Sebagai ibukota dari provinsi Sulawesi Utara, Manado terkenal akan banyak hal, mulai dari keindahan alam, kekayaan budaya, dan tentunya berbagai kuliner yang lezat, yang menjadi daya tarik wisatawan asing dan lokal. Manado juga terkenal akan kuliner ekstrem di Tomohon yang menyajikan daging biawak, kelelawar, dan sebagainya. Meski demikian, Manado tak luput dari kuliner yang begitu menggugah selera. Makanan khas Manado biasanya menawarkan rasa yang pedas, sehingga sangat cocok bagi Anda yang menyukai kuliner pedas. Apa saja makanan khas Manado? Cari tahu selengkapnya di bawah ini.
Tinutuan
Manado memiliki bubur khas yang bernama Tinutuan. Nama Tinutuan sendiri berasal dari kata Minahasa “Tu’tu”, yang memiliki arti nasi. Ini adalah bubur yang terbuat dari nasi, yang dicampur dengan sayuran yang beragam seperti labu kuning, ubi jalar kuning, jagung, kemangi, bayam, dan daun gedi. Tinutuan seringkali disantap sebagai menu sarapan, tetapi tak jarang rumah makan yang menyediakan bubur khas ini di luar waktu sarapan.
Daun gedi adalah ciri khas dari sajian bubur asal Manado ini, yang merupakan tanaman sayur yang begitu dikenal di wilayah Talaud di Utara hingga ke Bolaang Mongondow di Selatan. Tanaman sayur khas ini berperan penting sebagai pengental alami dan menjadikan bubur memiliki cita rasa gurih. Tak hanya itu, daun gedi juga kaya akan vitamin, protein, serat, dan zat besi.
Meski sajian ini berbeda dengan bubur yang biasa ditemukan, namun pengolahan bubur tinutuan sama dengan memasak bubur pada umumnya. Bagian menarik dari bubur tinutuan ini adalah tinutuan dapat disajikan dengan berbagai macam tambahan, seperti ikan asin jambal yang digoreng kering berbentuk potongan dadu, ikan cakalang fufu atau tuna asap, tahu dan tempe goreng, perkedel jagung, perkedel nike, sambal dabu-dabu, dan sambal roa.
Selain itu, tinutuan juga bisa disajikan bersama mi atau brenebon, yaitu sup kacang merah khas Minahasa. Midal adalah sebutan yang digunakan untuk tinutuan yang dihidangkan bersama mi. Sementara tinutuan yang disajikan dengan brenebon, tetelan sapi atau kaki babi kerap ditambahkan. Dengan berbagai bahan yang beragam, serta tambahan lainnya yang dapat disantap bersama tinutuan ini menjadikannya bubur dengan rasa yang begitu kompleks, dan tentunya terasa gurih dan pedas.
Masyarakat Sulawesi Utara menyebut bubur Tinutuan sebagai bubur campur lantaran seluruh bahannya yang dicampur ketika dimasak, dan bahkan bubur ini saat tersaji di atas mangkuk atau piring, semua bahannya tercampur tanpa memisahkan bahan lainnya. Tinutuan sering dianggap sebagai bubur persaudaraan sebab masyarakat di sana hampir selalu menyajikan bubur khas ini sebagai bagian dari jamuan pada beberapa acara yang diadakan. Mereka juga mempercayai bahwa bubur khas Manado dapat mempererat tali persaudaraan.
Cakalang Fufu
Cakalang fufu adalah hidangan khas Manado, Sulawesi Utara berupa ikan asap cakalang. Istilah fufu mengacu pada proses pengasapan di Manado, itulah sebabnya mengapa hidangan ini disebut dengan cakalang fufu. Dalam proses pengolahannya, ikan cakalang melalui serangkaian proses, di antaranya yaitu dibumbui, diasap dan dijepit menggunakan kerangka bambu.
Pembuatan cakalang fufu cukup memakan waktu, proses pengasapannya sendiri menghabiskan waktu hingga empat jam, dan dua jam untuk pendinginan. Proses tersebut memberikan hasil akhir daging ikan cakalang yang berwarna kemerahan, tekstur yang empuk, kering, serta tidak berair. Cakalang fufu biasanya dibumbui dengan pampis, yaitu bumbu pedas khas Manado, maka tak heran pula jika cakalang fufu begitu populer di Manado.
