Negara Indonesia telah merdeka pada 17 Agustus 1945, memiliki beberapa periode pemerintahan yang berbeda. Salah satu instansi yang penting dalam pergerakan pemerintahan adalah Kementerian Agama. Kementerian Agama berfungsi untuk membantu menyelenggarakan pemerintahan dalam bidang agama di Indonesia. Menteri Agama adalah pemimpin dari Instansi besar tersebut. Dibawah ini adalah daftar Menteri Agama dari Indonesia berdiri hingga saat ini:
H.M Rasjidi
H. M Rasjidi adalah Menteri Agama pertama yang diangkat oleh Presiden Soekarno. Lahir pada 20 Mei 1915 di Kotagede, Yogyakarta memiliki nama kecil Saridi. Beliau merupakan salah satu sosok yang ikut berjasa dalam lahirnya bangsa Indonesia. Sebelum menjabat H.M Rasjidi juga pernah ditunjutuk sebagai pemimpin Kementerian Negara selama dua bulan sebelum menjabat sebagai Menteri Agama. Menjabat sebagai menteri pada dua masa Kabinet yaitu pada Kabinet Sjahrir I (14 November 1945-2 Maret 1946) dan Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946-2 Oktober 1946). Kecintaannya kepada dunia pendidikan terus berlanjut, dimana pada 20 April 1968 Beliau diangkat sebagai Guru Besar di Fakultas Hukum Universitas Indonesia di bidang Hukum Islam dan Lembaga-lembaga Islam.
Prof.K.H.R Fathurrahman Kafrawi
Beliau adalah sosok yang menginspirasi, lahir pada 10 Desember 1901 di Tuban, Jawa Timur, mampu menguasai bahasa asing seperti Arab, Belanda, Inggris, Latin dan Prancis. Berlatar pendidikan yang mumpuni dan berwawasan luas, Beliau menjabat sebagai Menteri Agama pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946-3 Juli 1947). Beliau adalah salah satu sosok yang juga ikut mendirikan Sekolah Tinggi Islam yang saat ini telah berganti nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII) di Yogyakarta dan UIN Syarif Hidayatullah di Jakarta.
K.H Masjkur
K.H Masjkur menjabat sebagai Menteri Agama dalam beberapa masa Kabinet, Kabinet Amir Syarifuddin II (11 November 1947-29 Januari 1948), Kabinet Hatta I (29 Januari 1948-4 Agustus 1948), Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949-20 Desember 1949), Kabinet Susanto (20 Desember 1949-6 September 1960) dan Kabinet Ali Sastroamidjojo I (30 Juli 1953-12 Agustus 1955) Sebelum menjabat, Beliau diangkat sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan termasuk anggota sidang perencanaan Undang-Undang Dasar. Selama menjabat Menteri Agaman Beliau mengambil kebijakan penting dalam bidang pendidikan, bidang haji dan bidang perkawinan. Setelah tidak lagi menjabat, beliau mengemban tugas sebagai Ketua Yayasan Universitas Islam Malang (UNISMA) dan Dewan Kurator Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) sampai akhir hayatnya.
KH. Wahid Hasyim
KH. Wahid Hasyim menjabat sebagai Menteri Agama juga dalam beberapa periode Kabinet yaitu RIS (20 Desember 1949-6 September 1950), Kabinet Natsir (6 September 1950-27 April 1951) dan Kabinet Sukiman Suwirjo (27 April 1951-3 April 1951). Pada masa kabinet pertama yang didirikan Soekarno, Beliau diangkat sebagai Menteri Negara kemudian empat tahun kemudian baru diangkat menjadi Menteri Agama sampai akhir hayat. Beliau adalah salah satu pejuang kemerdekaan Indonesia yang telah melahirkan pemikiran-pemikiran tentang ke-Islaman dan ke-Indonesiaan yang sampai saat ini terus dilestarikan.
