Makanan khas Palembang banyak menggunakan ikan sebagai bahan utamanya, hal ini dikarenakan Sumatera Selatan, khususnya Palembang memiliki Sungai Musi sebagai salah satu sungai terpanjang di Indonesia. Sungai tersebut menghasilkan kekayaan bawah laut yang melimpah, sehingga hal itulah yang juga menjadi ciri khas dari makanan Palembang.
Dijuluki sebagai “Kota Pempek”, Palembang tak hanya memiliki pempek atau makanan khas berbahan dasar ikan saja, terdapat banyak sekali santapan lezat khas Palembang lainnya yang bisa Anda cicipi. Ada yang berupa sajian gurih, hingga kue tradisional yang manis. Apa saja makanan khas Palembang? Yuk cari tahu!
Pempek
Pempek adalah makanan khas Palembang yang pertama, yang tak hanya bisa ditemukan di daerah asalnya saja, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia, sehingga membuat kota Palembang diberi julukan sebagai “Kota Pempek”. Konon, istilah pempek pada kuliner khas ini berasal dari nama seorang penjual pempek, ia adalah lelaki keturunan Cina, yaitu ‘Apek’, namun masyarakat seringkali memanggil namanya dengan ‘pek-pek’, maka kemudian hadirlah nama pempek untuk menyebutkan makanan khas Palembang ini.
Pempek dibuat dari campuran ikan dan sagu. Ikan yang digunakan mulanya adalah ikan belida, namun karena seiring waktu harga ikan tersebut semakin mahal dan langka, maka pempek kini menggunakan jenis ikan yang lebih beragam. Pempek biasanya dibuat dengan membersihkan ikan dan membuang kepala beserta tulangnya, kemudian digiling menggunakan kelesan dan dicampur dengan tepung.
Cara penyajian pempek adalah disantap dengan cuko, yaitu sejenis kuah atau saus cair yang berwarna coklat gelap. Cuko ini sendiri dibuat dari campuran air gula merah atau gula batok, asam jawa, bawang putih dan cabe rawit. Untuk menambahkan rasa asam, sebagian orang menambahkan cuka ke dalam kuah tersebut. Cuko memiliki konsistensi yang cukup kental, dengan aroma kuat, serta dengan perpaduan rasa pedas, asam, dan asin.
Seiring dengan popularitas pempek yang semakin meningkat, maka masyarakat pun ingin menyantap pempek dengan berbagai jenis, sehingga dibuatlah beragam varian pempek yang dapat disantap, seperti pempek kapal selam, pempek tahu, pempek keriting, pempek lenjer, pempek telor, pempek kulit, dan pempek panggang (tunu).
Pempek telah menjadi makanan khas Palembang yang banyak dikenal masyarakat serta disukai oleh berbagai kalangan. Makanan khas ini juga kerap kali dijadikan oleh-oleh yang wajib dibawa pulang saat berkunjung ke Palembang. Anda bisa menemukan pempek di banyak daerah, mulai dari toko-toko, hingga rumah makan yang secara khusus menjual pempek.
Lenggang
Lenggang adalah makanan khas Palembang lainnya yang cukup terkenal. Makanan khas ini menggunakan bahan yang serupa dengan pempek, yaitu tepung dan ikan, serta dinikmatii pula dengan kuah cuko. Namun meski menggunakan bahan dasar yang serupa, pempek dan lenggang memiliki perbedaan. Pada dasarnya, adonan lenggang cenderung lebih kental daripada pempek.
Terdapat keunikan dari makanan khas Palembang ini, yaitu dari cara pembuatannya. Adonan lenggang dipanggang dengan daun pisang yang telah dibentuk menjadi kotak yang akan digunakan sebagai wadah untuk memanggang. Daun pisang pun dipilih bukan tanpa alasan, daun pisang memiliki aroma yang khas, sehingga dapat membuat lenggang semakin beraroma saat dipanggang.
Keunikan selanjutnya dari lenggang adalah bahwa lenggang dipanggang setengah matang, adonan tersebut akan ditambahkan dengan telur bebek, dan diletakkan kembali ke dalam wadah yang terbuat dari daun pisang untuk kemudian dipanggang dan dibalik hingga lenggang matang secara merata. Untuk menikmati lenggang, Anda bisa menghirup aroma harum dari cuko setelah menggigit lenggang, agar aroma cuko serta rasa lenggang menyatu dengan sempurna.
