Baby blues syndrome adalah masalah psikologis yang umumnya terjadi pada wanita dalam beberapa hari setelah melahirkan. Gejala ini dikaitkan dengan depresi postpartum meskipun keduanya adalah hal yang berbeda. Baby blues syndrome lebih umum terjadi dan dapat mempengaruhi semua orang tua sehingga tidak didasarkan pada perbedaan usia, budaya, tingkat pedidikan, ras, atau lingkungan. Perasaan sedih ini turunannya sangat variatif, bisa berupa rasa bersalah maupun gelisah yang berlebihan.
Baby Blues Syndrome Dan Penyebabnya
Baby blues syndrome banyak terjadi pada wanita pasca melahirkan tepatnya 2-3 hari setelah bayi lahir. Namun dalam beberapa kasus, baby blues syndrome dapat bertahan hingga 2 minggu pasca kelahiran. Dikarenakan sindrom psikologis ini cenderung hilang dengan sendirinya, maka tidak memerlukan perawatan khusus.
Akan tetapi lagi-lagi, gejala baby blues mungkin berlangsung lebih lama hingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Dalam tahap tersebut orang tua mungkin membutuhkan kunjungan terhadap penyedia layanan kesehatan. Hal ini dikarenakan gejala sindrom yang terjadi dalam jangka panjang dengan tingkat keparahan yang tidak umum, bisa mengawali depresi postpartum. Gejala depresi postpartum memang sangat mirip dengan baby blues syndrome, tetapi lebih parah, bertahan lebih lama, hingga mengganggu interaksi antara ibu dan bayinya.
Baby blues syndrome secara garis besar disebabkan oleh perubahan hormon yang terjadi setelah melahirkan. Dalam hal ini jumlah hormon estrogen dan progesteron berkurang secara drastis, sehingga menyebabkan perubahan suasana hati yang signifikan. Bagi sebagian orang, beberapa hari setelah melahirkan, hormon yang dihasilkan dari kelenjar tiroid juga ikut berkurang. Hal ini membuat baby blues syndrome disertai lelah dan perasaan tertekan, hingga tidak cukup tidur dan tidak selera makan.
Lebih lanjut, penyebab lain dari baby blues syndrome adalah masalah emosional bagi ibu muda. Biasanya jika ibu pertama kali melahirkan akan ada perasaan gugup untuk merawat bayi, tidak percaya diri terhadap kemampuan merawat bayi, serta banyak berpikir tentang bagaimana hidupnya telah berubah sejak bayi lahir.
Pikiran-pikiran ini dapat membuat seseorang merasa sedih dan tertekan yang juga merupakan bagian dari baby blues syndrome. Oleh sebab itu, seseorang yang sepanjang kehamilannya merasa tertekan dan depresi, maka lebih beresiko mengalami baby blues syndrome pasca melahirkan.
Baby blues syndrome juga bisa dipicu jika terdapat masalah pada ASI dan proses menyusui ibu. Biasanya ASI mulai terproduksi sehingga payudara akan membesar dan membengkak. Pada awalnya perubahan pada payudara ini akan terasa menyakitkan dan cenderung membuat demam.
Selain itu, bayi secara alamiah akan membutuhkan ASI setiap 2 jam sekali sehingga sebagian wanita mungkin akan merasa kerepotan. Masalah lain yang mungkin terjadi adalah produksi ASI yang terlalu sedikit sementara bayi sering haus dan lapar. Bisa juga sebaliknya, yakni ibu memproduksi ASI sangat banyak namun bayi tidak memiliki kemampuan untuk menyusu dengan baik sehingga membuat ASI tersumbat. Dua masalah ini biasa menyebabkan seorang ibu akan kewalahan, stres, dan bingung yang menjadi pemicu baby blues syndrome.
Terdapat beberapa gejala baby blues syndrome, termasuk merasa sedih, marah, dan lebih banyak menangis sehingga menjauhkan diri dari lingkungan sosial untuk sementara. Selain itu, terdapat rasa murung, cemas, dan khawatir yang berlebihan sehingga mengakibatkan sulit tidur, sulit makan, sulit berkonsentrasi, dan tidak mampu membuat suatu keputusan.
Ibu yang merasakan baby blues syndrome cenderung merasa kewalahan dalam merawat bayinya serta tidak mampu juga melakukan pekerjaan seperti biasanya. Sebagian orang juga mungkin merasakan baby blues syndrome seperti merasa kesepian dan seolah tidak memiliki teman dan keluarga yang bisa diandalkan atau diharapkan.
Baby Blues Syndrome Pada Ayah
Faktanya baby blues syndrome tidak hanya dapat terjadi pada wanita pasca melahirkan. Baby blues syndrome juga bisa dialami oleh para ayah setelah istrinya melahirkan. Biasanya ayah akan merasa resah, takut, sedih, dan uring-uringan pasca istri melahirkan dengan persentase kemunculan sekitar 10%. Kondisi ini bisa dialami para ayah sekitar 3-6 bulan setelah kelahiran bayi.
Beberapa ayah mungkin merasakan kehilangan minat pada pekerjaan dan hobi favorit atau sebaliknya memilih bekerja dengan durasi yang berlebihan. Selain itu, gejala lain dari baby blues syndrome yang terjadi pada ayah sangat mirip dengan yang dialami oleh para ibu. Namun penyebabnya bisa lebih beragam.
Jarang sekali baby blues syndrome pada ayah disebabkan oleh perubahan hormonal yang seperti terjadi pada ibu. Baby blues syndrome pada ayah lebih umum disebabkan oleh kurang tidur karena memiliki kesibukan untuk merawat dan mengurus bayi, serta kekhawatiran dengan tanggung jawab baru.
Semakin banyak hal yang perlu seorang ayah pertimbangkan pada saat kehamilan hingga kelahiran bayi, maka semakin membuat seorang ayah lebih merasa terbebani hingga menyebabkan depresi. Sementara itu, beberapa penyebab lain yang diyakini menyebabkan ayah mengalami baby blues syndrome termasuk masalah finansial, kurang perhatian dari istri, tidak memiliki figur ayah sebagai panutan hingga riwayat gangguan mental.
Cara Mengatasi Baby Blues Syndrome
Baby blues syndrome memang bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan karena akan hilang dengan sendirinya. Akan tetapi, mungkin bagi beberapa orang membutuhkan tips agar mempercepat “penyembuhan” gejala baby blues syndrome ini.
Tidur Yang Cukup
Semakin kurang waktu tidur seseorang maka semakin besar resikonya mengalami stres dan tekanan mental. Oleh sebab itu jika wanita mengalami baby blues syndrome, maka lakukan segala usaha untuk bisa mencukupi waktu tidur dengan baik. Manfaatkan waktu saat bayi tidur, untuk ibu bisa tidur juga.
Jika bayi terbangun di malam hari karena mengompol, sementara anda sebagai ibu masih membutuhkan tidur yang cukup, maka jangan ragu untuk meminta bantuan pasangan agar membantu menjaga si bayi atau mengganti popoknya. Ingat bahwa anda membutuhkan istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaga dan melanjutkan untuk merawat bayi keesokan hari.
Berbagi Cerita
Sebagai makhluk sosial, wanita yang tengah mengalami baby blues syndrome sangat disarankan untuk berbagi cerita dengan orang yang dipercaya baik itu suami, teman, atau keluarga. Berbagi cerita ditujukan untuk menyampaikan apa yang anda butuhkan, apa yang anda rasakan serta mengurangi beban mental secara langsung.
Bila memungkinkan, anda dianjurkan untuk bersosialisasi dengan ibu baru lainnya untuk berbagi cerita, tips merawat anak, serta hal lain mengenai perasaan yang anda alami. Ingat bahwa berbagi cerita bukan untuk menghilangkan tanggung jawab anda sebagai seorang ibu dengan meminta bantuan orang lain, namun lebih ke arah memperbaiki suasana hati dan mencari solusi atas apa yang anda rasakan pasca melahirkan.