KH. Faqih Usman
Beliau dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Agama pada Kabinet Halim Perdana Kusumah (21 Januari 1950- 6 September 1950) serta pada Kabinet Wilopo (3 April 1952-30 Juli 1953). KH. Faqih Usman adalah sosok yang tidak hanya piawai dalam agama dan negara namun juga seorang pengusaha yang sukses. Kiprahnya di dunia politik dan sebagai aktivis Islam sangat dikenang oleh Organisasi Muhammadiyah yang kemudian mengangkat Beliau menjadi Wakil Ketua. Beberapa waktu sebelum wafat, Beliau diangkat menjadi Ketua Umum Muhammadiyah pada tahun 1968.
KH. Muhammad Ilyas
Beliau menjadi anggota legislatif selama 5 tahun sebelum diangkat menjadi Menteri Agama. KH. Muhammad Ilyas adalah Menteri Agama yang menjabat pada Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955-19 Januari 1056), Kabinet Ali Sastroamidjojo II (24 Maret 1956-9 Aprril 1957) dan Kabinet Karya (9 April 1957-10 Juli 1959). Setelah masa jabat sebagai Menteri Agama, beliau bertugas sebagai kedubes RI dan juga memimpin Indonesia di KTT, dari gagasan KTT ini lahirlah Organisasi Konferensi Islam (OKI).
KH M. Wahib Wahab
Sebelum menjabat sebagai Menteri Agama, beliau juga pernah diangkat sebagai Menteri Negara Urusan Kerja Sama Sipil-Militer karena dianggap cakap saat ditunjuk sebagai pemimpin sosialisasi Badan Kerja Sama (BKS). Kemudian, KH M Wahib Wahab diangkat sebagai Menteri Agama pada Kabinet Kerja I (10 Juli 1959-18 Februari 1960) dan Kabinet Kerja II (18 Februari 1960-6 Maret 1962). Beliau adalah sosok yang dikagumi pada masa itu namun pada masa kepemimpinannya beliau tersangkut kasus korupsi dan harus hidup dipenjara selama beberapa waktu.
KH. Saifuddin Zuhri
Sebelum menjabat Menteri Agama, KH. Saifuddin Zuhri dikenal sebagai wartawan, politisi dan juga pejuang yang handal. Hal ini yang membuat Beliau diangkat sebagai Menteri Agama pada beberapa masa Kabinet yaitu Kabinet Kerja III (6 Maret 1963-13 November 1963), Kabinet Kerja IV (13 November 1963-27 Agustus 1964), Kabinet Dwikora I (27 Agstus 1964-28 Maret 1966), Kabinet Dwikora II (28 Maret 1966-25 Juli 1966), Ampera I (25 Juli 1966-11 Oktober 1967) dan Ampera II (11 Oktober 1967-6 Juni 1968). Pada masa kepemimpinannya, Beliau dapat mengatasi masalah yang sebelumnya ditimbulkan oleh Menteri Agama terdahulu serta memajukan pendidikan agama Islam dengan membanguna perguruan tinggi islam di berbagai daerah. Beliau juga sudah banyak menciptakan karya berupa buku sampau menjelang akhir hayatnya.
KH. Moh. Dahlan
Diberikan amanat untuk menjabat sebagai Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan I (6 Juni 1971-28 Maret 1973), Beliau salah satu orang yang berjasa dalam mempelopori musyawarah antar umat beragama agat tidak terjadi propaganda sehingga diajukan agar lebih memperdalam pemahaman agama masing-masing. Setelah masa jabatnya sebagai Menteri Agama beliau menjadi salah satu anggota Dewan Pertimbangan Agung sampai akhir hayatnya.