Laksan
Tak hanya pempek atau lenggang saja yang menggunakan ikan sebagai bahan dasarnya, laksan pun juga menggunakan ikan sebagai bahan utama makanan khas Palembang ini. Laksan merupakan sajian yang berbentuk oval dengan rasa yang menyerupai pempek. Meski dengan bahan dasar serta rasa yang hamper sama dengan pempek, namun sesungguhnya laksan ini disajikan dengan cara yang berbeda.
Laksan disantap dengan kuah bersantan yang jika dilihat, kuah laksan ini serupa dengan kuah dari lontong sayur. Kuah santan tersebut berwarna merah keemasan yang terbuat dari santan, bawang putih, bawang merah, merica, ketumbar, serta udang kering. Sajian ini juga tak kalah lezat dari pempek, yang sudah menjadi bagian dari makanan favorit banyak orang. Laksan bercita rasa gurih, unik, dan lezat.
Lakso
Palembang juga memiliki makanan khas yang berupa mi gurih. Mi ini dinamakan lakso, dengan kuah yang terbuat dari santan kelapa dengan rasa yang gurih. Mi pada sajian ini terbuat dari campuran tepung beras, tepung sagu, serta air, yang diuleni hingga licin, dan dipilin hingga mi ini memiliki bentuk yang serupa dengan pempek keriting.
Kuah dari lakso ini bercita rasa gurih, serta aroma yang harum lantaran terdiri dari rempah-rempah khas. Kunyit merupakan bumbu yang membuat kuah lakso berwarna kuning, lalu kuah lakso juga dibuat dengan rempah seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, dan kemiri.
Lakso biasa dinikmati dengan ikan, serta taburan bawang goreng. Meski lakso tak sepopuler pempek, namun lakso ini merupakan sajian mi yang begitu sedap. Perpaduan antara mi yang kenyal, kuah kental dengan rempah yang kuat, serta aroma ikan yang lezat menjadikan lakso sangat nikmat. Jika Anda penggemar kuliner pedas, sajikan lakso dengan sambal.
Tekwan
Kota Palembang memiliki hidangan sop yang tak kalah lezat dibandingkan dengan sop lainnya. Namanya adalah tekwan, merupakan makanan khas Palembang berupa sop yang berbahan dasar ikan dan sagu, yang dibentuk dengan ukuran kecil. Untuk menambah kenikmatannya, tekwan dilengkapi dengan kuah udang dengan rasa yang lezat.
Nama Tekwan sendiri berasal dari bahasa Palembang, yakni “Bekotek Samo Kawan”, “Tek” singkatan dari bekotek dan “Wan” artinya adalah kawan. Jika diterjemahkan “Bekotek Samo Kawan” artinya duduk mengobrol bersama kawan. Hal ini mengacu pada kuliner khas ini sebagai menu makanan yang paling pas untuk dinikmati ketika bercakap-cakap dengan teman.
Tekwan menggunakan bahan dasar yaitu ikan, meski bisa dibuat dengan beragam jenis ikan, namun yang paling disukai adalah ikan tenggiri. Tekwan tak hanya terdiri dari olahan ikan dengan sagu saja, tetapi juga terdapat pelengkap yakni soun, jamur, berbagai sayuran seperti irisan bengkoang, daun bawang, taburan bawang goreng, dan ebi.
Meski tekwan tidak begitu terkenal di daerah lain, namun tekwan adalah menu yang wajib tersedia saat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Tekwan memiliki rasa yang lezat dan gurih, dan itulah mengapa tekwan banyak disukai oleh segala usia, mulai dari anak-anak hingga paruh baya. Di Palembang sendiri, tekwan sangat mudah ditemukan di sudut kota.
Celimpungan
Celimpungan adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari bahan yang sama dengan pempek, yaitu ikan dan tepung sagu. Makanan khas ini memiliki bentuk yang serupa dengan bakso ikan, dan disajikan dengan kuah santan yang kental. Celimpungan tak hanya dibuat menyerupai bakso ikan saja, tetapi juga dibuat dengan bentuk pistel, atau kapal selam.
