12 Masjid Terluas di Dunia, Indah dan Menarik

Sudah banyak sekali masjid yang dibangun hingga kini, lengkap dengan ciri khas, daya tarik, dan ukurannya masing-masing. Meskipun memiliki ukuran dan keindahan yang berbeda, masjid tetaplah memiliki satu fungsi yang sama sejak dulu, yaitu sebagai tempat beribadah untuk orang-orang beragama Islam.

Beberapa masjid memang dirancang untuk memiliki banyak fungsi, seperti halnya Ulu Camii yang ada di Bursa. Karena memiliki ukuran yang cukup besar, hingga saat ini banyak masyarakat yang berkumpul di kawasan masjid untuk mendiskusikan banyak hal.

Masjid juga sering digunakan sebagai pusat pendidikan agama Islam. Bahkan ada beberapa masjid yang memiliki ruangan khusus untuk pertemuan dan pernikahan, seperti Masjid Camlica di kawasan perbukitan di distrik Uskudar, Istanbul. Tapi terlepas dari segala fungsinya, berikut ini adalah 12 masjid terluas di dunia dengan keindahan yang beraneka ragam.

Masjid-dil Haram

Terletak di Wilayah Suci kota Mekkah, masjid ini adalah yang terbesar di dunia. Tidak hanya luasnya yang lebih dari empat juta meter persegi, kawasan yang mengitari Ka’bah juga dibuat hingga tiga tingkat untuk meningkatkan kapasitas jemaah.

Saat bulan Ramadhan dan musim Haji tiba, bagian atap masjid, yang pada saat-saat biasa tidak digunakan untuk sholat, akan dipakai untuk sholat, dan mungkin bisa dipakai untuk istirahat malam dengan beratapkan langit. Karena kawasan itu juga akan digunakan selama 24 jam saat itu.

Pada lantai dua dan tiga, terdapat area khusus untuk tawaf mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh putaran. Semakin jauh jarak dari Ka’bah, maka jarak yang harus ditempuh untuk tawaf akan semakin jauh.

Tidak hanya terdiri dari kawasan untuk sholat dan tawaf, kompleks Masjid-dil Haram juga memiliki kawasan untuk melakukan sa’i, yaitu berjalan bolak-balik dari bukit Shafa ke bukit Marwah sebanyak tujuh putaran.

Kawasan untuk sa’i juga dibuat hingga tiga tingkat. Diketahui jika tingkat tiga khusus untuk jemaah haji yang sedang sakit parah, sehingga mengharuskan mereka untuk tidak terlalu memaksakan diri. Karena di lantai tiga, ada petugas yang akan membantu untuk mengemudikan semacam mobil golf, yang kapasitasnya bisa untuk lima jemaah untuk satu kali jalan.

Masjid yang dibuka setiap saat ini juga memiliki kawasan untuk melaksanakan sholat yang sangat banyak dan luas. Tidak hanya luas dan banyak, semua kawasan untuk melaksanakan sholat di masjid ini juga dilengkapi dengan beberapa rak buku yang menyimpan Al-Qur’an terjemahan dalam berbagai bahasa.

Jemaah tidak perlu khawatir akan kehausan. Karena di dalam masjid, disediakan banyak drum berisi air mineral ataupun air Zam-zam yang tersebar di seluruh masjid. Sajadah yang digunakan di Masjid-dil Haram juga sangat tebal dan lembut, sehingga tidak sedikit jemaah yang lebih memilih untuk bermalam di masjid.

Jika jemaah malas untuk kembali ke hotel untuk makan, hotel-hotel yang berada sekitar kawasan masjid biasanya memiliki kios makanan di lantai dasar dengan harga yang variatif. Semakin murah harganya, maka jemaah yang berkumpul di sekitar kios akan semakin banyak.

Untuk mengurangi efek panas berlebih yang bisa mencapai 45°C, semua lantai di Masjid-dil Haram dilapisi oleh marmer putih. Bahkan kawasan pekarangan masjid dan bagian atap juga bersepuh marmer putih.

Saat musim panas tiba, pihak pengelola akan mengeluarkan banyak sekali kipas raksaksa untuk menyemprotkan air di kawasan masjid. Tidak jarang juga jemaah yang secara sukarela menyemprot jemaah lain dengan semprotan air untuk mengurangi rasa panas yang sangat menyengat.

Perluasan Masjid-dil Haram telah menjadi rahasia umum di seluruh dunia. Dimulai sejak zaman Umar bin Khattab, yang membeli semua bangunan di sekitar Ka’bah dan mendirikan tembok setinggi dua meter yang mengelilinginya, hingga kini Masjid-dil Haram telah menjadi masjid yang sangat luas untuk dijelajahi.

Renovasi yang berkelanjutan dari masa ke masa juga menghasilkan interior masjid dengan berbagai arsitektur yang khas pada setiap bagiannya dalam jangka waktu tertentu.

Masjid Nabawi

Serupa dengan Masjid-dil Haram, Masjid Nabawi memiliki berbagai pengalaman unik yang tidak kalah berkualitas. Masjid dengan luas lebih dari 400.000 meter persegi ini adalah masjid kedua yang dibangun oleh Rasulullah SAW setelah Masjid Quba, yang jaraknya cukup jauh dengan Masjid Nabawi.

Masjid Nabawi juga telah melalui banyak sekali renovasi yang berkelanjutan hingga saat ini. Tercatat dalam sejarah jika listrik di Masjid Nabawi pertama kali dipasang pada tahun 1908, tepatnya pada masa Sultan Abdul Hamid II. Sementara kubah hijau yang menjadi tanda dari kawasan makam Rasulullah beserta Abu Bakar dan Umar, diketahui direnovasi dan dicat hijau pada masa Sultan Mahmud II.

Sedikit berbeda dengan Masjid-dil Haram, Masjid Nabawi lebih banyak menjadikan pilar-pilar kokoh yang menyangga masjid sebagai penyangga rak. Beberapa pilar dimodifikasi layaknya AC pada bagian bawahnya.

Meskipun begitu, penggunaan kipas berukuran besar tidak bisa dihindari, terutama di pekarangan masjid. Semua lantai Masjid Nabawi juga dilapisi oleh marmer, yang membuat suasana masjid menjadi lebih sejuk saat musim panas.

Seluruh halaman masjid akan ditutupi oleh payung-payung yang bisa terbuka dan menutup secara otomatis pada waktu tertentu. Masjid Nabawi juga memiliki kawasan yang hanya bisa dikunjungi oleh jemaah laki-laki pada saat musim haji, yaitu sedikit kawasan atap Masjid Nabawi.

Untuk menghindari berbagai praktik musyrik di kawasan makam Rasulullah, Masjid Nabawi akan ditutup sekitar tengah malam, dan baru kembali dibuka menjelang waktu sholat tahajud.

Selain untuk meminimalisir kemusyrikan, sistem tersebut berguna untuk memberi waktu istirahat yang lebih banyak untuk para petugas keamanan. Terutama para petugas keamanan perempuan yang mengatur pergerakan jemaah di Raudhah, yaitu kawasan di antara rumah Rasulullah, yang kini merupakan makam beliau dan kedua sahabatnya yang sangat dipercayai, hingga mimbarnya di masjid. Kawasan ini ditandai oleh pilar-pilar putih mengkilap dan sajadah hijau yang sangat lembut.

Bahkan saat mengatur jemaah asal Indonesia, para perempuan tangguh itu harus berteriak dengan lantang dalam mengatur jemaah Indonesia. Kalimat pamungkas mereka saat mengatur jemaah asal Indonesia adalah: “Ibu duduk ibu, duduk!”

Mereka akan terus meneriakkan kalimat tersebut hingga jemaah bisa diatur. Bahkan tidak jarang para petugas keamanan yang memakai burqa tersebut terdengar seperti kehabisan suara karena terus-menerus berteriak.

Sama halnya dengan Masjid-dil Haram, Masjid Nabawi juga memiliki banyak drum yang menampung air mineral dan air Zam-zam yang tersebar di dalam masjid. Namun kawasan yang mengelilingi kompleks Masjid Nabawi sedikit berbeda dengan Masjid-dil Haram.

Selain hotel, terdapat cukup banyak museum dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya di sekitar masjid, seperti halnya stasiun kereta yang kini berubah menjadi sebuah museum yang tidak diketahui oleh banyak jemaah. Hotel-hotel di sekitar masjid juga cenderung menjadikan lantai dasarnya sebagai toko souvernir, sehingga cukup sulit untuk menemukan kedai makanan di sekitar Masjid Nabawi.

Jika beruntung, jemaah bisa menemukan beberapa pedagang kaki lima di jalan sekitar hotel yang akan menyerukan harga barang dagangannya sambil membongkar kemasan dan membuatnya tercecer di atas terpal yang sebelumnya sudah digelar.

Masjid Agung Aljazair

Masjid yang dibangun sejak tahun 2012 dan tahun 2019 ini telah menjadi masjid terbesar di benua Afrika. Menara masjid ini merupakan yang tertinggi di dunia. Dengan luas 400.000 meter persegi dan menara masjid setinggi 265 meter, masjid ini terlihat sangat mencolok di kawasan Aljir, ibu kota Aljazair.

Karena tingginya ini, menara masjid juga digunakan sebagai dek observasi di lantai teratas untuk mengamati pergerakan bulan, yang menjadi patokan dalam menetapkan penanggalan hijriah.

Karena menara yang tinggi dan letaknya yang dekat dengan laut, melihat ke Laut Mediterania sangat memungkinkan untuk dilakukan. Masjid ini juga dirancang agar tahan dari gempa hingga 9.0 SR dan korosi, yang sering terjadi karena cuaca buruk.

Tidak hanya tempat untuk melaksanakan sholat, kompleks masjid ini juga dilengkapi dengan sekolah Al-Qur’an, perumahan untuk staff, taman, perpustakaan, stasiun pemadam kebakaran, museum kesenian Islam, dan pusat penelitian sejarah Aljazair.

Kompleks masjid yang dibangun oleh perusahaan konstruksi asal Tiongkok ini dipandang sebagai kesuksesan Abdelaziz Bouteflika yang telah lama menjabat menjabat, yaitu sejak tahun 1999.

Masjid Imam Reza

Terletak di kawasan Khorasan, Iran, masjid seluas 598.657 meter persegi ini awalnya merupakan sebuah kuil bagi penganut Zoroaster yang menyembah api, lalu dibangun kembali dengan arsitektur khas Khorasan oleh Khalifah Al-Ma’mun dari Abbasiyah.

Masjid ini memperoleh namanya dari imam Syi’ah kedelapan, yaitu Imam Reza. Sebelum kawasan pemakaman Imam Reza dibangun dan disakralkan oleh masyarakat, kawasan masjid ini telah menjadi tempat peristirahatan terakhir untuk salah satu Khalifah terkemuka dari Abbasiyah, Harun Al-Rasyid.

Makam beliau tidak disakralkan oleh masyarakat karena dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan imam Syi’ah keenam dan ketujuh. Untuk menandai kawasan makam Imam Reza, maka dibuatlah sebuah kubah untuk menaungi kawasan tersebut.

Dinding masjid Syi’ah ini terdiri dari banyak sekali keramik lukis dengan nuansa biru dan kelabu. Tidak hanya kawasan pemakaman, kompleks masjid ini juga terdiri dari museum, perpustakaan, taman, gedung seminar, serta Universitas Islam Razavi.

Masjid Sultan Qaboos

Sesuai dengan namanya, pembangunan masjid ini dipelopori oleh Sultan Qaboos pada tahun 1992. Setelah berbagai persiapan, pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1995 selama enam tahun lebih oleh Carillion LLC. Sultan Qaboos akhirnya bisa meresmikan masjid ini pada tanggal 4 Mei 2001.

Masjid ini terletak di jantung kota Muscat, yaitu kawasan Bausher. Inspirasi dari arsitektur masjid tidak hanya berasal dari satu negara dan budaya. Setiap elemen terbaik dari arsitektur dan budaya Islam berpadu untuk menciptakan harmoni untuk masjid yang didanai oleh uang pribadi Sultan Qaboos.

Masjid ini memiliki lima menara, dengan satu menara utama yang menjulang setinggi 90 meter. Sementara keempat menara lain sengaja dibuat lebih rendah dari menara utama. Masjid terbesar di Oman ini memiliki eksterior bernuansa putih dan krim muda.

Tidak hanya menjadi tempat untuk mendirikan sholat, masjid ini juga memiliki sebuah perpustakaan dengan dua lantai. Terdapat lebih dari 20.000 buku di dalam sana, yang terbagi berdasarkan kategori buku-buku tersebut.

Masjid Hassan II

Masjid ini terletak di kota pesisir kota Casablanca, Maroko. Selesai dibangun pada tahun 1993, masjid ini adalah karya dari arsitek berkebangsaan Prancis, Michel Pinseau. Pembangunannya sendiri dilakukan oleh perusahaan asal Prancis bernama Bouygues.

Sebelum dibangunnya Masjid Agung Aljazair, masjid yang peletakan batu pertamanya terjadi pada tahun 1986 ini adalah masjid terbesar di Afrika. Menaranya yang menjulang hingga ketinggian 210 meter ini juga merupakan mantan pemegang rekor sebagai menara tertinggi di dunia.

Pinseau terinspirasi dari bangunan bergaya Moor saat membangun masjid ini. Tidak hanya memiliki arsitektur yang indah, masjid ini dirancang dengan berbagai teknologi mutakhir.

Ketika cuaca dingin, maka sistem pemanas yang ada di lantai masjid akan dinyalakan. Untuk menambah keindahan masjid, terdapat juga beberapa lampu laser yang menghias masjid saat malam tiba.

Terdapat bagian atap yang bisa dibuka secara otomatis. Karena berbatasan langsung dengan samudra, dan masjid sendiri cenderung menjorok ke arah lautan, beberapa bagian dari masjid juga memakai kaca tebal sebagai lantainya, agar jemaah bisa melihat Samudra Atlantik di bawah kaki mereka. Untuk menghias masjid, dibutuhkan 6000 seniman Maroko yang bekerja untuk membuat ukiran tangan di keramik dan dinding masjid.

Ketika adzan maghrib berkumandang dan hari mulai gelap, terdapat sebuah lampu laser yang akan diarahkan ke samudra. Saat cuacanya cerah, banyak yang mengatakan jika cahaya dari Masjid Hassan II bisa sampai ke kota Mekkah.

Namun karena Mekkah sendiri adalah kota yang tidak pernah tidur, malam hari di kota Mekkah akan terasa seperti siang hari dengan gemerlap lampu berintensitas tinggi, sehingga sulit untuk membuktikan teori tersebut.

Masjid Badshahi

Dibagun pada masa Aurangzeb, lebih tepatnya dari 1671 hingga rampung pada tahun 1673, masjid ini menjadi salah satu peninggalan Kerajaan Mughal yang sangat terkenal. Kini Masjid Badshahi, yang dapat diartikan sebagai Masjid Kaisar, telah menjadi maskot dan tujuan wisata utama untuk kota Lahore, Pakistan. Masjid ini telah memegang gelar sebagai masjid terbesar di dunia selama 313 tahun lamanya.

Letak masjid ini sendiri tidak terlalu jauh dari pusat kota Lahore. Dengan posisi masjid yang dibangun cukup tinggi, kemegahan yang dimiliki bahkan bisa dinikmati dari jarak yang cukup jauh. Tempo hari masjid ini dibangun lebih tinggi untuk menghindari luapan air dari Sungai Ravi, yang letaknya cukup dekat dengan masjid.

Tidak hanya kemegahannya, Masjid Badshahi adalah sebuah mahakarya dengan struktur yang cukup rumit. Selain arsitekturnya yang mengagumkan, masjid ini memiliki sebuah lorong yang akan bergema dengan suara yang unik. Masjid ini juga memiliki sistem untuk menyebarkan suara dari satu tempat ke seluruh masjid.

Sebagai masjid tua, Masjid Badshahi memiliki sejarah yang sangat panjang. Setelah kejatuhan Mughal, pada masa Maharaja Ranjeet Singh, kamar-kamar di sekitar batas luar masjid digunakan oleh tentaranya.

Setelah gempa besar melanda Lahore, bagian atas dari menara-menara masjid turut menjadi korban guncangan gempa. Era Sikh telah banyak merusak keindahan dari Masjid Badshahi.

Pasca dijadikan garnisun militer oleh Inggris, mereka memutuskan untuk membentuk Otoritas Masjid Badshahi agar renovasi masjid terlaksanan. Dengan pengawasan arsitek Nawab Zen Yar Jang Bahadur, renovasi besar dilakukan untuk masjid ini pada tahun 1939 hingga tahun 1960. Renovasi besar itu tercatat menghabiskan dana sebanyak 4,8 juta Rupee.

Masjid Faisal

Terletak di kaki perbukitan Margalla, Masjid Faisal menawarkan perpaduan antara arsitektur kontemporer dan suasana asri yang mengelilinginya. Sesuai dengan namanya, Raja Faisal dari Arab Saudi telah mendanai pembangunan masjid yang memakan biaya hingga 120 juta USD ini.

Masjid ini terinspirasi dari bentuk tenda Suku Badui. Masjid ini juga memiliki empat menara setinggi 79 meter yang berada di empat sudut pekarangan masjid. Keempat menara ini menjadi ciri khas dari arsitektur tradisional Turki.

Sekalipun bentuknya mirip dengan tenda Suku Badui, namun Vedat Dalokay, arsitek Turki yang memenangkan sayembara internasional untuk rancangan Masjid Faisal, mengaku jika struktur masjid mewakilkan Ka’bah dalam bentuk yang imajinatif.

Sekalipun didukung oleh Arab Saudi dan Turki, namun pembangunan masjid ini menjadi tanggung jawab penuh Pakistan. Dipimpin oleh Azim Khan, pembangunan Masjid Faisal dimulai pada tahun 1976, 10 tahun sejak Raja Faisal mendukung penuh inisiatif Pakistan untuk membangun masjid nasional saat kunjungannya ke Islamabad. Jalan menuju masjid juga dinamai dengan nama Faisal Avenue dan Shah Faisal Avenue.

Raja Khalid, sebagai penerus Raja Faisal, meletakkan batu pertama untuk masjid ini. Beliau juga menandatangani perjanjian pembangunan pada tahun 1978. Meskipun pembangunan selesai pada tahun 1986, namun pelaksanaan sholat di masjid ini baru berlangsung tahun 1988.

Masjid Agung Kampala

Masjid ini adalah kado dari Muammar Khadafi untuk muslim Uganda. Masjid ini sendiri dibangun di atas bukit Kampala Tua, sehingga membuat masjid ini terlihat mencolok. Dengan nama lamanya sebagai Masjid Nasional Khadafi, masjid ini sebenarnya sudah lama sekali direncanakan, yaitu sekitar tahun 1970-an.

Bahkan tempo hari, presiden Uganda pada saat itu, Idi Amin, berhasil mengundang Raja Faisal untuk meletakan batu pertama dari Masjid Agung Kampala pada tahun 1974. Namun karena masalah pendanaan dan berbagai konflik internal di Uganda, pembangunan masjid haruslah tertunda.

Setelah Idi Amin berhasil dilengserkan, Muammar Khadafi bersedia untuk mendanai seluruh pembangunan masjid. Bahkan pihak Libya menjanjikan 10 tahun biaya perawatan sejak masjid tersebut diresmikan pada tanggal 28 Maret 2008.

Tidak hanya menjadi tempat sholat, masjid ini memiliki pusat kesehatan, pusat pendidikan, perpustakaan, ruang konferensi, dan tempat tinggal untuk beberapa Mufti. Arsitekturnya yang mewah berhasil memperbaiki citra dari Kampala Tua yang dulunya menjadi kebanggaan nasional.

Namun saat pemerintahan Idi Amin, kawasan ini menjadi terbengkalai karena beliau mengusir warga Uganda keturunan Asia, yang memegang peran penting dalam pembangunan Kampala Tua. Sepeninggalnya Muammar Khadafi, masjid ini, yang sebelumnya menyandang nama beliau, berganti nama menjadi Masjid Agung Kampala.

Masjid Jamkaran

Sesuai namanya, masjid yang megah dan memiliki aksen rumit ini terletak di desa Jamkaran, sekitar enam kilometer di wilayah barat kota Qom. Dengan ciri khas Iran, yaitu arsitektur yang rumit, masjid ini diyakini telah menjadi saksi bisu dari pertemuan antara Syekh Hassan bin Muslim Jamkarani dengan Imam Mahdi dan Nabi Khidir pada tanggal 22 Februari 984 masehi. Beliau memerintahkan untuk mendirikan masjid ini pada Syekh Hassan.

Menurut Mirza Husain Nuri, seorang ahli hadits Syi’ah, masjid ini dibangun atas perintah Imam Mahdi sendiri. Diketahui jika tanah yang saat ini dipakai oleh Masjid Jamkaran tempo hari adalah sebuah kebun.

Masjid ini memiliki amalannya sendiri. Dianjurkan untuk melaksanakan tahiyatul masjid. Pada raka’at pertama, dengan niat taniyatul masjid, lalu membaca Al-fatihah satu kali. Kemudian membaca surat Al-Ikhlas sebanyak tujuh kali. Bacaan ruku’ dan sujud sendiri dilafalkan sebanyak tujuh kali.

Untuk rakaat kedua, dengan niat sholat untuk Imam Mahdi, lalu melafalkan ayat kelima dari surat Al-fatihah sebanyak seratus kali. Berlanjut membaca surat Al-Ikhlas satu kali. Bacaan ruku’dan sujud diulang sebanyak tujuh kali. Berlanjut untuk dzikir La Ilaha Illallah sekali, berlanjut membaca tasbih Az-Zahra dan sholawat sebanyak seratus kali dalam keadaan sujud.

Masjid Syekh Lotfollah

Meski tidak memiliki pekarangan dan menara, arsitektur masjid ini tetaplah menarik untuk disimak. Masjid ini terletak tepat di sisi timur Lapangan Naqsh-e Jahan, yang menjadi salah satu alun-alun terbesar di dunia.

Masjid ini dibangun di masa Shah Abbas, raja kelima dari Dinasti Safawi. Di bawah tanggung jawab seorang arsitek termasyhur pada masanya, Syekh Bahai, masjid ini membutuhkan waktu selama 16 tahun untuk pembangunan sejak tahun 1603.

Masjid ini sendiri mendapatkan namanya dari ayah mertua Shah Abbas, yang merupakan seorang ilmuwan Islam yang wafat pada tahun 1622. Masjid ini memiliki permainan warna yang dilakukan oleh 16 jendela yang terletak di bawah kubah.

Selain itu, tercatat jika masjid ini memiliki sebuah terowongan yang terhubung dengan Istana Ali Qapu, sehingga para perempuan di keluarga kerajaan tidak perlu melintasi lapangan dengan lebar 160 meter itu dan terlihat oleh masyarakat umum. Tempo hari pintu utama dan akses terowongan tersebut dijaga ketat oleh pengawal.

Dinding Masjid Syekh Lotfollah dipenuhi oleh ubin ukir dengan nuansa biru yang sengaja dipasang secara tidak simetris. Keramik bernuansa biru juga membingkai kubah. Sementara kubahnya sendiri berlapis keramik berwarna cream.

Permainan warna terbaik dapat disaksikan saat matahari mulai terbenam. Daerah kubah juga dihiasi oleh vas dan bulu-bulu merak. Terdapat lubang di langit-langit kubah yang bisa dilalui oleh sinar matahari. Sehingga dari pintu masuk, sinar matahari itu akan menyerupai burung merak.

Masjid Istiqlal

Dirancang oleh Friedrich Silaban, masjid terbesar di ASEAN ini juga telah menjadi contoh toleransi terbesar di ASEAN. Tidak hanya dirancang oleh arsitek yang tidak berasal dari golongan muslim, namun letak masjid juga bersebelahan dengan Katedral Jakarta.

Masjid ini diketahui memiliki sejarah yang panjang. Berawal dari ide sosok Wahid Hasyim, perdana menteri pertama Indonesia, serta Anwar Cokroaminoto, yang kelak akan memimpin komite pembangunan masjid pada tahun 1953.

Muhammad Hatta sempat mengusulkan agar masjid berlokasi di kawasan Thamrin. Namun akhirnya saran dari Soekarno yang terealisasi, yaitu masjid haruslah berdekatan dengan alun-alun yang dianggap paling penting untuk bangsa, yaitu dekat dengan Istana Merdeka dan Alun-alun Merdeka, atau yang lebih dikenal dengan kawasan Monas.

Soekarno juga menambahkan agar masjid dibangun dekat dengan Katedral Jakarta dan Gereja Immanuel. Untuk membangun akses menuju masjid, diketahui jika Gereja Pangeran Frederick terpaksa dihancurkan.

Dengan kapasitas sekitar 200.000 orang, Masjid Istiqlal tetaplah memiliki sirkulasi udara dan mekanisme pendingin udara yang baik. Dengan marmer putih dan langit-langit yang tinggi, bagian dalam masjid tetaplah terasa lebih sejuk dari udara Jakarta yang sangat panas.

Masjid Istiqlal sendiri merupakan masjid yang sangat simbolis. Kubah berdiameter 45 meter melambangkan tahun kemerdekaan Indonesia, yaitu 1945. Sementara 12 pilar yang berada di sekitar kubah melambangkan tanggal kelahiran Rasulullah SAW.

Sesungguhnya masih banyak kompleks masjid lain yang tidak kalah indah dan luas dari 12 masjid di atas. Bahkan beberapa masjid yang tidak disebutkan memiliki sejarah dan keunikannya yang khas.