Prof. Dr. H Abdul Mukti Ali
Beliau adalah Menteri Agama yang menjabat pada masa Kabinet Pembangunan I (6 September 1971-28 Maret 1973) dan Kabinet Pembangunan II ( 28 Maret 1973-29 Maret 1978). Memiliki latar pendidikan yang tinggi, beliau adalah seorang dosen Ilmu Perbandingan Agama di IAIN Jakarta sebelum menjabat Menteri. Beliau juga dikenal sebagai “Bapak Kerukunan Umat Beragama”, hal ini dikarenakan beliau adalah cendekiawan yang mempopulerkan istilah “sepakat dalam perbedaan” dimana masa itu tengah terjadi konflik antar umat Islam dan Kristen
H. Alamsyah Ratu Perwiranegara
Beliau adalah Menteri Agama yang di angkat oleh Presiden Soeharto dari kalangan militer. Memiliki latar belakang karir yang sangat mengesankan dipemerintahan, beliau pernah menjabat sebagai Koordinator Staff Pribadi Presiden, Ketua Presidium Kabinet Ampera, Sekretaris Negara RI, Duta Besar Indonesia untuk Belanda dan menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung. Menjabat pada masa Kabinet Pembanbangunan III (29 Maret 1978-19 Maret 1983). Salah satu kontribusi yang masih bisa dirasakan adalah disaat beliau mengusulkan untuk menayangkan Azan pada jam siaran TV kepada Menteri Penerangan saat itu.
H. Munawir Sjadzali, MA
Beliau diangkat sebagai Duta Besar di Uni Emirat Arab, Bahrain dan Qatar pada tahun 1976-1980 kemudian kembali ke Jakarta dan menduduki jabatan Direktur Jenderal Politik Departmen Luar Negeri. Menjabat sebagai Menteri Agama pada Kabinet Pembangunan IV (19 Maret 1978-21 Maret 1988) dan Pembangunan V (21 Maret 1988-17 Maret 1993). Beliau salah satu orang yang menolak berdirinya negara Islam di Indonesia karena menyadari keragaman agama yang menjadikan Indonesia satu. Beliau pensiun dalam kepemerintahan setelah menjabat sebagai Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia dan anggota Dewan Pertimbangan Agungn (1993-1998).
Dr. Tarmizi Taher
Dr. Tarmizi Taher adalah seorang perwira AL berpangkat Laksamana Muda, beliau diangkat oleh Presiden Soeharto pada masa Kabinet Pembangunan VI (17 Maret 1993-14 Maret 1998). Sebelumnya beliau adalah seorang Sekretaris Jenderal Departemen Agama selama sepuluh tahun sebelum akhirnya diangkat menjadi Menteri. Dalam masa jabatannya beliau melakukan negosiasi kepada Saudi Arabia untuk menambah kuota haji dari Indonesia karena melihat semakin banyak calon jemaah haji Indonesia. Beliau bertugas sebagai Duta Besar di Norwegian merangkap Islandia, Ketua Umum Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia serta rektor di Universitas Al Azhar, Jakarta.
Prof. Dr. AG. H. Quraish Shihab
Seorang Cendekiawan muslim, pernah menjabat sebagai Rektor IAIN Syarif Hidayatullah kemudian diangkat oleh Presiden Soeharto pada masa Kabinet Pembangunan VII (14 Maret 1998-21 Mei 1998). Masa jabataannya tidak lama karena Presiden Soeharto yang diturunkan. Beliau juga pernah menjabat sebagai Duta Besar Luas Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di negara Republik Arab Mesir. Kecintaannya terhadap dunia pendidikan dan Al Qur’an dapat dilihat dari karya buku yang ditulisnya serta magnum opus, Tafsir Al-Misbah.
Prof. A. Malik Fajar, M.Sc
Beliau pernah menjabat sebagai Direktorat Pendidikan Islam yang kemudian diangkat menjadi Menteri Agama di masa Kabinet Reformasi Pembangunan (23 Mei 1998-20 Oktober 1999). Masa jabatan beliau terbilang singkat dikarenakan masa jabatan Presiden Habibie yang juga singkat. Selama menjabat beliau menyoroti permasalahan manajemen penyelenggaraan haji, transparansi, visa dan lain sebagainya yang dinilai harus dibenahi agar aman, lancar dan sesuai dengan agama. Sebagai tokoh pendidikan, beliau tetap mengajar sampai akhir hayatnya setelah lepas dari posisi Menteri Agama.
Drs. KH. M Tolhah Hasan
Menteri Agama pada Kabinet Persatuan Nasional (23 Oktober 1999-23 Juli 2001) yang dipimpin oleh Abdurrachman Wahid sebagai Presiden Indonesia. Selama di pemerintahan beliau juga menjadi anggota Badan Pemerintahan Harian Pemerintah Daerah (BPH-PEMDA) dan juga anggota DPRD abupaten Malang. Selama menjabat sebagai Menteri Agama Beliau memobilisasi agar terbentuknya Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Badan Wakaf Indonesia (BWI). Beliau juga menjabat sebagai Ketua Badan Pelaksana BWI pada tahun 2007-2014.