Celimpungan dinikmati dengan kuah santan, yang konon asal-usul celimpungan adalah dulunya warga Palembang ingin menikmati celimpungan tanpa saus cuka, sehingga masyarakat bereksplorasi untuk menggantikan saus cuka dengan kuah santan. Kuah tersebut dibumbui dengan rempah-rempah khas yang termasuk kunyit, lengkuas, serai, dan lainnya. Dengan demikian, hadirlah celimpungan dengan kuah santan.
Kuah santan ini tak kalah lezat dengan saus cuka yang biasanya digunakan sebagai saus dari pempek, banyak masyarakat yang menyukai celimpungan karena rasanya yang gurih dan lezat. Untuk menikmati celimpungan, Anda bisa menambahkan irisan lontong, taburan bawang goreng, serta kerupuk ikan. Untuk sajian yang pedas, Anda bisa mencampurkan sambal khas yaitu sambal merah tumis encer.
Kuah dari celimpungan ini sendiri berwarna kuning, dan memiliki makna filosofis yaitu ramai, meriah, atau semarak, sehingga celimpungan merupakan makanan yang memiliki simbol mengobarkan semangat sebelum kita beraktivitas. Celimpungan cukup terkenal di daerah asalnya, Anda bisa menemukannya di mana pun, mulai dari warung makan kaki lima, hingga hotel bintang lima.
Burgo
Burgo adalah makanan khas Palembang lainnya yang menggunakan beras, sagu, ikan gabus, dan air sebagai bahan dasarnya. Burgo dibumbui dengan berbagai rempah seperti bawang merah, bawang putih, biji kemiri, daun salam, kencur, ketumbar, lengkuas, gula pasir, temu kunci, dan sedikit kapur sirih.
Burgo dibentuk menjadi gulungan dan diiris menjadi beberapa bagian. Secara umum, burgo adalah salah satu menu sarapan bagi para warga Palembang, namun Anda juga bisa menyantapnya kapan pun Anda inginkan. Burgo biasanya disiram dengan kuah santan, yang terbuat dari kaldu ikan gabus atau ikan belida. Kuahnya identik dengan warna keruh kekuningan, yang merupakan hasil dari bahan-bahannya yaitu santan, bumbu bawang, daun salam, kunyit, ketumbar, lengkuas, serta kemiri.
Burgo bertekstur lembut dan kuah santannya membuat burgo menjadi sajian yang nikmat. Sebagai pelengkap, burgo biasanya ditaburi dengan bawang goreng, sambal untuk menambah rasa pedas, serta perasan jeruk nipis yang membuat burgo terasa asam dan segar.
Gulai Malbi
Gulai malbi; dari namanya mungkin Anda akan mengira bahwa gulai malbi adalah gulai yang biasa ditemukan, yang memiliki warna oranye kemerahan, namun gulai malbi yang merupakan makanan khas Palembang ini lebih menyerupai semur daging sapi, lantaran memiliki warna hitam dengan rasa yang manis dan gurih.
Gulai malbi berbahan dasar daging sapi, yang dibumbui dengan cengkih, asam jawa, kayu manis, kecap manis, mesoyi, dan pala. Semur daging sapi khas Palembang ini dimasak secara perlahan agar bumbu meresap sempurna ke dalam daging. Selain daging sapi, gulai malbi dihidangkan dengan kuah yang terbuat dari santan dan air, yang memiliki tekstur kental.
Gulai malbi berciri khas yaitu warnanya yang hitam, dengan kuah yang melimpah dan kental. Malbi paling cocok disantap dengan nasi minyak, kerupuk, acar, serta sambal nanas. Sebagai alternatif, Anda juga bisa menyantapnya dengan nasi putih hangat atau ketupat sayur.
Martabak HAR
Martabak HAR adalah makanan yang terbuat dari tepung terigu sebagai bahan utamanya, dengan tambahan telur bebek dan telur ayam, dengan kuah yang terbuat dari kari kambing yang dicampur kentang. Ini adalah makanan khas Palembang yang berasal dari India yang dibawa oleh Haji Abdul Rozak. Dinamakan martabak HAR sebab HAR itu sendiri merupakan singkatan dari nama Haji Abdul Rozak yang merupakan saudagar Palembang keturunan India, yang memiliki toko martabak waralaba martabak HAR tersebut.