Jangan Merokok & Menggunakan Obat-Obatan Berbahaya
Ayah maupun ibu yang tengah mengalami baby blues syndrome sebaiknya tidak menggunakan obat-obatan terlarang dan tidak merokok. Hal ini dikarenakan mengonsumsi obat terlarang dan rokok justru akan mempengaruhi suasana hati menjadi lebih buruk. Hal ini akan diperparah bila anda mengonsumsi alkohol, karena akan semakin mempersulit anda sendiri untuk merawat bayi.
Mencari Udara Segar
Cara lain untuk mengatasi gejala baby blues syndrome yaitu dengan pergi ke luar rumah dan menikmati udara segar. Pada dasarnya baby blues syndrome sangat mirip dengan orang yang sedang merasakan tekanan mental sehingga memerlukan suasana yang tenang, menyegarkan, atau suasana baru untuk mengembalikan mood.
Jika pasca melahirkan anda belum kuat untuk pergi ke tempat-tempat yang cukup jauh untuk menghirup udara segar, maka pergi ke lapangan taman terdekat atau bahkan di halaman rumah dengan suasana pagi yang segar cukup untuk menenangkan rasa gelisah. Biasanya menikmati udara segar juga bisa dibarengi dengan meminum teh hangat atau sambil menggendong sekaligus menjemur bayi di pagi hari.
Olahraga Rutin
Salah satu cara yang mudah dilakukan untuk mengatasi baby blues syndrome adalah tetap aktif dan lakukan olahraga rutin. Olahraga dapat menghilangkan stres dan menenangkan pikiran. Beberapa pilihan yang dapat dilakukan ibu pasca melahirkan adalah berjalan kaki selama 30 menit atau melakukan gerakan yoga sederhana khusus wanita pasca melahirkan.
Biasanya setelah berolahraga rutin, tubuh akan merasa rileks sekaligus meningkatkan stamina. Olahraga juga dapat meminimalisir rasa kekhawatiran, sehingga seseorang akan lebih mudah tidur nyenyak tanpa banyak beban pikiran.
Lakukan Hobi
Bukan rahasia lagi bahwa melakukan suatu hal yang disukai memang menjadi solusi untuk menghilangkan rasa gelisah, khawatir, tekanan, dan kecemasan berlebihan. Para wanita setelah melahirkan tidak berarti harus mengurus bayi 24 jam, karena sebenarnya wanita juga masih membutuhkan me time untuk melakukan hobi.
Nikmati makanan favorit, kegiatan yang paling disukai, atau sekedar menonton acara televisi untuk membuat perasaan senang dan rileks agar anda juga lebih maksimal merawat bayi. Meskipun melakukan hobi tidak bisa dilakukan berjam-jam atau hanya selama 20 menit, namun hal tersebut sudah cukup untuk memulihkan sedikit perasaan negatif dari dalam diri anda.
Kapan Harus Menemui Dokter?
Baby blues syndrome adalah tahapan dari transisi yang terjadi pada 80% orang tua baru pasca kelahiran bayi. Meskipun sangat umum terjadi, namun jika anda merasa sedih, cemas, dan tertekan sangat mendalam hingga 2 minggu atau gejala semakin parah setiap harinya, maka segera hubungi dokter atau layanan kesehatan.
Hal ini dikarenakan baby blues syndrome bisa menjadi gejala depresi yang membutuhkan terapi khusus dan konsultasi dengan psikolog atau psikiater untuk mengembalikan suasana hati. Jika tidak segera ditangani, depresi dapat menyebabkan ikatan ibu dan anak tidak terjalin dengan baik, bahkan dapat mengawali resiko depresi yang lebih berat di masa depan.
Dalam kondisi yang cukup parah dan membutuhkan penanganan serius, wanita pasca melahirkan mungkin mengalami halusinasi dan delusi hingga dapat membahayakan nyawa ibu dan bayi. Kenali gejala-gejala baby blues syndrome sedini mungkin dan jangan biarkan sampai terjebak pada depresi pasca melahirkan yang lebih berbahaya.