Tolak angin adalah produk herbal sejenis jamu yang diproses dan dikemas sebagai produk komersil. Produk lokal ini digunakan untuk meredakan masuk angin, perut mual, tenggorokan kering, pegal-pegal, dan gejala tidak enak badan lainnya. Dibalik khasiatnya ini, tolak angin ternyata menyimpan kisah yang panjang sebelum menjadi produk populer seperti sekarang.
Diawali Dari Perusahaan Susu
Tolak angin dibuat oleh PT. Industri dan Farmasi Sido Muncul tbk, yang sejarahnya sudah dimulai sejak tahun 1920-an. Perusahaan ini didirikan oleh pasangan suami istri bernama Siem Thiam Hiey (Rakhmat Sulistio) dan istrinya Go Djing Nio (Sri Agustina). Kala itu pasangan ini memulai usaha pertama mereka yaitu pemerahan susu di Ambarawa yang dinamakan Melkrey.
Namun, usaha ini runtuh akibat terkena dampak perang Malese tahun 1928, keduanya pun terpaksa pindah ke Solo di tahun 1930. Kegagalan usaha sebelumnya tidak mematahkan semangat pasangan ini untuk memulai usaha baru, hingga menciptakan toko roti dengan nama Roti Muncul tahun 1930. Tampaknya Roti Muncul juga kurang laris di pasaran dan membuat usaha ini terpaksa gulung tikar lagi.
Lima tahun kemudian tepatnya 1935, Siem Thiam Hiey dan istrinya yang kerap disebut Ny. Rakhmat Sulistio memutuskan untuk pindah ke Yogyakarta dan menciptakan bisnis baru yaitu jamu rumahan.
Yogyakarta dipilih sebagai kota untuk berbisnis jamu karena adat Yogyakarta yang sangat kental dan budaya tradisional masyarakat Jawa yang masih mengandalkan pengobatan tradisional untuk berbagai penyakit.
Melihat masyarakat disana yang menggunakan rempah-rempah dan herbal yang berasal dari alam, membuat pasangan ini menjadi lebih yakin untuk mendirikan industri jamu di kota keraton ini.
Pada tahun 1941, industri jamu ciptaan Ny. Rakhmat Sulistio memformulasikan produk jamu pertama mereka untuk dijual ke pasaran yang dinamakan Jamu Tujuh Angin. Jamu ini berbentuk cair dan berkhasiat untuk mencegah dan mengobati gejala masuk angin.
Sempat Berpindah Kota
Produk Jamu Tujuh Angin ini terus mengalami perkembangan hingga 8 tahun kemudian suatu peristiwa bersejarah pun terjadi. Pada 1 Maret 1949 terjadi Serangan Umum terhadap kota Yogyakarta sehingga terjadi ketidakstabilan kondisi domestik di kota tersebut.
Alhasil Ny. Rakhmat Sulistio berserta keluarganya memutuskan untuk mengungsi ke kota Semarang yang lebih aman. Kepindahan ini tidak membuat Ny. Rakhmat Sulistio menghentikan bisnis jamu dan justru terus mengekspansi usaha rumahan ini.
Di kota Semarang mereka mendirikan perusahaan sederhana dengan nama Sido Muncul yang artinya impian yang terwujud. Makna dari Sido Muncul adalah terjemahan dari impian Ny. Rakhmat Sulistio untuk melestarikan resep-resepnya hingga berhasil mendirikan perusahaan. Perusahaan sederhana ini berlokasi di Jalan Bugangan No. 25, Semarang.
Dalam rangka membantu proses produksi Jamu Tujuh Angin tersebut, produksi dibantu oleh 3 orang karyawannya yang merupakan karyawan awal sebelum pabrik jamu Sido Muncul berhasil didirikan. Pada saat itu Jamu Tujuh Angin juga berganti nama menjadi Tolak Angin sebagai bentuk keseriusan Ny. Rakhmat Sulistio untuk menggeluti bisnis industri jamu.