Cakalang fufu bisa disajikan langsung dengan cara memanaskan serta menggoreng kembali di atas minyak panas, untuk kemudia disantap dengan nasi putih hangat dan sambal khas Minahasa, yakni dabu-dabu. Cakalang juga bisa dimakan dengan berbagai jenis hidangan seperti mie cakalang, selada kentang, dimasak rica-rica, atau dijadikan bahan untuk memasak beragam hidangan lainnya.
Menariknya, cakalang fufu dapat bertahan hingga satu bulan pada suhu ruang jika diporses dengan cepat, dengan demikian, olahan makanan laut ini dapat didistribusikan ke seluruh Indonesia. Selain itu, karena masa simpannya yang lama, cakalang fufu dapat menjadi oleh-oleh bagi para wisatawan saat berkunjung ke Manado.
Ayam Rica-rica
Ayam dengan bumbu rica-rica ini mungkin dapat Anda temukan di berbagai daerah di Indonesia, namun tahukah Anda bahwa ayam rica-rica adalah masakan khas Manado? Ayam rica-rica dikenal lantaran cita rasa pedasnya yang khas, dan dapat disantap dengan nasi putih hangat. “Rica” dalam Bahasa Manado yaitu “cabai” atau “pedas”, yang menggambarkan rasanya. Meski ayam adalah yang paling populer untuk dibuat rica, tetapi sebenarnya masakan rica-rica bisa menggunakan hampir semua jenis daging, ikan air tawar, seafood, hingga unggas.
Ayam rica-rica menggunakan beragam bahan aromatik seperti daun jeruk dan serai, sehingga selain cita rasa pedas, ayam rica-rica juga beraroma khas yang segar. Bumbu rica-rica sendiri menggunakan bahan yang mudah ditemukan, seperti cabai merah dan cabai hijau, cabai rawit, bawang putih, bawang merah, serta tambahan gula dan garam. Seluruh bahannya ditumbuk dan dimasak dalam santan, serta tak lupa dengan daun jeruk, serai, dan perasan jeruk nipis untuk membuat sajian yang tak hanya lezat, tetapi juga memiliki aroma yang kaya. Masakan ini tak hanya ditemukan di Manado saja, kelezatannya membuat ayam rica-rica ini dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
Ikan Tude
Istilah “Tude” dari kuliner khas Manado ini berasal dari Bahasa Inggris yaitu “Today”, yang bermakna hari ini. Hal ini menunjukkan bahwa ikan tude adalah ikan yang dapat ditemukan setiap hari, dan disantap setiap hari pula. Tude sebenarnya adalah istilah umum untuk ikan kembung. Ketika ikan tersebut masih dalam ukuran sedang, maka disebut Tude, tetapi jika ukurannya bertambah, maka namanya pun berubah menjadi ikan oci.
Ikan tude menjadi olahan ikan yang lezat, dengan proses pengolahan yang digoreng atau dibakar, lalu dikonsumsi bersama sambal dabu-dabu. Ikan tude adalah salah satu kuliner yang begitu popular di Manado, sehingga saat Anda berkunjung ke sana, menu ikan tude tersedia di seluruh wilayah kota Manado.
Ikan Kuah Asam
Manado juga memiliki kuliner berkuah yang kaya akan rempah-rempah. Ini adalah sajian berupa kuah dengan rempah-rempah, yang berisi potongan ikan sebagai pelengkap. Sebagai hidangan berkuah, ikan kuah asam sangat nikmat disantap hangat-hangat ketika cuaca dingin, ini juga bisa menjadi santapan bagi orang sakit. Ikan kuah asam dapat ditemukan di berbagai restoran Manado.
Kuah asam dari sajian ini menggunakan bawang merah, bawang putih, cabai, jahe, kunyit, dengan ikan yang dimasak dengan daun serai. Sementara untuk memperkuat aroma ikan kuah asam, ini seringkali ditambahkan kemangi, mentimun, tomat, dan perasan jeruk nipis. Sajian ini biasanya menggunakan ikan berlemak seperti ikan cakalang tongkol, kembung, atau tuna, lantaran rasanya akan menjadi gurih karena lemak yang terdapat pada ikan tersebut.
