Mengenal Hewan Yak, Berikut Fakta Dan Keunikannya

Yak adalah hewan khas dari Asia Tengah tepatnya di Tibet dan sekitar Himalaya. Kata “Yak” merujuk pada spesies sapi jantan, sementara seekor betina disebut “Nak”. Yak disebut-sebut sebagai hewan langka yang saat ini terancam punah terutama untuk versi Yak asli.

Yak memiliki nama ilmiah Bos grunniens. Hewan yang satu ini hanya dapat ditemukan di wilayah Himalaya di anak benua India, dataran tinggi Tibet, dan bagian utara Mongolia dan Rusia.

Bagi orang Tibet, Yak dikenal sebagai hewan yang jinak, tegap, dan kuat. Oleh sebab itu, layaknya sapi, Yak juga diternakkan dan dimanfaatkan untuk mengangkut beban, diambil susu dan dagingnya, bahkan kulitnya bisa dijadikan bahan membuat pakaian. Tak hanya itu, masih banyak fakta menarik dari hewan Yak ini yang wajib anda ketahui.

Apapun Bumbunya, Tidak Pakai MSG

Terdiri Dari Dua Spesies

Yak hanya terdiri dari dua spesies yaitu Yak liar dan Yak domestik. Perbedaannya dapat dilihat langsung dari ukuran tubuhnya. Yak liar cenderung lebih besar dibandingkan Yak yang sudah dijinakkan. Biasanya perbedaan ini disebabkan oleh gen dan lingkungan tempat tinggalnya. Yak liar membutuhkan tubuh yang besar untuk bertahan hidup dari serangan makhluk lainnya.

Ukuran Tubuhnya Sangat Besar

Yak memiliki tubuh yang kokoh dengan tinggi sekitar 2 meter dan beratnya di antara 225 kg sampai 580 kg. Ini adalah ukuran untuk jenis Yak yang hidup di alam liar, sementara Yak yang dibudidayakan memiliki ukuran dan bobot setengah dari Yak liar. Kedua jenis Yak tersebut sama-sama memiliki bulu panjang yang membedakan hewan ini dengan sapi biasa.

Bulu Untuk Melindungi Tubuh

Seperti yang dijelaskan sebelumya, Yak memiliki bulu diseluruh badannya. Fungsi bulu panjang ini untuk melindungi tubuh Yak dari suhu ekstrim hingga -40 derajat Celcius. Yak liar umumnya memiliki bulu berwarna hitam atau coklat, sementara Yak yang diternakkan ada yang berwarna putih.

Dikarenakan bulu yang panjang ini, Yak mengalami kesulitan hidup di ketinggian yang lebih rendah. Pada dataran rendah, organ tubuhnya secara otomatis kelelahan dan menjadi panas, terutama pada wilayah dengan suhu di atas 15 derajat Celcius.

Organ Tubuh Yang Unik

Yak memiliki telinga kecil dan dahi yang lebar dengan tanduk yang sama dengan warna kulit. Ukuran tanduk Yak sekitar 48-99 cm yang menyapu keluar dari sisi kepala, lalu melengkung ke arah depan.

Yak adalah satu-satunya mamalia yang dapat beradaptasi dengan baik di tempat yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan Yak memiliki paru-paru dan jantung yang lebih besar dibandingkan sapi yang biasa hidup di dataran rendah. Alhasil Yak mampu mengangkut oksigen yang lebih besar melalui aliran darah mereka.

Kehidupan Populasi Yang Unik

Yak biasanya ditemukan dalam bentuk kawanan dengan jumlah lebih dari 100 ekor yang berjalan bersama. Sementara beberapa kelompok kecil juga bisa ditemukan yang terdiri dari 10-20 ekor. Yak bergerak secara bergerombol ke atas dan ke bawah lereng untuk mencari makanan dengan jarak perjalanan hingga 50 km.