Proses Pembuatan Secara Tradisional
Pada awal berdirinya pabrik Sido Muncul, proses pembuatan masih menggunakan cara tradisional. Jamu dibuat dengan menumbuk bahan dasar jamu menggunakan alu dan lumpang. Alat lainnya juga masih menggunakan timbangan jamu, pipisan, dan ayakan tradisional.
Sebagai produk pertamanya Tolak Angin Sido Muncul mulai digemari oleh masyarakat sekitar. Meskipun belum mampu menyaingi pabrik jamu yang kala itu lebih populer, namun Tolak Angin memiliki pelanggan tetap.
Kemudian, permintaan pasar hadir untuk mengemas jamu yang lebih praktis, mendorong Ny. Rakhmat Sulistio untuk memproduksi jamu Tolak Angin dalam bentuk serbuk untuk mempermudah pemasaran.
Perkembangan Sido Muncul sebagai industri jamu tradisional berakhir sekitar tahun 1969. Hal ini dikarenakan di tahun 1970, Ny. Rakhmat Sulistio memberikan kewenangan bisnis kepada anaknya, Desy Sulistio. Pemindahan kewenangan mengawali modernisasi dari produk Tolak Angin itu sendiri.
Menuju Produk Industri Modern
Dibawah kepemimpinan Desy Sulistio, Sido Muncul mulai mengembangkan industri jamu modern untuk menjaga daya saing perusahaan dengan industri sejenis. Perubahan pertama yang terjadi yakni mengubah bentuk perusahaan.
Pada awalnya perusahaan berbentuk persekutuan komanditer berubah menjadi perseroan terbatas yang dikenal sebagai PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul tahun 1975. Dari inilah perubahan besar-besaran terjadi termasuk pembentukan pabrik, penggunaan mesin modern, dan perubahan pada kemasan produk.
Tolak Angin sebagai produk utama sekaligus andalan dari PT. Sido Muncul, kemudian dikembangkan lagi menjadi Tolak Angin Cair seperti yang kita kenal sekarang. Meskipun Tolak Angin versi serbuk sempat populer, namun Tolak Angin Cair dianggap lebih mudah dikonsumsi dimanapun tanpa perlu menyeduh terlebih dahulu.
Tolak Angin Cair Sido Muncul adalah jenis jamu modern pertama yang diproduksi dalam bentuk cair di tahun 1992. Dengan bentuk cair ini banyak masyarakat yang meminum jamu Tolak Angin untuk berbagai kondisi baik di dalam rumah maupun ketika bepergian.
Lebih lanjut, Tolak Angin kemudian dikemas dengan tambahan madu dan rasa mint yang segar sehingga menjadi produk jamu modern yang digemari oleh berbagai kalangan. Produk Tolak Angin lainnya juga perlahan-lahan mulai diproduksi untuk menjangkau masyarakat yang lebih luas.
Tolak Angin Berstandar Farmasi
Standar farmasi digunakan PT. Sido Muncul untuk membuat produknya memiliki kualitas setara dengan obat-obatan modern serta mengevaluasi kandungan dari jamu ini. Secara tradisional jamu yang dibuat dari alam juga memiliki kekurangan yang membuat sebagian masyarakat enggan untuk mengonsumsinya.
Oleh sebab itu, untuk mendapatkan simpati pangsa pasar, Sido Muncul mengikuti standar farmasi agar mampu mengembalikan citra industri jamu yang menarik minat masyarakat. Untuk mewujudkan misi tersebut, nama produk Tolak Angin Cair kemudian digolongkan ke dalam Obat Herbal Terstandar.
Dengan kategori baru ini, Tolak Angin telah memiliki tingkat keamanan pangan dan khasiat yang secara ilmiah telah dibuktikan dan diakui. Dengan kata lain, Obat Herbal Terstandar adalah obat yang menggunakan bahan alam, namun diproses secara modern dan cenderung lebih aman dibandingkan jamu biasa.