Woku Belanga
Kata “woku” memiliki makna “masak” di Manado, yang mengacu pada alat memasak “wok” yang merupakan pengaruh dari Cina. Woku juga dapat berarti bumbu ala Manado yang terbuat dari berbagai macam bumbu dan kerap digunakan untuk memasak daging. Di Sulawesi Utara sendiri, terdapat dua jenis woku, yaitu woku balanga (dimasak dengan belangga), dan woku daun (dimasak dalam daun).
Secara sederhana woku belanga adalah masakan berupa ikan atau ayam yang menggunakan banyak bumbu serta berbagai jenis daun. Woku belanga sendiri dibuat menggunakan alat masak berupa panci atau kuali, yang digunakan untuk menggoreng atau menumis. Bumbu halusnya bisa ditumis dengan sedikit minyak di dalam kuali.
Cita rasa serta aroma woku sangat khas, yang berasal dari daun jeruk, daun pandan, dan jahe sebagai penambah aroma. Di sisi lain, bumbu yang digunakan yaitu cabai menciptakan rasa pedas, dengan tomat yang berperan dalam memberikan rasa gurih pada sajian khas Manado ini. Woku belanga memiliki hasil akhir yaitu sedikit berminyak, dan tentunya paling nikmat disantap dengan nasi hangat.
Ayam Tuturuga
Olahan ayam di Manado memang tak ada habisnya, termasuk ayam tuturuga yang saat ini menjadi favorit semua kalangan. Popularitas ayam tuturuga ini melebihi ayam woku dan ayam rica-rica. Dari segi tampilan, ayam tuturuga seringkali dianggap opor ayam karena tampilannya yang berwarna kuning, yang berasal dari bumbu dasar kuning dan santan. Meski demikian, terdapat ciri khas yang menjadi keunikan ayam tuturaga dari bumbunya.
Dapur Minahasa menggunakan bumbu andalan yang termasuk cabai, bumbu dasar bawang merah, bawang putih, daun jeruk, daun pandan, daun kemangi, serta serai. Seluruh bumbu tersebut memang sudah menjadi kunci dari kelezatan masakan khas Manado. Ayam tuturuga bercita rasa pedas dan sangat kaya lantaran menggunakan jumlah bumbu yang melimpah, bahkan berjumlah lebih dari setengah bahan utama yang digunakan. Ayam pada kuliner khas Manado ini bisa menggunakan daging ayam organik, ayam kampung atau pejantang, atau ayam broiler.
Nasi Jaha
Nasi Jaha adalah makanan khas daerah Manado lainnya yang juga dapat ditemukan di beberapa daerah di Sulawesi Utara, seperti Kepulauan Sangihe dan Talaud, Bolaang Mongondow, bahkan Gorontalo. Nasi jaha adalah nasi yang dibumbui dengan jahe sebagai bumbu utamanya. Nasi jaha terbuat dari beras ketan dan santan kelapa, yang dimasak menggunakan bambu (bulu), yang merupakan bambu khusus untuk membuat nasi jaha.
Proses pembuatan nasi jaha cukup rumit karena harus dimasak hingga benar-benar matang. Selain itu, hal yang menjadikan nasi jaha cukup rumit dibuat adalah bahan-bahan yang digunakan harus ditakar dengan tepat. Ini berpengaruh terhadap rasa nasi jaha, yang jika takaran bumbunya tidak tepat, maka dapat membuat sajian ini terasa hambar lantaran kurangnya rempah, atau terasa pahit karena rempah yang tidak sesuai takaran.
Meski beras ketan pada nasi jaha ditujukan sebagai makanan pokok, namun berkat keunikan rasanya, nasi jaha kerap dijadikan makanan khas atau jajanan yang dijajakan di pasar tradisional yang tersedia pada pagi hari. Selain itu, nasi jaha juga bisa ditemukan di supermarket, rumah makan, atau kafe di kota Manado. Di Minahasa, nasi jaha disajikan sebagai bagian dari hidangan di beberapa acara tertentu, termasuk pesta syukuran yang diadakan satu tahun sekali.