Populasi global Yak liar diperkirakan hanya tersisa 15.000 ekor dikarenakan berbagai faktor eksternal. Biasanya Yak tidak melakukan migrasi ekstensif karena Yak hidup dan menetap di suatu wilayah cukup lama. Namun, pergerakan musiman ke wilayah Ladakh di Kashmir dari Tibet kerap terjadi.

Terancam Punah

Yak dianggap sebagai hewan yang terancam punah oleh International Union Conservation of Nature sejak 1900-an. Tepatnya ketika Yak diburu secara ekstensif oleh para pengembala dan personel militer Tibet dan Mongolia. Secara lebih spesifik jenis Yak yang terancam punah terutama ialah jenis Yak asli (Yak liar).

Padahal 50 tahun yang lalu Yak masih berkeliaran di dataran tinggi Tibet yang diduga sebanyak 1 juta Yak yang bertempat tinggal di sana. Selain karena perbuatan manusia, Yak muda juga sering menjadi predator alami dari hewan-hewan buas di Himalaya seperti serigala, macan tutul, dan beruang coklat yang menganggap Yak muda lebih lemah.

Perburuan liar dianggap sebagai tindakan perlawanan dari masyarakat karena Yak dinilai mengganggu permukiman dan hewan ternak mereka. Meskipun perburuan terhadap hewan Yak telah dilarang terutama dengan penyitaan senjata di sebagian besar dataran tinggi Qinghai-Tibet, namun masih ada beberapa daerah yang melakukannya.

Sementara penyebab ancaman punahnya Yak asli adalah hibridasi genetik. Artinya terjadi perkawinan antara Yak asli dengan sapi budidaya. Alhasil saat ini sulit menemukan Yak liar yang asli, karena kawin silang telah mengancam kemurnian genetik.

Sebagian Hidup Di Kawasan Lindung

Populasi asli Yak liar di Bhutan dan Nepal sepenuhnya telah punah sehingga jangkauannya hanya di India dan Cina. Oleh sebabnya pemerintah daerah setempat mengambil inisiatif terbaik untuk mencegah punahnya populasi Yak.

Alhasil Yak juga dipelihara di cagar alam Chang Thang di Tibet Utara, Cina.  Selain itu, hewan ini juga dapat ditemukan di kawasan lindung lainnya seperti cagar alam Arjin Shan, Kekexili, Sanji Angyuan, dan Yanchiwan.

Makanan Yak

Yak adalah herbivora yang artinya hewan ini hanya mengonsumsi tumbuhan atau rumput. Yak menghabiskan banyak waktu di padang rumput pegunungan untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka. Jenis rumput favorit Yak adalah Careks, Stipa dan Kobresia.

Yak juga mengonsumsi tanaman herbal dan lumut tertentu. Uniknya Yak betina lebih suka merumput di lereng yang lebih tinggi dibandingkan jantan, terutama jika sang betina sedang hamil. Yak sering minum selama musim panas dan bahkan memakan salju pada musim dingin untuk tetap menghidrasi tubuh. Secara fisiologis Yak memiliki dua perut seperti sapi yang digunakan untuk mengolah makanan sekaligus menyimpan cadangan makanan.

Reproduksi Dan Usia Kehidupan

Yak bisa melahirkan hingga 4 kali dalam setahun, namun kadang perkawinan hanya terjadi pada akhir musim panas meskipun hal ini sangat bergantung pada lingkungan setempat. Kehamilan berlangsung antara 257 hingga 270 hari.

Biasanya kelahiran anak Yak berupa hewan tunggal karena Yak jarang sekali melahirkan dua bayi sekaligus. Ketika melahirkan Yak cenderung bersembunyi di tempat terpencil, namun beberapa jam setelah melahirkan betina akan langsung kembali ke kawanan. Hal ini dikarenakan anak Yak sudah dapat berjalan hanya dalam waktu 10 menit setelah lahir.

