Perbedaan tengkleng dan tongseng telah diketahui oleh sebagian masyarakat Indonesia. Namun, ternyata lebih banyak masyarakat sekitar Jawa saja yang mengenal perbedaan kedua hidangan ini. Sebagian masyarakat Jakarta juga masih ada yang bingung untuk membedakan kedua makanan ini, sehingga terkadang mereka bertanya dan mencari kesana-kesini tentang perbedaan tengkleng vs tongseng.
Tengkleng dan tongseng merupakan makanan khas Indonesia yang berasal dari Jawa Tengah. Walau sama-sama dari Jawa Tengah, tetapi kedua makanan ini tentunya memiliki ciri khas berbeda. Menurut masyarakat Jawa Tengah tengkleng dan tongseng memiliki sejarah yang berbeda. Jadi menurut mereka kedua makanan ini benar-benar berbeda. Munculnya makanan ini pada masyarakat Jawa, dianggap menjadi momen penting untuk dilestarikan oleh Indonesia, kemudian berkembang menjadi makanan khas Jawa. Apabila kamu berada di Jawa makanan tengkleng dan tongseng sangat mudah dijumpai.
Berbagai kedai dan warung makan menyediakan makanan ini dengan harga yang cukup terjangkau. Seperti kedai Tengkleng dan Tongseng Pak Min di Kemayoran, harga satu porsi tengkleng atau tongseng tanpa nasi dibandroll dengan harga Rp 25.000 saja. Kedua makanan khas ini sekilas memang mirip. Tetapi bila ditelusuri lebih lanjut, secara mendasar tengkleng dan tongseng memiliki ciri khas yang berbeda yang menjadi pembeda antara keduanya. Lantas apa saja perbedaan dari makanan tengkleng vs tongseng? Mari simak informasi berikut.
Isian dan Bumbu
Perbedaan tengkleng vs tongseng dapat kamu lihat pada isiannya. Bila kamu perhatikan tengkleng akan menonjol pada bagian tulang kambing. Walau terkadang ada juga yang mencampur dengan jeroan kambing, tetapi tulang lah yang menjadi penting dalam hidangan tengkleng. Pada bagian tulang tentu bukan hanya tulangnya saja yang disajikan, melainkan masih terdapat sisaan daging yang menempel pada tulang. Inilah yang membuat kamu merasa asyik saat mengonsumsi tengkleng. Perlu diingat bahwa hidangan tengkleng ini akan selalu berhubungan dengan tulang atau jeroan daging kambing.
Sedangkan pada tongseng, yang paling menonjol adalah jeroan dan daging kambing atau sapi. Hidangan tongseng ini dapat berupa jeroan dan daging kambing atau sapi, tidak seperti tengkleng yang khusus dikenal dengan tulang kambingnya. Tongseng ini cenderung menggunakan jeroan yang dicampur dengan sisa daging. Selain itu, hidangan tongseng juga sangat identik dengan sayuran, berbeda dengan tengkleng yang tidak inti menggunakan sayuran. Sayuran yang dimasukkan dalam tongseng adalah sayuran lunak sepeti tomat dan kol/kubis.
Identiknya lagi adalah bumbu tongseng yang menggunakan kuah gulai dan diberi kecap manis atau campuran gula merah. Tentunya inilah yang menjadi berbeda pada tengkleng. Rasa manis kecap dan campuran gula merah akan sangat terasa pada hidangan tongseng, sedangkan tengkleng tidak cenderung manis lebih mengarah pada kuah santan yang gurih. Namun perlu kamu ketahui, saat ini beberapa kedai di Indonesia memodifikasi tongseng dengan tidak menggunakan jeroan saja, melainkan daging kambing atau daging sapi, juga disertai dengan berbagai sayuran seperti kol, sawi dan lainnya. Selain itu tongseng juga menyajikan daging kambing yang juga digunakan pada sate kambing. Sekarang ini, sudah sangat jarang kedai yang menyajikan tongseng bersama jeroan. Kamu dapat dipastikan hanya menemukan isian daging kambing atau daging sapi dalam tongseng.
Bagi kamu yang ingin membuat hidangan tongseng di rumah, kamu bisa membeli bumbu tongseng melalui Cairo Food. Biasanya penggunaan bumbu tongseng menggunakan bumbu dan rempah basah/segar, sehingga kamu perlu untuk memprosesnya terlebih dahulu. Namun pada produk bumbu tongseng Cairo Food sudah menyajikan bumbu kering yang lengkap, untuk mempermudah kamu dalam membuat hidangan tongseng tanpa perlu repot-repot memproses bumbu dahulu. Simple bukan? Nah, bumbu tongseng dari Cairo Food ini juga dapat digunakan dalam pembuatan hidangan tengkleng. Jadi kamu tidak perlu bingung lagi untuk mencari bumbu kedua hidangan ini.
Cara Memasak
Cara pembuatan tengkleng dan tongseng juga berbeda. Pada hidangan tengkleng melewati proses merebus tulang daging kambing hingga ekstrak dari tulangnya keluar. Semakin lama diolah kuahnya, semakin enak pula rasanya, karena ekstrak tulang semakin banyak dikeluarkan. Dalam dunia kuliner, warna kaldu yang tua dapat dipastikan dibuat dengan ekstrak tulang. Rasa ekstrak tulang pun jadi semakin gurih saat disantap, ditambah dengan kuah gulai yang mengandung banyak bumbu dan rempah di dalamnya. Setelah itu barulah kaldu tulang kambing dicampurkan ke dalam bumbu santan yang sudah diberi bumbu, untuk menghilangkan bau amisnya.
Jika pada tengkleng menggunakan kaldu tulang kambing, tongseng justru tidak menggunakan kaldu tulang. Tongseng sendiri merupakan campuran dari gulai. Justru yang perlu diperhatikan adalah cara pembuatan gulainya. Santan terlebih dahulu dimasak lalu setelah menjadi bumbu gulai, barulah tumis bumbu gulainya bersamaan dengan jeroan dan daging sapi atau kambing. Lalu campurkan sayuran secukupnya dan yang terpenting adalah kecap atau gula merah. Proses ini tentunya berbeda dengan pembuatan tengkleng. Untuk lebih lengkapnya mengapa proses berbeda, kamu bisa baca pada bagian sejarah berikut, ya.
Sejarah
Tengkleng dan tongseng memiliki sejarahnya masing-masing. Masyarakat Jawa sangat melestarikan sejarah cerita masakan keduanya, karena dianggap hal yang penting untuk membanggakan budaya dan tradisi Jawa. Sejarah Indonesia tak akan pernah lupa untuk membawa masa penjajahan dan masa perdagangan yang terjadi di Indonesia. Pada saat itu mulailah kedua makanan ini dipercaya dipengaruhi oleh masa penjajahan dan masa perdagangan yang dahulu telah terjadi.
Tengkleng
Sejarah tengkleng dianggap menjadi sejarah pilu masyarakat Indonesia. Makanan tengkleng lahir dari kesengsaraan masyarakat Indonesia saat Belanda memasuki Indonesia. Pada saat itu penggunaan daging kambing dalam suatu hidangan hanya bisa dinikmati oleh orang-orang Belanda dan juga priyayi atau petinggj lainnya. Saat itu daging kambing sangatlah mahal bagi masyarakat Indonesia, jadi mereka hanya mampu membeli ‘limbah’ yang ada pada kambing yaitu tulang dan jeroan.
Nama tengkleng sendiri dipercaya memiliki istilah nama berdasarkan bunyi. Saat itu hidangan ini disajikan pada sebuah piring yang terbuat dari seng (dikenal gebreng) yang hanya dimiliki oleh masyarakat miskin. Nah bunyi piring ini cukup berisik menghasilkan suara “kleng-kleng-kleng”. Sehingga masyarakat Indonesia saat itu menamainya dengan tengkleng. Di dalam hidangan piring itu hanyalah isian ‘limbah’ daging kambing, yaitu jeroan dan tulang. Bunyi tulang yang menyentuh piring juga memberikan suara ‘kleng-kleng’ sehingga ini memperkuat sebutan tengkleng pada hidangan satu ini.
Tongseng
Berbeda lagi dengan tongseng. Makanan tongseng dipercaya memiliki kecenderungan yang dipengaruhi oleh masa perdagangan dari Timur Tengah. Saat para imigran dan pendatang dari Timur Tengah membawa teknik dan bahan memasak yang akhirnya banyak diikuti oleh masyarakat Indonesia.
Awal mulanya sekitar 18-19 Masehi saat bangsa Arab dan India mulai datang ke Indonesia. Lalu mereka memberikan pengaruh budaya kuliner dengan memperkenalkan ragam bahan hidangan dari kambing dan domba. Dengan berjalannya waktu para imigran Timur Tengah ini banyak menempati wilayah Indonesia, seperti di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jogja. Pada saat itu dari beberapa wilayah tersebut banyak dijumpai para imigran Arab, sehingga daerahnya dikenal sebagai daerah penghasil kambing yang baik.
Pengolahan berbagai hidangan kambing mulai bermuculan. Kreasi pertama yang dikenal adalah sate kambing dengan cara persiapan dan penyajian khas Nusantara. Sate terinspirasi dari makanan Arab bernama kebab, namun kebab dari Arab hanya daging yang ditusuk saja tanpa menggunakan bumbu kacang. Nah, percampuran bumbu kacang inilah yang menjadi kreasi masyarakat Indonesia. Biasanya sate saat itu hanya menggunakan daging atau hati, sisanya yaitu jeroan dan yang kemudian diolah lagi menggunakan bumbu rempah dan santan, menghasilkan hidangan bernama gule atau gulai kambing yang merupakan pasangan sate.
Setelah sate dan gulai, kemudian masyarakat di Selatan Jawa mulai meracik menu baru. Hal ini disebabkan karena saat itu banyak pabrik gula pasir dan juga gula merah tradisional yang mulai beroperasi dan pabrik kecap manis mulai banyak berproduksi. Dari air rebusan kuah gulai kemudian ditumis kembali dan jadilah tongseng. Sebuah hidangan yang dibuat dengan cara mengoseng daging kambing bersama kecap, aneka bumbu iris, dan memasaknya dengan kuah gulai. Lalu untuk menambah tekstur dan kesegaran, diberi irisan tomat dan kol/kubis.
Seperti halnya penamaan tengkleng, tongseng sendiri juga dipercaya berasal dari istilah nama berasal dari bunyi. Kata ‘tong’ mengarah pada wajan besi yang digunakan untuk memasak. Sedangkan kata ‘seng’ berasal dari bunyi saat mengaduk makanan pada tong tersebut ‘seng-seng-seng’. Inilah juga yang akhirnya memberikan istilah “oseng-oseng” dengan memiliki arti tumis. Menarik bukan?
Era modern saat ini, rasanya hidangan tengkleng dan tongseng memiliki prestise tersendiri. Banyak kedai dan restoran yang menyajikan tengkleng dan tongseng sebagai menu yang berkelas. Seiring berubahnya zaman, justru tengkleng dan tongseng dapat bersaing dengan hidangan berkelas dari luar negeri. Semoga masakan ini dapat terus dilestarikan dan tidak tergeser dengan masakan Barat (luar negeri). Selalu bangga dan lestarikan budaya kuliner khas Indonesia.
Demikian informasi mengenai 3 perbedaan tengkleng dan tongseng yang harus diketahui. Semoga bermanfaat, ya.