Nasi jaha berbentuk lonjong, dan untuk menyajikannya, nasi jaha dipotong dengan ukuran 8 hingga 10 centimeter. Nasi jaha – dengan keunikan rasanya, dapat dinikmati dengan abon daging rusa atau sapi, atau bisa juga dengan abon ikan, gulai, dan kari. Memiliki cita rasa yang khas dengan proses pembuatan yang menarik, membuat kuliner khas Manado sangat spesial dan kerap dijadikan santapan oleh masyarakat Manado. Akan tetapi, nasi jaha tidak cocok dijadikan oleh-oleh karena hanya dapat bertahan selama tiga hari di suhu ruang.
Ayam Isi Dibulu
Ayam isi dibulu adalah makanan khas Manado lainnya. Kata “buluh” berarti bambu, yang mengacu pada proses memasak ayam yang menggunakan bambu selama tiga jam. Menurut sejarah masyarakat Manado, bambu dipilih sebagai alat measak sebelum mengenal wajan, panci, dan alat masak lainnya. Selain itu, memasak dengan bambu juga dipilih lantaran terdapat banyak pohon bambu di daerah Manado.
Ayam isi dibulu ini menggunakan bumbu racik yang mungkin tak ditemukan pada masakan lain. Masakan khas Manado ini menggunakan bahan dasar, bahan bumbu iris yang halus dan bahan bumbu utuh. Seluruh bahannya meliputi air jeruk, garam, daun bawang, bawang putih, cabe merah, cabe hijau, daun jeruk, daun kemangi, dan tomat hijau. Ayam khas Manado ini bercita rasa segar, dengan rasa yang kaya dari rempah-rempah yang digunakan.
Ikan Bakar Sambal Dabu-dabu Lilang
Olahan ikan menjadi bagian dari kuliner Manado yang tak terlewatkan, dan ikan bakar sambal dabu-dabu lilang inilah salah satunya. Dikenal sebagai kota dengan kuliner bercita rasa pedas, sajian ikan ini menggunakan sambal yang melengkapi kelezatan ikan bakar. Di Manado, dabu-dabu merupakan istilah untuk sambal khas, sementara lilang memiliki makna dipotong-potong. Secara harfiah, dabu-dabu lilang adalah sambal yang dipotong-potong.
Ikan bakar sambal dabu-dabu lilang ini menawarkan rasa yang begitu pedas dan gurih, yang akan membuat pecinta kuliner – khususnya kuliner pedas, akan ketagihan pada ikan bakar ini. Meski kuliner ini menggunakan ikan, namun dabu-dabu lilang juga dapat dinikmati bersama bahan lainnya seperti daging, sayur, sup kacang merah, dan bubur Manado.
Tinorangsak
Tinorangsak atau bisa disebut dengan tinoransak adalah kuliner khas Manado lainnya yang berupa daging hangat dan pedas, dengan menggunakan campuran rempah khas Manado. Tinorangsak menggunakan daging babi sebagai bahan utamanya, namun karena banyak orang Muslim di Manado, maka penggunaan daging lebih divariasikan, seperti daging ayam, sapi, atau makanan laut. Daging khas ini dibumbui dengan bawang merah, bawang putih, daun jeruk nipis, serai, garam, minyak goreng, lada, kunyit, serta perasan jeruk nipis.
Pembuatan tinorangsak masih menggunakan cara tradisional yang menggunakan batang bambu sebagai tempat untuk meletakkan daging serta rempah, untuk kemudian dibakar pada tungku api terbuka. Daging hangat dan pedas ini berpadu sempurna dengan nasi jaha, yang merupakan salah satu kuliner khas Manado yang tampak seperti lemang. Dalam upacara tradisional suku Minahasa, tinorangsak adalah makanan yang umum tersaji.
Tinorangsak adalah hidangan istimewa khas Manado dengan cita rasa yang begitu pedas dan gurih, dengan cabai dan serai yang langsung terasa saat menyantap daging ini. Sajian ini akan bertambah nikmat jika disantap dengan nasi jaha selagi panas. Tinorangsak berkuah kental berwarna kuning yang berasal dari kunyit, serta kuah tambahan dari sisa air rebusan saat proses memasak.