Yak bereproduksi pada usia 3 hingga 4 tahun dengan puncak kesuburan ketika berusia 6 tahun. Anak Yak akan menjadi mandiri secara alami ketika memasuki usia 1 tahun. Yak memiliki potensi kehidupan yang panjang, yakni sekitar 20 hingga 25 tahun. Akan tetapi, beberapa Yak liar yang hidup di cuaca hangat mungkin memiliki rentang usia yang lebih pendek.

Seluruh Tubuh Bisa Dimanfaatkan

Yak sering dimanfaatkan manusia untuk mengangkat barang naik dan turun gunung. Selain jasanya ini, Yak juga diternakkan untuk menghasilkan daging dan susu. Susu Yak agak berbeda dengan jenis susu lainnya karena mengeluarkan aroma khas dan warnanya merah muda. Susu Yak juga dikenal sebagai susu mahal dengan sejumlah manfaat kesehatan.

Susu Yak mengandung kalsium, asam amino, vitamin A, serta diyakini bermanfaat untuk meningkatkan vitalitas pria. Sementara Yak juga bisa dikonsumsi dagingnya karena termasuk rendah kolesterol dan kaya akan asam lemak omega-3. Sementara bulu lebatnya kerap dimanfaatkan untuk menghasilkan pakaian mahal yang super lembut.

Kotoran Yak Berbahaya Untuk Lingkungan

Selama berabad-abad masyarakat Tibet menggunakan kotoran Yak untuk bahan bakar tungku perapian. Meskipun dianggap sebagai cara yang hemat, namun menggunakan kotoran Yak justru berbahaya bagi lingkungan. Hal ini dikarenakan pembakaran kotoran Yak akan menghasilkan sekitar 1000 ton karbon hitam tiap tahunnya. Karbon tersebut berkontribusi terhadap peningkatkan pemanasan global. Dampak ini dapat dilihat di wilayah Himalaya yang mulai menghangat 3 sampai 5 kali lebih cepat sejak penggunaan kotoran Yak sebagai bahan bakar.

Dimanfaatkan Untuk Ritual Tradisional

masakan negara apapun cairo food bumbunya

Yak paling sering dimanfaatkan untuk menghasilkan produk turunan susu yaitu mentega. Mentega Yak yang kental dijadikan sebagai tradisi untuk diukir menjadi patung berwarna-warni. Para biksu Tibet menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk mengukir patung tersebut. Selama Festival Lampu Mentega di bulan pertama kalender Tibet, maka dapat dilihat bahwa terdapat banyak patung-patung berhias mulai dari bunga hingga simbol Buddha yang terbuat dari mentega Yak.

Selain itu masyarakat Tibet juga menggunakan mentega Yak ke dalam susu untuk menghasilkan Po Cha. Ini adalah minuman tradisional yang dikonsumsi untuk menghangatkan tubuh terutama untuk para pengembara di dataran tinggi di atas 17.000 kaki. Teh kental ini dianggap sebagai teh yang memberikan kekuatan bagi penduduk lokal yang hidup di udara ekstrim.

Dikawinkan Secara Silang

Yak yang cenderung hampir punah membuat masyarakat di kawasan Tibet mulai mengawinkan silang antar Yak dengan jenis sapi domestik. Hasil perkawinan silang melahirkan jenis hewan yang disebut Dzo atau Yakow. Dzo memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan sapi domestik dan dianggap jauh lebih produktif dalam menghasilkan susu dan daging. Dzo juga dibesarkan sebagai hewan pekerja yang dianggap memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan Yak asli.

Yak sebagai salah satu hewan domestik yang tidak ditemukan di negara lain selain India dan Cina, menjadikan hewan ini unik dan jarang diketahui. Dengan fisik dan perilaku yang berbeda dari jenis sapi, Yak dapat bertahan hidup di cuaca ekstra dingin serta mampu melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan makanan. Dikarenakan hewan ini terancam punah, maka tak heran jika Yak mulai dibudidayakan di cagar alam oleh pemerintah setempat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *