Chef Nusret Gökçe adalah salah satu chef asal Turki yang populer di kalangan masyarakat internasional. Chef Nusret paling dikenal berkat gaya menaburkan garam di atas daging yang unik atau biasa disebut “Salt Bae”. Hal ini sangat menarik perhatian para konsumen, sehingga mereka rela datang dari jauh untuk melihat “pertunjukan“ ini secara langsung.
Alhasil, dari gerakan yang viral tersebut, banyak orang dari berbagai negara yang mendatangi restorannya hanya untuk melihat aksi Salt Bae tersebut. Hal ini juga mendorong inisiatif dari Chef Nusret untuk kemudian membuka banyak cabang restoran daging. Setidaknya terdapat 18 restoran steak yang ia namakan Nurs-Et di kota-kota besar dunia, mulai dari Eropa, Timur Tengah hingga Amerika.
Tentu saja restoran yang dimaksud adalah restoran steak mewah yang harganya menuai banyak pro kontra. Pasalnya konsumen yang datang menyatakan bahwa jika berkunjung ke restoran ini, maka harus menyiapkan dana minimal 15 juta untuk satu porsinya.
Sementara sebagian orang juga setuju dan mengatakan bahwa harga tersebut wajar jika melihat rasa dan kualitas yang ditawarkan. Ditambah lagi pemiliknya adalah Chef terkenal yang memiliki 39 juta pengikut di akun instagramnya.
Lalu sebenarnya siapa Chef Nusret yang fenomenal ini? Bagaimana perjalanan karir dan biodatanya hingga bisa menjadi chef ternama? Simak fakta dan biografinya di bawah ini.
Berasal Dari Keluarga Sederhana
Siapa yang menyangka Chef Nusret yang menjadi owner banyak restoran mahal ini ternyata lahir dari keluarga sederhana. Bahkan beberapa orang menyebutkan bahwa kehidupan masa kecilnya serba kekurangan secara finansial.
Nusret Gökçe, lahir di Turki tepatnya di desa kecil bernama Pasali yang menyandang gelar sebagai wilayah paling dingin di negara tersebut. Pria kelahiran 19 Agustus 1983 ini, memiliki orang tua yang bekerja sebagai buruh tambang. Tentu saja latar belakang ini tidak menjadi penghambatnya dalam berjuang, meskipun masa kecilnya tidak seperti anak-anak kebanyakan.
Putus Sekolah Dan Menjadi Tukang Jagal
Dengan keadaan ekonomi yang kurang berkecukupan, Nusret kecil selalu memiliki tekad yang kuat dan pantang menyerah untuk mengubah keadaan ekonomi keluarganya. Ia bersama empat saudara kandungnya harus putus sekolah di jenjang SMP dan bekerja demi mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari.
Pada usia 13 tahun, Nusret mulai bekerja sebagai tukang jagal atau tukang potong hewan khususnya sapi. Pekerjaannya tersebut terletak di Distrik Kadikoy, Istanbul, yang mengharuskan ia hidup mandiri dan jauh dari orang tua.
Di rumah potong hewan, Nusret tidak hanya bekerja. Ia mencintai pekerjaannya sehingga Nusret dengan semangat mempelajari hal-hal penting tentang teknik memotong daging, serta bagaimana menggunakan beragam jenis pisau.
Setiap hari Nusret remaja menghabiskan waktu lebih dari delapan jam di rumah jagal. Inilah yang mengawali kecintaannya dalam dunia dapur, khususnya perihal pengolahan daging.
Bekerja Di Restoran Turki
Merasa sudah memiliki pengetahuan dan skill yang cukup setelah bertahun-tahun bekerja di rumah jagal, Nustret akhirnya memutuskan bekerja di sebuah restoran steak di Turki. Ia mengejar karirnya dengan tekun hingga 10 tahun kemudian ia berhasil menjadi orang penting di dapur.
Meskipun masih bekerja di restoran orang lain, ia yakin kelak akan memiliki restoran sendiri dan bertekad untuk bisa mewujudkan impian tersebut.
“Aku selalu bermimpi untuk punya restoran,” kata Nusret dalam sebuah wawancara.
Belajar Hingga Ke Argentina
Bermodalkan uang tabungan selama bekerja belasan tahun, Nusret akhirnya memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dan mencari pengalaman baru. Pada 2009, Nusret terbang ke Buenos Aires, Argentina. Alasannya sederhana, ini adalah kota yang dilabeli sebagai “A City of Carnivores” yang melambangkan banyaknya pengetahuan tentang daging yang ada di kota ini.