Pampis
Di Manado, pampis adalah hidangan dengan ikan cakalang yang disuwir sebagai bahan dasarnya, dan dimasak dengan bumbu khas Manado. Berbagai jenis ikan dapat menjadi bahan dasar pampis selain ikan cakalang, namun akan lebih baik jika menggunakan ikan dengan daging yang tebal, serta duri yang sedikit, seperti ikan tongkol.
Sajian ikan yang disuwir dan dibumbui dengan bumbu khas Manado ini menawarkan profil rasa yang begitu kaya, meskipun bumbunya tampak sederhana. Sehingga, pampis terasa sangat lezat, dan bahkan bisa dijadikan menu darurat saat malas memasak. Anda hanya perlu memanaskan pampis sejenak, kemudian sajikan dengan nasi hangat. Pampis yang dimasak hingga kering dapat disimpan di wadah kedap udara di kulkas.
Mie Cakalang
Sajian mie menjadi hidangan yang disukai banyak orang, dan sajian mie ini juga menjadi salah satu kuliner khas Manado yang begitu populer, namanya adalah mie cakalang. Mie cakalang ini begitu unik, lantaran berukuran besar, yang menjadi pembeda dari mie ayam, mie instan, atau mie kangkung.
Anda mungkin biasa menjumpai mie yang menggunakan ayam sebagai topping, tetapi di Manado, mie cakalang ini disajikan berbeda, yaitu dihidangkan dengan ikan laut. Dengan demikian, mie cakalang tak hanya gurih dan lezat, tetapi juga menawarkan sumber protein yang tinggi. Mie cakalang ini dimasak dengan cakalang fufu atau ikan cakalang asap, yang kemudian disajikan dengan sayuran seperti tauge atau sawi, dengan taburan bawang goreng dan daun bawang, serta ditambahkan cakalang fufu di atasnya, tak lupa dengan sambal yang menjadi ciri khas kota Manado.
Mie cakalang terdiri dari dua versi, yaitu mie cakalang goreng dan kuah. Versi kuah dari mie cakalang dihidangan dengan kuah bening dan diberi sedikit merica, sehingga menciptakan rasa pedas yang unik. Rasa mie cakalang kuah berpadu dengan kerenyahan bawang goreng yang menambah selera makan. Sementara versi mie cakalang goreng, bahan-bahannya digoreng dan dimasak bersama.
Sambal juga menjadi tambahan penting agar mie cakalang semakin terasa nikmat. Mie cakalang biasanya menggunakan sambal Lombok ijo, yakni sambal yang direbus hingga lembek, ditambakan dengan bahan seperti air, garam, dan cuka. Sajian mie ini juga bisa menggunakan sambal lombok merah yang diulek dengan sedikit bawang putih dan jahe. Jenis sambal dapat dipilih sesuai preferensi masing-masing. Bagian yang tak kalah menarik adalah, mie cakalang tak hanya lezat, tetapi juga tersedia dengan harga yang relatif terjangkau. Harganya berkisar mulai dari Rp12.500 hingga Rp30.000 saja.
Sayur Ganemo
Kuliner Manado tak melulu tentang olahan daging ayam atau ikan saja, tetapi juga sayur ganemo yang menjadi makanan khas Manado. Olahan sayur ini menggunakan daun melinjo sebagai bahan utamanya, maka dari itu, sayur ini dinamakan ganemo, yang merupakan istilah untuk daun melinjo. Selain daun melinjo, sayur ganemo juga terdiri atas labu, bunga pepaya, tauge, dan sebagainya, yang dimasak dengan santan.
Dengan perpaduan rasa dari tauge dan melinjo, menciptakan rasa sayur yang begitu khas. Tak hanya itu, santan yang digunakan menjadikan olahan sayur ini begitu nikmat dan istimewa. Seluruh kelezatan rasanya membuat sayur ganemo sangat sempurna untuk disajikan dengan nasi putih hangat.