Popularitas Semakin Meningkat Di Masa Pandemi
Situasi pandemi Covid-19 memukul hampir semua sektor industri termasuk industri farmasi dan obat-obatan. Namun, pada triwulan ketiga tahun 2020 pertumbuhan sektor kimia, farmasi, dan obat tradisional meningkat karena adanya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi obat maupun suplemen herbal untuk menguatkan daya tahan tubuh.
Pola pikir masyarakat ini membuat produk utama Sido Muncul yaitu Tolak Angin mengalami penjualan yang meningkat drastis. Dengan memanfaatkan tren back to nature membuat produk Tolak Angin menjadi daftar belanja bulanan wajib bagi sebagian besar masyarakat Indonesia di masa pandemi.
Alasan mengapa Tolak Angin jadi produk incaran di masa pandemi yakni karena banyak penelitian yang telah membuktikan keefektifan Tolak Angin untuk menjaga kesehatan. Dalam hal ini, daya tahan tubuh seseorang akan meningkat jika sel-T yaitu jenis sel darah putih semakin meningkat.
Untungnya, dalam sebuah penelitian Tolak Angin pun dinyatakan mampu meningkatkan sel-T dan mendorong fungsi sistem daya tahan tubuh lebih baik jika dikonsumsi secara teratur. Mengonsumsi 2 sachet Tolak Angin setiap hari dapat dilakukan selama 7 hari untuk mendapatkan manfaat ini.
Tolak Angin juga tergolong aman untuk dikonsumsi dalam jangka panjang jika menggunakan dosis yang dianjurkan. Artinya mengonsumsi Tolak Angin terus menerus tidak menunjukkan gangguan pada organ tubuh seperti ginjal, liver, dan jantung. Alasan lain yang membuat Tolak Angin semakin populer ialah sederet manfaatnya untuk mengatasi gejala masuk angin serta masalah kesehatan ringan yang sangat efektif.
Ragam Cara Mengkonsumsi Tolak Angin
Tolak Angin kini juga memiliki beragam variasi produk yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat antara lain Tolak Angin Cair, Tolak Angin Tablet, Tolak Angin Sugar Free, Tolak Angin Flu, Tolak Angin Anak, Tolak Angin Care, dan Permen Tolak Angin. Ini juga menjadi alasan produk Tolak Angin tetap menjadi primadona dalam jejeran jamu modern.
Tolak Angin yang dijadikan sebagai suplemen herbal sehari-hari untuk meningkatkan imunitas sebenarnya bisa dikonsumsi dengan berbagai cara. Tolak Angin bisa dikonsumsi oleh orang dewasa 1 hingga 2 sachet setiap hari untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Sementara untuk mengatasi gejala masuk angin atau diare, Tolak Angin Cair dan Tolak Angin Cair Sugar Free bisa diminum 3-4 sachet per hari. Sementara untuk tujuan mengatasi mabuk perjalanan, kelelahan, dan kurang tidur, maka bisa mengonsumsi Tolak Angin 1 sachet per hari.
Lebih lanjut, Tolak Angin juga bisa dikonsumsi untuk anak-anak yakni diminum ½ sachet secara langsung atau dicampur dengan segelas air putih hangat. Sedangkan untuk jenis Tolak Angin yang berbentuk tablet bisa digunakan 1 tablet sehari jika mengalami gejala masuk angin. Terakhir, untuk jenis Permen Tolak Angin dosisnya bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Permen Tolak Angin ini dinikmati ketika merasa sakit tenggorokan dan batuk.
Nah, itu dia sejarah dan fakta lengkap tentang Tolak Angin. Meskipun Tolak Angin memiliki sejumlah manfaat bagi semua orang, namun ternyata Tolak Angin sebenarnya tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui, serta orang yang sedang mengonsumsi pil KB, ibuprofen, dan obat anti-hipertensi. Oleh sebab itu, tetap pastikan memahami indikasi Tolak Angin sebelum anda mengonsumsinya.