Kuliner ini telah ada sejak 7 Juli 1947 yang berlokasi di Jalan Sudirman Palembang, dan masih berdiri hingga saat ini. Karena banyaknya peminat martabak HAR, maka rumah makan ini telah tersebar di beberapa tempat yang masih dikelola oleh keluarga Haji Abdul Rozak, dan orang lain yang pernah bekerja di martabak HAR.
Kulit dari martabak HAR ini terbuat dari campuran terigu, telur, garam, dan minyak, yang dipipihkan dengan tujuan agar kulitnya menjadi lebar. Martabak HAR dibuat dengan cara yang sama dengan martabak telur, yaitu dengan menggoreng kulit martabak di atas wajan penggorengan, lalu ditambahkan telur bebek atau telur ayam sebagai isian.
Martabak HAR disajikan dengan kuah kari khas, yang dapat disiram langsung ke atas martabak, atau bisa juga disajikan terpisah. Sebagai pelengkap, martabak khas Palembang ini dinikmati dengan kuah yang terbuat dari cuka dan cabai rawit kecil, sehingga terciptalah sajian martabak dengan rasa yang gurih, pedas, dan asam.
Meski ini adalah sajian yang berasal dari India, namun martabak HAR khas Palembang ini memiliki keistimewaannya tersendiri, yang terletak pada kulit martabak yang lebih renyah dan garing, serta dengan kuah kari yang cenderung encer. Aroma serta rasa dari kuah kambing pada martabak HAR ini pun tidak terlalu kuat seperti kuah kari asli India.
Mi Celor
Sajian mi telah kita jumpai di berbagai daerah di Indonesia, namun kota Palembang juga memiliki kuliner mi yang tak kalah menarik, yang dinamakan Mi Celor. Kata Celor sendiri diambil dari bahasa Melayu Palembang, yang diterjemahkan secara harfiah menjadi direndam ke dalam air panas atau diseduh. Hal ini menggambarkan pembuatan mi celor yakni diseduh.
Mi celor – seperti namanya, menggunakan bahan dasar mi kuning atau mi telur, dengan ukuran yang lebih besar dan lebih lebar daripada ukuran mi yang biasa ditemukan. Mi celor dimasak dengan mencelupkan mi ke dalam air panas sejenak untuk melunakkan mi, lalu dinikmati dengan kuah kental. Mi celor sekilas mungkin akan terlihat seperti lomie yang berasal dari
Tiongkok
Sementara kuahnya terbuat dari kaldu yang berasal dari udang atau ebi, dicampur dengan bahan lainnya seperti susu, santan, serta tepung terigu. Kuah mi celor juga dibumbui dengan berbagai bumbu pilihan, seperti garam, gula, merica, dan penyedap rasa. Bahan dari kuah tersebut menjadikannya berwarna kekuningan dengan konsistensi yang cenderung kental.
Mi celor dilengkapi dengan berbagai bahan tambahan seperti udang, ayam, telur rebus, kucai, dan tauge. Sajian mi khas Palembang ini paling nikmat untuk disantap selagi hangat, dan disempurnakan dengan taburan bawang goreng, irisan daun bawang, dan juga sambal. Secara umum, mi celor dinikmati oleh warga Palembang sebagai bagian dari menu sarapan. Kuliner ini sebenarnya terkenal di kota Palembang, namun sayangnya masih sulit ditemukan di luar daerah asalnya tersebut.
Pindang Palembang
Pindang khas Palembang adalah kuliner dengan proses pengolahan yang sederhana. Awal mula pindang muncul sebagai makanan khas Palembang adalah karena masyarakat di masa lalu memiliki aktivitas yang cukup sibuk, sehingga menyebabkan masyarakat harus memasak dengan praktis. Hal ini juga didukung oleh aliran Sungai Musi di wilayah Sumatera Selatan mengalir dengan baik, sehingga menghasilkan jumlah ikan yang sangat banyak.
Selain itu, lebak atau rawa juga memiliki kekayaan yang tak kalah melimpahnya. Maka dari itu, dibuatlah olahan yang sederhana dengan bahan utama dari hasil tangkapan laut seperti ikan atau udang. Masyarakat Palembang menggunakan ikan yang beragam untuk dimasak pindang, misalnya ikan belida, ikan betok, ikan bujuk, ikan jelawat, ikan gabus, ikan juaro, ikan lain, hingga ikan patin.