Sup Brenebon
Manado juga memiliki sajian sup yang begitu unik dan menjadi ciri khas dari kuliner Manado. Sup ini dinamakan sup brenebon, yang merupakan sup yang terbuat dari kacang merah, serta ragam sayuran yang disajikan dalam kuah kaldu daging. Sup brenebon menggunakan bumbu yang biasa Anda temukan pada sup pada umumnya seperti bawang putih dan merica.
Kuliner ini merupakan hasil dari pengaruh masakan Belanda yang diadopsi oleh masyarakat Indonesia bagian timur. Istilah “brenebon” merupakan pengucapan lokal Manado yang berasal dari Bahasa Belanda, yaitu bruine bonen; bruine yang berarti “warna coklat”, sementara bonen memiliki arti “kacang”, maka jika diterjemahkan, bruine bonen bermakna “kacang merah”.
Sup kacang merah sebagai makanan khas Manado biasanya tersaji sebagai masakan rumah tangga sehari-hari. Dalam versi Belanda dan Minahasa asli, sup ini menggunakan daging atau kaki babi. Bahan tersebut membuat sajian sup brenebon memiliki tekstur yang kental dan mengkilap. Sup brenebon juga bisa menggunakan daging yang bisa dikonsumsi oleh orang Muslim, yaitu dengan menggunakan tetelan sapi atau bagian sapi yang bertulang sebagai pengganti kaldu daging atau kaki babi.
Brenebon dibuat dengan cara mencuci daging serta merendamnya semalaman. Daging harus direbus hingga empuk sebelum ditambahkan berbagai bumbu, yang meliputi bawang merah, bawang putih, garam, gula pasir, merica, pala, atau terkadang menambahkan cengkeh. Sebagai pelengkap sup ini, irisan daun bawang, selederi, serta buncis kerap ditambahkan. Anda bisa menikmati sup brenebon dengan nasi putih, dan menyantapnya dengan sambal tumis.
Sambal Roa
Setiap daerah di Indonesia memiliki sambal khas yang berbeda, dan kota Manado juga memiliki sambal khas, yaitu sambal Roa. Ini adalah sambal yang dibuat dengan tambahan ikan roa agar terasa nikmat. Ikan roa, atau yang juga dikenal dengan ikan julung-julung atau ikan gepe ini hanya ditemukan di perairan Manado dan kepulauan Maluku, maka tak heran jika ikan roa menjadi salah satu ciri khas kuliner Manado.
Sambal roa tak hanya terasa pedas, tetapi juga gurih. Kelezatannya membuat sambal roa tak hanya populer di wilayah Manado, namun juga telah tersebar di banyak daerah di Indonesia. Meski demikian, sambal roa menghadirkan rasa pedas yang tak begitu kuat, namun rasa gurih dari ikan roa sangat kuat, hingga menjadikannya sambal yang terasa nikmat.
Sambal roa tidak menggunakan ikan roa segar, tetapi menggunakan ikan roa kering yang telah diasap. Dalam pembuatannya, ikan roa disuwir menjadi bagian yang halus, lalu ditambahkan sambal yang terbuat dari bawang merah, bawang putih, serta garam. Proses pengasapan pada ikan roa bertujuan untuk mengawetakn ikan serta mengurangi kadar air tanpa menghilangkan nutrisi yang terdapat pada ikan roa.
Salah satu yang menjadikan sambal roa ini begitu unik adalah karena sambal roa dapat dijadikan sambal cocol untuk pisang goreng, dinikmati dengan seporsi nasi putih hangat, bubur, atau sebagai olesan roti. Selain itu, sambal khas Manado ini juga berpadu sempurna dengan sayuran segar yang dinikmati sebagai lalap, atau dinikmati dengan masakan khas Manado lainnya.
Klappertaart
Jika sebelumnya membahas makanan utama yang menjadi kuliner khas kota Manado, kini kita akan membahas makanan penutup khas Manado. Kue ini berbahan dasar kelapa, tepung terigu, telur, mentega, dan susu, yang disebut sebagai klappertaart. Klapertar atau klappertaart dalam bahasa Belanda klapper “kelapa” dan tart memiliki arti “kue”. Resep klappertaart dipengaruhi oleh penduduk Belanda yang menetap di Manado, sehingga terdapat variasi resep dalam membuat klappertaart.