Nusret membawa misi untuk belajar mengenai industri daging dengan bekerja di restoran-restoran steak. Bekerja di Buenos Aires sebagai perantau tidak mudah bagi Nusret yang kala itu masih berusia pertengahan 20 tahun. Ia harus hidup dari tabungannya karena ia bekerja di restoran tanpa diberikan upah. Namun Nusret tidak keberatan dengan hal itu, karena tujuannya kala itu memang belajar tentang daging sebanyak-banyaknya.
Mendirikan Restoran Pertama
Setelah merantau jauh dari kampung halamannya, Nusret akhirnya kembali ke Turki untuk mendirikan restoran pertamanya. Restoran ini beralamat di jalan Nispentiye Caddesi, Istanbul, Turki. Saat itu, ia berusia 27 tahun dengan mengelola restoran pertamanya yang sederhana. Meja makannya hanya berjumlah delapan dan ia dibantu karyawan pertama sebanyak 10 orang yang mendukung jalannya restoran ini.
Bertemu Dengan Investor
Pria yang kerap tampil dengan rambut dikucir ini secara kebetulan bertemu dengan orang penting di restoran pertamanya, Ferit Sahenk. Ia adalah pebisnis Turki sekaligus termasuk jajaran orang terkaya di negara tersebut. Ferit yang datang untuk makan, malah terkesan dengan Nusret terutama karena passionnya terhadap daging yang sangat gigih.
Apalagi Ferit Sahenk juga sempat melihat aksi unik ketika Nusret menyajikan steak daging buatannya dengan gerakan menabur garam yang khas. Tentu saja hal ini terjadi jauh sebelum media masa dihebohkan dengan istilah “Salt Bae”.
Menurut Ferit hal tersebut sangat menghibur konsumen, sehingga tidak hanya kenyang secara fisik namun kenyang secara mental (terhibur). Hal ini membuat restoran Nusret memiliki Unique Selling Point (USP) yang membedakannya dari restoran lain. Alhasil dari pertemuan tersebut mengawali jalinan kerja sama bisnis antara Nusret dan Ferit. Ferit kemudian memutuskan untuk berinvestasi dalam industri daging dan restoran Nusret.
Kerja sama tersebut menjadi peluang sekaligus titik awal bagi Nusret untuk meniti karir menjadi Chef daging profesional. Ia kemudian membuat restoran di sejumlah negara di Timur Tengah, termasuk Ankara, Doha dan Dubai.
Kemunculan Salt Bae
Meskipun gerakan menaburkan garam atau dikenal sebagai Salt Bae ini sudah dilakukan sejak mengelola restoran pertamanya, namun baru di tahun 2017 gerakan ini dikenal luas oleh masyarakat dunia.
Pada mulanya, Nusret membagikan video di instagram pribadinya @nusr_et dengan caption Ottoman Steak. Video tersebut menunjukkan ia sedang berdiri di depan restorannya di Dubai dan memperagakan bagaimana ia mengolah daging di dapur.
Pertama-tama ia menunjukkan skill ketika memotong daging dengan mengirisnya ala chef berpengalaman. Setelah daging rapi di talenan, ia memberikan sentuhan akhir dengan menaburkan garam menggunakan gaya khas. Inilah yang membuat orang-orang menyebutnya “Salt Bae” dan menjadi awal popularitasnya di seluruh dunia.
Video tersebut menjadi viral hingga dalam 48 jam setelah diunggah sudah ditonton lebih dari 2,4 juta orang. Padahal kala itu Nusret belum menjadi chef yang digandrungi banyak orang. Siapa yang menyangka gaya menabur garam dengan gerakan tangan yang unik menjadi sejarah kelahiran Salt Bae yang kontroversial.
Bahkan fenomena ini memicu perhatian artis, pesepak bola dunia, hingga politikus, untuk mengunjungi restoran Salt Bae. Ia mengatakan bahwa gaya tersebut diciptakan karena kecintaannya terhadap daging, sehingga ia memberikan aksi penutup untuk membuat konsumen menikmati daging buatannya.
Kini karir Nurset telah berkembang jauh sejak ia memotong daging puluhan tahun lalu. Sebagai informasi tambahan, pada tahun 2021 kekayaan Nurset ditaksir mencapai USD 60 juta atau sekitar Rp 862 miliar. Sementara jaringan restorannya memiliki valuasi sekitar USD 1,5 miliar. Wah, tentu saja angka ini sangat fantastis.
Hal tersebut membuktikan bahwa hasil tidak menghianati usaha dan kerja keras dari seorang Salt Bae. Dengan demikian, siapapun setuju bahwa profil dan perjalanan karir chef Nurset sangat inspiratif, bukan?