Pindang juga menggunakan bumbu yang sederhana, di antaranya adalah asam kandis, cabai, kunyit, lengkuas, dan serai. Bumbu tersebut merupakan hasil dari pertimbangan masyarakat dalam membuat masakan yang praktis. Karena dikenal akan kesederhanaannya, maka pindang varian pindang terus berkembang, dan muncullah pindang ayam, pindang daging, pindang ikan salai, pindang tulang, dan lain-lain.
Pindang Tulang
Pindang tulang adalah makanan khas Palembang olahan pindang lainnya yang terbuat dari iga sapi dengan rasa kuah yang pedas dan asam. Pindang tulang khas Palembang tak sama dengan pindang yang terdapat di daerah lain, misalnya pindang tulang dari Pulau Jawa. Kuah dari pindang tulang dibumbui dengan asam jawa, bawang merah, bawang putih, daun salam, jahe, kunyit, garam, gula, lengkuas, serai dan tomat, dan sebagian orang juga menambahkan kecap manis sebagai bumbunya.
Pindang tulang memiliki rasa serta kuah yang bergantung pada penggunaan kecap manis. Jika pindang tulang ditambahkan kecap manis, maka rasanya akan manis dengan kuah yang berwarna kehitam-hitaman. Di sisi lain, pindang tulang tanpa kecap manis memiliki warna kuah yang cenderung kuning.
Sementara iga sapi yang merupakan bahan utama dari pindang tulang melalui proses perebusan agar menjadi empuk. Setelah iga sapi empuk, ditambahkan bumbu-bumbu pindang untuk melezatkan hidangan. Pindang tulang khas Palembang ini memiliki cita rasa yang khas dari perpaduan antara rasa asam dan pedas, serta menyegarkan.
Sate Sapi Cucuk Manis
Sate sapi cucuk manis adalah makanan khas Palembang yang sekilas terlihat seperti sate yang umum ditemukan. Akan tetapi, sate khas ini memiliki potongan dadu yang lebih besar daripada sate lainnya. Satu tusuk sate cucuk manis ini biasanya terdiri dari empat potong daging, yang tak hanya terdiri dari daging sapi saja, melainkan juga terdapat hati, lidah, gajih, serta empedu. Namun, untuk bagian hati, biasanya tidak dicampurkan dengan bagian lain.
Sate sapi cucuk manis ini dinikmati dengan kuah bumbu kecap, serta irisan bawang bombay. Ini juga bisa dinikmati dengan kuah kaldu daging yang lezat. Tekstur daging yang empuk, dengan beragam isian di setiap tusuk sate, dan dengan rasa manis dari bumbu kecap, menjadikan sate cucuk manis sangatlah menggugah selera.
Model
Model; ketika mendengar namanya, ini bukanlah model yang diterjemahkan secara harfiah, namun mengacu pada istilah dari salah satu kuliner khas Palembang. Seperti kebanyakan makanan khas Palembang sebelumnya, model juga berbahan dasar ikan tenggiri. Model pun secara umum terbuat dari bahan yang sama dengan tekwan, yang membedakan hanyalah proses pengolahannya.
Model pada dasarnya terbuat dari ikan tenggiri, telur, tahu cina, serta tepung sagu. Dalam pengolahannya, model dibuat dengan cara membersihkan ikan tenggiri dari duri dan sisiknya, kemudian ditambahkan bahan lain seperti garam, telur, dan menambahkan sedikit demi sedikit air es dan terus diaduk agar mencapai kekentalan yang diinginkan.
Model adalah sajian kuah khas Palembang, kuah tersebut dibuat dengan bawang merah, bawang putih, daun sedap malam, daun seledri, jamur kuping, merica, serta udang. Kuahnya pun dibuat dengan memisahkan kepala udang dari badannya, yang akan digunakan kembali dalam rebusan air yang akan dijadikan kuah. Bagian badan udang ditumis dengan bumbu untuk model, lalu dicampurkan dengan rebusan kepala udang.