Prof. Dr. Said Agil Husein Al Munawar, MA
Sebelum menjabat sebagai Menteri beliau telah aktif sebagai pengajar, kemudian diangkat menjadi Menteri dan menjabat pada Kabinet Gotong Royong (9 Agustus 2001-20 Oktober 2004). Beliau merupakan salah satu Pejabat yang terkena skandal kasus korupsi Dana Haji dan Dana Abadi Umat (DAU). Menteri Agama pada masa kepemimpinan Presiden Megawati ini juga sempat di bui karena kasusnya tersebut. Saat ini beliau masih aktif mengajar sebagai dosen di UIN Jakarta.
Muhammad Maftuh Basyuni, SH
Sebelum menjabat sebagai Menteri Muhammad Maftuh Basyuni telah memiliki jejak karir dalam pemerintahan. Beliau pernah menjabat sebagai Kepala Rumah Tangga Kepresidenan, Sekretaris Negara, Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi dan Delegasi Indonesia pada Pertemuan Tingkat Menteri (OKI). Beliau kemudian diangkat Menteri Agama pada Kabinet Indonesia Bersatu I (20 Oktober 2004-20 Oktober 2009) yang dipimpin oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Pada masa jabatannya, beliau mulai membenahi masalah haji yang merupakan wadah masalah sebelumnya. Salah satunya dengan menghapus fasilitas istimewa yang ditujukan kepada pejabat pemerintah. Sampai akhir hayatnya beliau masih menjabat sebagai Ketua Badan Wakaf Indonesia.
Drs. H. Suryadharma Ali, M.Si
Jabatan sebelumnya yang pernah beliau duduki adalah Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Komisi V DPR RI (2001-2004). Kemudian pada masa Kabinet Indonesia Bersatu II (22 Oktober 2009-28 Mei 2014) yang dipimpin oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau mengundurkan diri dari posisinya sebagai Menteri Agama setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi penyelenggaraan haji.
Lukman Hakim Saifuddin
Lukman Hakim Saifuddin adalah Menteri Agama Kabinet Indonesia Bersatu II (9 Juni 2014-20 Oktober 2014) menggantikan jabatan Menteri sebelumnya dan pada Kabinet Kerja (27 Oktober 2014-20 Oktober 2019). Beliau merupakan salah satu tokoh NU yang menjabat sebagai Menteri Agama, Beliau juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI 2009-2014. Beliau disebut-sebut dalam skandal kasus jual-beli jabatan di Kementerian Agama.
Fachrul Razi
Beliau adalah Menteri Agama yang diangkat dari kalangan militer dengan pangkat Jenderal. Pada masa Kabinet Indonesia Maju (23 Oktober 2019-23 Desember 2020) di pimpin oleh Presiden Joko Widodo. Namun masa jabatannya terbilang pendek karena diadakan resuffle para menteri untuk Indonesia yang lebih baik lagi. Beliau pernah membuat heboh dengan pernyataannya tentang radikalisme.
Yaqut Cholil Qoumas
Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Wakil Bupati Rembang (2005-2010) dan anggota DPRD Kabupaten Rembang (2004-2005). Menteri Agama Kabinet Indonesia Maju (23 Desember 2020 – Sekarang) ini diangkat untuk menggantikan menteri sebelumnya yang terkena resuffle Presiden. Beliau adalah salah satu tokoh Ulama yang mengatakan pentingnya mempererat persaudaraan antara umat beragama.
Daftar diatas adalah Menteri Agama di Indonesia yang bertugas untuk memimpin instansi pemerintah dalam persoalan Agama dari Indonesia merdeka sampai pada saat ini. Jabatan yang sangat tinggi dengan tanggung jawab tinggi pula, maka dari itu seharusnya tidak boleh dipakai semena-mena demi kepentingan golongan atau pribadi.