Sejarah VOC
VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) atau Perserikatan Dagang Hindia Timur yang berdiri pada tahun 1602 adalah perusahaan dagang yang sukses dari Eropa di bawah Imperium Belanda. VOC merupakan gabungan dari enam perusahaan dagang kecil dan akhirnya berdirilah perusahaan dagang terpusat yang sangat sukses sepanjang sejarah dan menjadikan Belanda sebagai pusat perdagangan di Eropa bahkan dunia. Pada masa itu satu-satunya kompetitor berasal dari East India Compay (EIC) dari Inggris yang telah dulu berdiri namun dalam segi dukungan pemerintah, management dan keuangan masih jauh di bawah VOC.
VOC datang ke kepulauan Nusantara setahun kemudian dan berhasil mengusir bangsa Portugis dari kepulauan Banda dan mulai melakukan monopoli pala salah satu rempah yang berharga di dunia saat itu. Sebelumnya ekspedisi Belanda telah lebih dulu datang di bawah pimpinan Jacob Van Heck pada 1598 dan menemukan kawasan Nusantara yang kaya akan hasil bumi khususnya rempah. Penjelajahan tersebut membuka jalan untuk VOC ke Nusantara dan memonopoli perdagangan rempah di dunia.
Bangsa Portugis yang saat itu sudah lebih dulu datang ke Nusantara di paksa keluar sehingga VOC dengan mudah melakukan perdagangan rempah di kepulauan Banda saat itu. Hal ini membuat VOC terus mengusir orang Portugis yang telah lebih dulu datang dan bertujuan untuk mengambil perdagangan rempah. Dengan keistimewaan yang diberikan oleh Pemerintah Belanda yaitu Oktroi, VOC terus memperluas daerah kekuasaan untuk mencari rempah-rempah. Tidak hanya di Nusantara namun banyak negara Asia yang memiliki kekayaan berupa rempah yang pada masa itu dianggap setara berharganya dengan emas.
Pada tahun 1667, VOC berhasil menaklukkan pelabuhan terakhir di Makassar yang artinya semua pelabuhan telah dikuasai VOC yang menyebabkan perdagangan antara Eropa dan Asia harus melalui VOC. Tidak hanya rempah, perdagangan dengan komoditas lain seperti kain sutra dan porselen dari Tiongkok serta kain tenun dari India. Dari banyaknya perdagangan tersebut VOC mendapatkan keuntungan yang sangat besar bagi VOC pusat dan seluruh investornya.
Batavia Pusat Komando di Asia
Pada masa itu wilayah perdagangan VOC disebut Hindia yang berada di wilayah Timur Tanjung Harapan, Afrika bagian selatan sampai barat selat Magelhaens serta memiliki pos di Tanjung Harapan, Persia, Benggala, Ceylon (Srilanka), Malaka, Siam, Cina Daratan, Formosa, Selatan India dan Indonesia. Pada tahun1609 diputuskan bahwa harus ada komando pusat di kawasan Asia untuk dapat mengontrol kegiatan perdagangan di kawasan tersebut.
Terjadi perdebatan dimana akan berdirinya komando pusat sampai pada tahun 1619 dimana VOC merebut pelabuhan Jaccatra di Jawa dan mendirikan Batavia sebagai pusat perdagangan di kawasan Asia. Kota Batavia tumbuh dengan dikelilingi oleh benteng, gudang, bengkel kapal dan tempat para pekerja VOC tinggal. Benteng yang didirikan juga berfungsi sebagai rumah para Gubernur Jenderal sebagai pemimpin tinggi VOC di daerah jajahan tinggal.
Selain sebagai pusat komando untuk masalah keuangan, Batavia juga dijadikan tempat administrasi para pegawai VOC di seluruh Asia. Agar manajemen yang sudah dibuat dapat berjalan sebagai mana mestinya maka diangkatlah Gubernur Jenderal, VOC juga mengangkat dewan pemerintahan tinggi (Hoge Rogering) dan membuat pusat administrative untuk mengurus perdagangan secara rahasia.
Tugas dari Gubernur Jenderal adalah melaporkan perihal bisnis perdagangan yang dijalankan di wilayah Asia kepada Heeren Zeventien. Dimana pada tahun 1620 Gubernur Jenderal melaporkan bahwa kepulauan Banda, Maluku lebih baik di taklukkan dan menjadi daerah jajahan daripada hanya sekadar melakukan perdagangan dengan pribumi, hal inilah yang menjadi dasar penjajahan ke seluruh Nusantara pada akhirnya.
Selama kurun waktu 1635-1690, VOC membawa keuntungan besar dari perdagangan di wilayah Asia dan akhirnya dapat membuka hubungan perdagangan dengan Jepang yang saat itu susah dimasuki. Dari perdagangan serta kerja sama yang terjalin ini, VOC mendapatkan banyak perak yang dibutuhkan untuk bertransaksi di kawasan Asia untuk membeli rempah dan tekstil. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 1700-1784 monopoli yang dilakukan VOC terhadap rempah menurun karena banyak perusahaan dagang Eropa lainnya juga telah melakukan perdagangan dengan komoditi yang sama.
Hal ini menyebabkan persediaan keuangan menipis karena harus menutupi biaya perjalanan dari kawasan Asia belum lagi adanya wabah dan perang yang secara langsung memengaruhi kinerja dari perdagangan. Akhirnya VOC membutuhkan suntikan dana dari pihak ketiga dan pemerintah menjadi penjamin perusahaan tersebut. Hal ini membuat direksi dari VOC berubah dan banyak orang pemerintah Belanda yang akhirnya menjabat sebagai direksi. Hal ini yang membuat kebijakan berubah dan pada akhirnya membuat VOC diambil alih pemerintah Belanda serta Hak istimewa Oktroi di cabut pada 1 Januari 1800. Secara perusahaan dagang VOC telah tutup dan digantikan dengan pemerintah Belanda dengan kebijakan dan pegawai yang berbeda dari sebelumnya.
Fakta Tentang VOC
Hak Istimewa – Oktroi
Hak Oktroi adalah hak istimewa yang diberikan oleh pemerintah Belanda kepada VOC. Isi dari hak istimewa OKtroi tersebut adalah hak monopoli untuk berdagang dikawasan Hindia Timur, memiliki armada perang sendiri, dapat mendeklarasikan perang dan perdamaian, menduduki wilayah asing di luar Belanda, memiliki pemerintahan tersendiri untuk mengatur wilayah jajahan, mengeluarkan mata uang sendiri untuk transaksi keuangan serta memungut pajak dari penduduk.
Dengan di sahkannya hak tersebut membuat VOC dengan leluasa terus memperlebar daerah kekuasaan dan perdagangan untuk mengambil keuntungan. Di samping itu dengan memiliki armada perang sendiri VOC dapat menaklukkan wilayah wilayah Asia yang merupakan wilayah penting dan juga penghasil komoditas banyak perdagangan dunia.
Kekayaan dan Kejayaan
Bangsa Eropa memiliki semboyan untuk menjelajah dengan berpegang pada misi atau tujuan yang disebut Gold, Glory dan Gospel. Namun VOC hanya fokus pada gold dan glory saja. Jika dilihat dari sejarahnya memang VOC tidak menyebarkan misi agama kepada penduduk pribumi secara serius, mereka hanya fokus pada eksploitasi sumber daya dan perdagangan untuk mengambil keuntungan.
Hal inilah yang membuat kepercayaan yang ada lebih dulu di Nusantara masih ada bahkan sampai saat ini. Mereka hanya meneruskan apa yang bangsa Portugis sebelumnya bawa tanpa menyebarluaskan untuk mencari pengikut baru. Pendeta protestan pun diawasi dan dibatasi untuk melakukan kegiatan keagamaan kepada komunitas Eropa atau yang telah lebih dulu memeluk Kristen pada saat bangsa Portugis berada wilayah tersebut.
Perdagangan Budak
VOC telah lama melakukan perdagangan komoditi seperti rempah dan tekstil dan mendapatkan keuntungan besar. Namun, seiring dengan berjalannya waktu banyak bermunculan perusahaan dagang lain dan mulai melakukan perdagangan serupa. Hal tersebut membuat VOC mengalami penurunan pendapatan dan harus mencari cara agar tetap bertahan.
VOC yang tidak hilang akal kembali melakukan perdagangan, kali ini komoditasnya adalah budak dari Hindia Belanda. Di Eropa, kelas sosial sendiri dapat terlihat dari banyaknya budak yang melayani sang majikan, hal ini yang membuat VOC mengambil kesempatan dan membawa banyak budak untuk diperjualbelikan dikawasan Eropa. Perdagangan tersebut kembali sukses dan VOC kembali mendapatkan tempatnya sebagai perusahaan dagang sukses di Eropa.
Pekerja yang Ingin Kembali ke Belanda
Pada masa itu, para pekerja yang dikirim bertugas ke Hindia Belanda khususnya Nusantara tidak ada yang tinggal menetap. Setelah masa kerja selama beberapa tahun dilalui mereka akan langsung pulang ke negara Belanda dan kemudian diganti dengan pekerja lainnya. Hal ini disebabkan karena selain keluarga yang mereka tinggalkan karena adanya larangan membawa wanita ketika bertugas.
Selain itu keadaan wilayah jajahan di Asia yang masih terbilang tertinggal karena tidak ada dokter dan fasilitas lainnya yang mendukung kehidupan seperti di negara asal. Hal tersebutlah yang membuat banyak pegawai VOC tidak betah berlama lama di wilayah kekuasaan. Tentu saja kepulangan mereka akan selalu digantikan dengan petugas baru, namun karena tidak ada yang menetap dalam waktu yang lama kala itu orang pribumi masih menjadi mayoritas dibandingkan bangsa Eropa.
Pekerja dari Negara Lain
Pekerja VOC yang merupakan warga negara Belanda asli tidaklah banyak, mereka juga berasal dari negara Eropa lain seperti Jerman, Perancis dan Inggris. Perkiraan pegawai dari bangsa selain Belanda adalah setengah dari pegawai VOC itu sendiri. Pegawai bangsa lain tersebut terdiri dari Jerman, Swiss, Inggris, Skotlandia, Wallon dan Denmark. Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai tenaga ahli seperti ahli bedah, ahli pertambangan atau insinyur ketika bergabung bersama VOC.
Sementara pekerja asli Belanda biasanya adalah seorang yang kurang diperhitungkan atau gagal di Belanda. Maka dari itu mereka sanggup melakukan perjalanan jauh dan juga melakukan hal-hal yang kejam di kawasan jajahannya. Sementara golongan cendekiawan atau terpelajar dan memiliki kehidupan yang cukup di negaranya biasanya tidak mau untuk melakukan ekspedisi ini kecuali dalam keadaan yang memaksa atau bahkan dipaksa melakukan perjalanan karena diperjalanan tidak banyak pegawai yang bisa bertahan sampai ditujuan.
Bursa Saham
Salah satu yang mendirikan bursa saham pertama di dunia setelah Venicia. Hal ini karena awal dari perjalanan eksplorasi ini membutuhkan modal yang tidak sedikit hal ini membuat VOC mengeluarkan surat saham sebagai investasi untuk mendapatkan modal yang diperlukan. Semakin suksesnya VOC maka diperlukannya sebuah wadah untuk menangani masalah keuangan tersebut.
Bursa saham ini kemudian dibawa oleh Belanda ke Batavia dan melakukan beberapa transaksi saham dimulai pada tahun 1880 namun tanpa adanya pencatatan terperinci. Hal ini menyebabkan keuangan VOC terperosok belum lagi perang dunia yang berdampak pada VOC. Kemudian pada 14 Desember 1912 dibukalah bursa saham secara resmi oleh Belanda untuk menangani hal serupa namun kembali ditutup karena adanya perang dunia dan kembali dibuka secara resmi pada 1925. Walaupun sempat berhenti namun bursa saham tersebut bertahan sampai sekarang dengan nama Bursa Efek Indonesia.
Heeren Zeventien
Heeren Zeventien adalah para pemimpin bisnis perdagangan kompeni Belanda yang merupakan awal mula berdirinya VOC. Dimana perusahaan dagang tersebut berasal dari Amsterdam (8 orang), Zeeland (4 orang), Enkhuizen (1 orang), Delft (1 orang), Rotterdam (1 orang) dan Hoorn (1 orang) serta 1 orang lagi dari kesepakatan yang disetujui bersama dan berjumlah 17 orang.
Surat menyurat dan dokumen penting yang sangat rahasia disimpan dalam lemari dengan kunci yang dipegang oleh masing-masing pemimpin, sehingga tidak bisa dilihat sembarang orang. Tugas Heeren Zeventien adalah mengatur hampir semua lini perdagangan seperti urusan modal, saham, pemilik lahan, bahkan pegawai pemerintahan. Secara manajemen mereka sangat baik dan berhasil membawa VOC menjadi perusahaan besar di Eropa pada masa itu. Namun seiring berjalannya waktu terdapat kelalaian yang menyebabkan masalah pada 1 direksi namun memberikan effect pada VOC secara keseluruhan.
Bertahan selama dua abad, VOC mampu menjadi perusahaan dagang yang sangat besar dan membuat Belanda mendapatkan kedudukan yang tinggi diperdagangan Eropa. Walaupun banyak memiliki wilayah jajahan namun sebagian besar komiditi perdagangannya berasal dari Nusantara. Hal inilah yang membuat VOC mendirikan pemerintahan sendiri di Indonesia dan berpusat di Batavia yang kini berubah menjadi Jakarta.
Jika dihitung kekayaan dari VOC pada masa itu maka perusahaan besar saat ini bahkan tidak sebanding dengan mereka. Namun begitu salah satu penyebab runtuhnya VOC adalah adanya korupsi yang menggerogoti perusahaan tersebut dari dalam. Selain korupsi, wabah dan serangan dari Perancis saat itu membuat perdagangan menurun dan membuat kerugian yang tidak terelakkan bagi VOC. Maka pada 1800 diberhentikannya perusahaan tersebut, sementara wilayah jajahan diberikan kepada pemerintah Belanda. Seluruh manajemen, direksi dan kebijakan pun berubah secara keseluruhan karena tidak lagi ada campur tangan direksi VOC untuk memerintah wilayah jajahan.