Banyak dari kita yang mungkin seringkali mendengar istilah Vegan atau Veganisme. Atau bahkan beberapa orang disekitar kita justru menganut veganisme itu sendiri. Namun sebenarnya apa sih veganisme itu? Untuk mengetahui makna beserta penjelasan mengenai vegan lebih lanjut, kamu bisa terus membaca artikel ini sampai tuntas ya!
Sejarah Veganisme
Mengulik sejarah tentang veganisme yang begitu panjang, tentu sangat menarik untuk dibahas. Terlebih terpilhnya Dr. drs. Susianto asal Indonesia, sebagai President World Vegan Organisation (WVO) yang pertama. Hal tersebut merupakan sebuah prestasi yang sangat membanggakan bagi bangsa Indonesia, sekaligus pengakuan dari dunia atas kiprah dan perkembangan vegan yang begitu pesat di Indonesia.
Dalam perkembangannya pun, hari Vegan Sedunia diperingati setiap 1 November untuk menandai berdirinya vegan dan bulan November dianggap sebagai Bulan Vegan Dunia.
Pertemuan Komunitas Vegan yang pertama dilakukan pada awal November 1940an di Attic Club, 144 High Holborn, London. Mereka yang hadir adalah Donald Watson, Elsie B. Shrigley, Fay K. Henderson, Alfred Hy Haffenden, Paul Spencer dan Bernard Drake.
Pada 1947, Watson menulis: “VEGAN menolak MITOS bahwa kehidupan manusia bergantung pada eksploitasi makhluk-makhluk hidup yang perasaannya sama dengan perasaan kita.” Dari 1948, halaman depan Buletin Vegan berbunyi: “Menganjurkan hidup tanpa eksploitasi”, dan pada 1951 Lembaga tersebut menerbitkan definisi veganisme sebagai “doktrin bahwa manusia harus hidup tanpa mengeksploitasi hewan”.
Pada 1960-an dan 1970-an, gerakan makanan vegan muncul sebagai bagian dari tandingan budaya di Amerika Serikat yang berfokus pada kekhawatiran tentang diet, lingkungan, dan ketidakpercayaan terhadap produsen makanan, yang mengarah pada meningkatnya minat dalam berkebun organik.
Pada dekade berikutnya, muncul penelitian oleh sekelompok ilmuwan dan dokter di Amerika Serikat, termasuk dokter Dean Ornish, Caldwell Esselstyn, Neal D. Barnard, John A. McDougall, Michael Greger, dan ahli biokimia T. Colin Campbell, yang berpendapat bahwa diet berdasarkan pada lemak hewani dan protein hewani, seperti diet pola Barat, merugikan kesehatan.
Mereka menghasilkan serangkaian buku yang merekomendasikan diet vegan atau vegetarian, termasuk McDougall’s The McDougall Plan (1983), Diet John Robbins untuk Amerika Baru (1987), yang mengaitkan makan daging dengan kerusakan lingkungan, dan Program Dr. Dean Ornish untuk Reversing Heart Penyakit (1990).
Sejak saat itu, pola makan vegan menjadi semakin populer dan umum dikenal, terutama pada tahun 2010-an. Parlemen Eropa mendefinisikan arti vegan untuk label makanan pada 2010, yang berlaku pada 2015.
Di beberapa bagian Asia, beberapa Organisasi Vegan juga muncul pada awal 2010. Indonesia Vegetarian Society (IVS) dan Vegan Society of Indonesia (VSI) didirikan pada 1998. Munculnya VSI diikuti oleh beberapa organisasi serupa di negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dalam perkembangan selanjutnya memiliki dampak besar pada veganisme di Asia dan bahkan dunia.
Pada akhir 2017, para pimpinan organisasi dan komunitas vegan dari berbagai negara, berkumpul di Taiwan, untuk saling bertukar pengalaman dan informasi terkini mengenai perkembangan vegan dunia serta membahas berbagai issue terbaru.
Pertemuan tersebut lah yang menghasilkan kesepakatan untuk membentuk satu wadah tunggal bagi organisasi dan komunitas vegan dari seluruh dunia, yang diberi nama World Vegan Organisation (WVO), dan secara resmi diperkenalkan ke public pada tanggal 1 Januari 2018, hingga kemudian tanggal tersebut diperingati sebagai tanggal berdirinya WVO.
Pengertian Veganisme
Berbeda dengan vegetarian, veganisme adalah sebuah gaya hidup yang menarapkan serta memperaktikan gerakan hidup bebas dari eksploitasi hewan. Dalam praktiknya para penganut veganisme sangat peduli dan menghindari segala kegiatan yang berkaitan dengan eksploitasi hewan, baik itu penolakan untuk mengonsumsi hewan sebagai makanan, pakaian, serta penolakan uji coba pada hewan.
Orang-orang yang mempraktikan gaya hidup veganisme inilah yang disebut dengan Vegan. Para vegan biasanya sangat percaya bahwa semua hewan berhak atas kehidupan dan kebebsan. Istilah “vegan” sendiri diciptakan pada tahun 1944 oleh sekelompok kecil vegetarian yang memisahkan diri dari Perkumpulan Vegetarian Leicester di Inggris untuk membentuk sebuah kelompok dengan gaya hidup Veganisme.
Selain menghindari daging seperti yang dilakukan vegetarian, kaum Vegan juga memilih untuk tidak mengonsumsi susu, telur, atau produk hewani lainnya, Istilah “vegan” dipilih dengan menggabungkan huruf pertama dan terakhir dari “vegetarian”.