Model khas Palembang biasanya dilengkapi dengan mi, sohun, serta potongan ketimun. Untuk menambahkan cita rasa pedas, model bisa ditambahkan dengan sambal atau saus. Penjual yang menjual model biasanya juga menjual tekwan lantaran keduanya menggunakan bahan yang sama, yang membedakan hanyalah proses pengolahannya.
Kue Lumpang
Kue lumpang atau yang juga disebut lompang adalah sejenis kue basah yang dibuat dengan cara dikukus. Nama lumpang sendiri mengacu pada peralatan yang digunakannya, dengan bentuk lesung di bagian tengah, dan menyerupai peralatan yang biasa digunakan untuk menumbuk jagung atau beras. Lumpang menggunakan tepung beras, tepung kanji, daun pandan, daun suji, gula jawa, dan santan sebagai bahan dasarnya. Kue ini biasanya diberi parutan kelapa di akhir penyajiannya.
Karena bahan-bahan yang digunakan, lumpang memiliki tekstur yang lembut dan kenyal, serta dengan rasa manis yang enak. Makanan khas Palembang berupa kue ini sebenarnya telah lama ada, kala itu para leluhur Suku Palembang menyajikan lumpang pada acara tertentu, seperti perayaan keagamaan atau pun upacara adat.
Kue lumpang terdiri atas tiga jenis yang berbeda, yang ketiganya dibedakan dari bahan dasarnya. Yang pertama adalah kue lumpang berwarna hijau, atau yang juga dikenal dengan istilah Kue Ijo. Kue ijo ini dibuat menggunakan daun suji sehingga memiliki rasa serta aroma yang khas. Ada juga lumpang berwarna putih, ini dibuat dengan gula pasir. Terakhir, terdapat lumpang yang berwarna coklat lantaran menggunakan gula jawa sebagai campuran bahannya. Dengan rasanya yang manis, jajanan tradisional ini paling nikmat disantap dengan secangkir teh atau kopi.
Kue Maksuba
Kue maksuba adalah salah satu makanan khas Kota Palembang yang termasuk dalam jenis kue basah. Kue maksuba memiliki ciri khas yang dengan mudah terlihat dari tampilannya, yaitu dengan warna kuning dengan garis-garis berwarna hitam di bagian tengah, yang tampak seperti kue lapis. Manis dan gurih
Seperti kue basah lainnya, maksuba dibuat dengan telur, gula,mentega, dan susu kental manis sebagai bahan dasarnya. Akan tetapi, kue maksuba menggunakan telur bebek alih-alih telur ayam, dan itulah yang menjadi keunikan dari kue khas Palembang ini. Kue lapis ini masih menggunakan resep yang sama seperti resep zaman dahulu, tanpa ada modifikasi resep apa pun. Namun, maksuba dibuat dengan cara yang lebih modern.
Kue yang berbahan dasar telur bebek ini biasanya membutuhkan sekitar 28 telur bebek untuk satu loyang, tanpa memerlukan bahan pengembang lainnya. dan karena ini merupakan kue lapis khas Palembang, maka pembuatan maksuba pun harus dilakukan dengan sabar dan ketelitian, karena kue ini harus memanggang satu per satu lapisan hingga membentuk kue lapis yang sempurna.
Maksuba menjadi bagian yang tak boleh terlewatkan pada acara-acara tertentu, seperti pada perayaan lebaran, dan telah melekat sebagai bagian dari tradisi hantaran saat pernikahan adat di Palembang. Ketika momen lebaran, khususnya bagi pengantin baru, kue maksuba adalah hantaran yang wajib dibawa ke rumah orang tua atau mertua, dengan maksud memberikan penghargaan pada orang yang dihormati tersebut.
Gulo Puan
Gulo puan merupakan makanan khas kota Palembang, Sumatra Selatan yang terbuat dari gula dan susu. Dalam bahasa Palembang, gulo artinya gula, sementara puan bermakna susu, kedua arti tersebut mendefinisikan bahan dasar dari gulo puan. Susu yang digunakan pada kudapan ini bukanlah susu sapi, melainkan susu kerbau rawa.
