya sembuh dengan sendirinya setelah beberapa minggu. Akan tetapi apabila semua efek samping tersebut berlanjut selama lebih dari beberapa minggu, maka sebaiknya hentikan konsumsi probiotik.
Perlu disadari, bahwa kebanyakan produk probiotik seperti susu, yoghurt, dan teh kombucha tidak mencantumkan seberapa banyak probiotik yang ada didalamnya. Hanya sebagian suplemen probiotik yang menyajikan komposisi tersebut pada kemasannya. Maka, cara yang paling baik untuk mengontrol asupan probiotik adalah dengan membatasi produk yang anda konsumsi demi meminimalisir efek samping yang mungkin terjadi.
Dengan demikian, anda yang paling tahu mengenai kondisi kesehatan tubuh masing-masing, apakah termasuk kategori yang tidak membutuhkan probiotik atau orang yang sebaiknya mengonsumsi probiotik. Oleh sebab itu, pastikan juga untuk memperhatikan jumlah kebutuhan dan konsumsi probiotik anda, tidak kurang ataupun berlebihan.