Alasan Menjadi Vegan
Banyak alasan yang dapat membuat seseorang menjadi penganut veganisme, seperti masalah moral, kesehatan, lingkungan dan beberapa alasan lain, berikut beberapa penjelasannya:
Moral
Bagi sebagian orang yang memilih menjadi seorang vegan karena alasan moral, biasanya mereka sangat percaya bahwa semua makhluk memiliki hak untuk hidup dan kebebasan, termasuk juga hewan.
Oleh karena itu, mereka menentang untuk mengakhiri hidup berbagai jenis hewan hanya untuk dikonsumsi dagingnya, meminum susunya, atau memakai kulitnya. Apalagi jika terdapat bahan alternatif lain yang tersedia untuk menggantikan posisi hewan. Seperti misalnya sayur-sayuran untuk dijadikan olahan makanan, dan lain-lain.
Seorang vegan yang memiliki nilai moral tinggi juga menentang tekanan psikologis dan fisik yang mungkin dialami hewan, yang mana sering disebakan oleh praktik pertanian modern. Misalnya, mereka menyesalkan dan menyayangkan penggunaan kandang yang kecil atau tidak layak yang sering dijadikan sebagai tempat hidup beberapa hewan ternak. Mereka menganggap hal itu melanggar kebebasan hewan dan membuat beberapa psikologis hewan terganggu.
Dalam upaya penentangan hal tersebut, biasanya mereka menunjukkan penentangan mereka dengan cara memprotes, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan memilih produk yang tidak melibatkan hewan.
Kesehatan
Beberapa orang memilih menjadi seorang veganisme juga dikarenakan berbagai potensi kesehatan. Misalnya, orang yang hanya mengonsumsi makanan nabati, dapat mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, kanker, dan kematian dini.
Bahkan, menurunkan asupan yang berasal dari produk hewani juga dapat mengurangi risiko penyakit Alzheimer atau kematian yang diakibatkan kanker atau penyakit jantung .
Beberapa
penelitian juga menemukan hubungan antara diet ala vegan dengan penurunan berat badan. Penelitian ini menujukan orang yang melakukan diet vegan memiliki berat badan yang lebih rendah dari indeks massa tubuh (BMI). Sehingga metode diet ini cocok digunakan untuk membantu penurunan berat badan.
Lingkungan Hidup
Sebagian lain juga memilih untuk menghindari produk hewani karena dampak lingkungan dari peternakan. Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2010 menyatakan bahwa mengonsumsi produk-produk hewani umumnya membutuhkan lebih banyak sumber daya, yang mana dapat menyebabkan emisi gas (sisa hasil pembakaran) yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan sumber daya yang dibutuhkan dalam penyedian produk-produk nabati.
Misalnya saja, peternakan biasanya menyumbang sekitar 65% emisi nitrous oksida global, 35–40% emisi metana, dan 9% emisi karbon dioksida. Yang mana tiga jenis kimia ini sering dianggap sebagai tiga gas yang menjadi sumber utama efek rumah kaca yang terlibat dalam perubahan iklim.
Selain itu, peternakan cenderung lebih boros dalam penggunaan air. Misalnya, sekitar 1.700–19.550 liter air dibutuhkan untuk menghasilkan 1 pon (0,5 kg) daging sapi. Itu berarti makanan hewani membutuhkan 43 kali lebih banyak air daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan biji-bijian dan sereal.
Makanan Yang Dihindari Vegan
Dalam mengonsumsi makanan, seorang vegan biasanya memiliki prinsip yang sama dengan seorang vegetarian, yakni menghindari seluruh makanan yang berasal dari hewan. Misalnya saja seperti :
- Daging
- Ayam
- Ikan
- Kerang
- Telur
- Produk susu hewani
- Madu
Selain itu, seorang vegan juga menghindari bahan-bahan atau senyawa yang berasal dari hewani, seperti albumin, kasein, carmine, gelatin, pepsin, lak, isinglass, dan whey. Yang mana bahan-bahan tersebut biasanya terdapat dalam olahan bir atau anggur, marshmallow, sereal sarapan, permen bergetah, dan permen karet.
Makanan Yang Dikonsumsi Vegan
Meskipun seorang vegan menghindari segala jenis produk hewani, mereka tentunya mencari alternative lain yang berasal dari nabati, untuk memenuhi kebutuhan gizi harian mereka. Karena meskipun mereka kerap menghindari produk hewani, hal itu tidak membuat mereka lantas hanya mengonsumsi sayuran saja. Karena faktanya terdapat banyak hidangan umum yang bisa dikonsumsi oleh vegan, terlebih pada jaman modern seperti saat ini. Misalnya :
- Burito kacang
- Burger vegetarian
- Pizza tomat
- Smoothie
- Nacho dengan salsa dan guacamole
- Hummus
- Falafel, dan banyak makanan lain.
Para vegan juga biasanya mendapatkan nutrisi pengganti yang dihasilkan daging dengan makanan berikut ini:
- Kacang polong
- Kacang-kacangan
- Tahu
- Tempe
- Biji-bijian
Untuk mendapatkan nutrisi yang setara dengan susu, para vegan juga menggantinya dengan susu nabati, seperti
susu almond atau susu kedelai. Sedangkan untuk menggantikan madu, mereka biasanya mengonsumsi molase atau sirup maple.
Jadi itulah beberapa informasi mengenai veganisme. Jika kamu penasaran dan tertarik dengan pola hidup ala veganiseme, mungkin kamu bisa mencoba menerapkan pola hidup ini dimulai dengan merubah pola makan, namun kamu juga harus memastikan bahwa nutrisi dan gizi harian mu selalu tercukupi.
Dan meskipun tidak menjadi seorang vegan, ada baiknya juga kita tetap melestarika hewan dan membatasi penggunaanya pada pembuatan pakaian, tas, maupun perhiasan. Terutama yang menggunakan bahan dasar kulit hewan langka atau hewan yang dilindungi.