Seiring berjalannya waktu, populasi kerbau rawa semakin langka, sehingga untuk menggantikannya, orang-orang menggunakan susu kambing atau sapi. Gulo puan berwarna kecoklatan, yang memiliki cita rasa yang manis, gurih, dengan tekstur lembut dan berpasir. Dulunya camilan ini adalah makanan kegemaran sultan dan bangsawan Melayu dan Kabupaten OKI dan kota Palembang lantaran rasa lezatnya.
Jika dilihat dari tampilannya, gulo puan selintas mirip dengan gula aren, namun dari segi rasa, gulo puan lebih seperti rasa keju yang manis. Ini juga terasa seperti permen susu sebab menggunakan gula dan susu sebagai bahan dasarnya. Karena rasanya yang manis, lebih nikmat menyantap gulo puan dengan teh atau kopi, atau dimakan dengan pisang goreng. Selain itu, gulo puan juga bisa menjadi olesan roti, serta bahan baku pembuatan kue.
Kue Delapan Jam
Kue delapan jam adalah makanan khas Palembang yang melalui proses memasak selama delapan jam, hal itulah yang membuat kue ini dinamakan kue delapan jam. Jika kue ini dikukus kurang dari delapan jam, rasanya pun tidak akan sempurna, dan akan menjadi lembek dan tak berpori. Di kalangan masyarakat, kue delapan jam menjadi camilan yang disukai sebab memiliki rasa yang legit, yang membuat siapa pun ketagihan.
Kue delapan jam terbuat dari bahan-bahan berupa telur ayam atau bebek, mentega, susu, dan bahan lainnya. Kue ini dibuat tanpa tepung, dan memiliki tekstur yang lembut. Sama seperti gulo puan, kue delapan jam dulunya hanya boleh dinikmati oleh para bangsawan Palembang, namun seiring berjalannya waktu, kue delapan jam dapat dinikmati oleh berbagai kalangan.
Kue khas ini memiliki warna kecoklatan, dan telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda Sumatera Selatan. Kue delapan jam memiliki makna filosofis terkait kehidupan dan ketuhanan. Makna filosofis yang disampaikan pertama adalah melalui proses pembuatannya, karena cukup memakan waktu yang lama, maka ini menggambarkan bahwa kehidupan harus dijalani dengan sabar sebelum mencapai tujuan.
Makna filosofis yang kedua terkait dengan pembagian waktu dalam hidup. Di mana dalam sehari selama 24 jam, kita setidaknya harus membaginya dalam tiga kegiatan yang berbeda selama masing-masing delapan jam. Misalnya, delapan jam untuk bekerja, delapan jam untuk beristirahat, dan delapan untuk beribadah. Angka delapan juga mengacu pada jumlah orang yang akan mengangkat keranda saat tutup usia nantinya, sehingga kita harus mengingat bahwa hidup di dunia tak abadi.
Roti Koing
Roti koing atau disebut juga dengan roti raden, adalah makanan khas Palembang yang telah melekat pada masyarakat Palembang. Roti koing hadir tanpa rasa, alias tawar, karena ini merupakan camilan yang dibuat secara tak sengaja. Roti koing dibuat tanpa gula karena pada zaman penjajahan silam, gula cukup sulit diperoleh, maka hadirlah roti koing.
Roti khas ini tidak selalu tersedia di berbagai kesempatan, karena roti koing hanya ada di bulan puasa, dan menjadi menu yang wajib disajikan ketika bulan Ramadhan tiba. Roti koing memiliki bentuk bulat dengan tekstur yang keras. Karena camilan ini tawar, maka roti koing biasa dikonsumsi dengan mencelupkannya ke dalam secangkir teh, kopi, atau susu. Teksturnya yang keras juga menjadi keunggulannya tersendiri, sebab roti koing tidak akan terlalu lembek saat dicelupkan.
Meski kota Palembang sangat terkenal akan sajian menariknya yaitu pempek, namun selain itu, ada banyak kuliner khas Palembang yang tak kalah menarik dan lezat. Jika Anda ingin berkunjung ke Palembang, atau suka menjelajahi kuliner di berbagai daerah di Indonesia, pastikan untuk tidak melewati makanan khas Palembang di atas. Ingin mencicipi makanan khas lainnya? Cari tahu makanan yang harus dicoba saat di Jogja dengan klik link berikut. Jika Anda ingin menjelajahi kuliner dari negara lain seperti Georgia, cari tahu makanan khasnya di sini.