Klappertaart dapat dibuat dengan menggunakan roti yang dipanggang, dengan hasil akhir yang padat, dan bisa dipotong seperti kue tart pada umumnya. Klappertaart juga dapat dibuat dengan tidak dipanggang. Dengan berbagai resep yang bervariasi, klappertaart hadir dengan rasa yang beragam, seperti stroberi, coklat, keju, blueberry, cappuccino, green tea, hingga durian.
Makanan penutup berbahan dasar kelapa ini menggunakan kismis untuk memperkaya rasanya, dengan tekstur yang begitu lembut dan creamy, dan dengan daging kelapa di dalamnya, menjadikan klappertaart sangat nikmat dinikmati dalam keadaan dingin. Klappertaart tidak boleh dibiarkan di suhu ruang karena akan merusak teksturnya yang padat namun lembut.
Halua Kenari
Halua Kenari atau dalam bahasa Inggris ‘Java Almond Fudge’, merupakan camilan khas Manado yang banyak digemari. Kudapan ini dikenal karena rasanya yang manis dengan cita rasanya yang unik. Java almond fudge ini berbahan dasar buah kenari yang yang dibalut dengan gula merah khas Manado, dan membuatnya begitu lezat jika dinikmati dengan secangkir kopi atau teh, namun jangan membuat minuman tersebut terlalu manis, karena rasa manis dari halua kenari sudah cukup untuk pelengkap kopi atau teh.
Halua kenari kerap dijadikan oleh-oleh, itulah sebabnya camilan manis ini dapat ditemukan di tempat yang menjual oleh-oleh yang terdapat di Kota Manado. Halua kenari pun dijual dengan harga yang berbeda, yang didasarkan oleh ukuran serta berat dari halua kenari. Kudapan ini dijual dengan harga mulai dari Rp10.000 hingga Rp45.000.
Panada
Panada; mendengar namanya mungkin sudah tak asing lagi bagi Anda, karena banyak daerah di Indonesia yang menjual panada. Camilan yang tampak mirip dengan pastel ini terbuat dari campuran tepung terigu dan kuning telur, yang dipanggang dan dibiarkan mengembang hingga adonannya terlihat seperti roti.
Menurut sejarah, panada merupakan kudapan yang sudah ada ketika bangsa Portugis menjajah tanah Minahasa. Panada dikenal sebagai empanada oleh bangsa Portugis, namun rakyat Minahasa memodifikasi sajian tersebut menggunakan rempah khas Indonesia, sehingga menghadirkan panada dengan cita rasa ala Indonesia.
Panada biasanya berisi pampis yang terbuat dari parutan pepaya muda dicampur dengan ikan cakalang Khas Sulawesi Utara yang dipotong menjadi bagian kecil, lalu dicampur dengan bawang merah, cabai merah, daun bawang, dan daun jeruk, sehingga menghasilkan rasa yang pedas. Rasa panada begitu kaya, yakni terdapat rasa manis yang berasal dari adonan kulit, namun dengan isian pedas yang begitu nikmat hingga menjadikan panada sebagai camilan yang banyak disukai.
Panada – dengan rasanya yang lezat, sangat cocok dinikmati sebagai teman minum kopi atau teh, atau sebagai camilan saat mengobrol. Camilan ini juga sangat populer, yang tak hanya bisa ditemukan di Manado atau tanah Minahasa saja, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia.
Manado adalah kota yang dikelilingi oleh pegunungan dan pesisir pantai, maka tak heran jika banyak makanan laut – terutama ikan menjadi makanan khas Manado. Namun di samping itu, makanan khas Manado juga begitu beragam dengan cita rasa makanan yang pedas, serta berbagai camilan yang manis. Dengan kulinernya yang beragam, Anda dapat menjadikan makanan khas Manado sebagai menu makanan sehari-hari di rumah. Adakah kuliner khas Manado yang belum Anda cicipi? Simak artikel lainnya yang membahas makanan khas Betawi yang melegenda dengan klik link berikut.