Umbi porang sempat viral karena kisah seorang petani yang sukses menjadi pebisnis ekspor umbi porang dan menjadi miliarder dari bisnis tersebut. Tanaman umbi-umbian memang memiliki jenis yang banyak di Indonesia. Salah satunya adalah porang. Porang atau dalam bahasa latin dikenal dengan Amorphophallus Oncophyllus Prain.
Umbi ini termasuk dalam divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledoneae, bangsa Arales, yang tergolong dalam famili Araceae (talas-talasan). Porang adalah tumbuhan khas dataran rendah yang kerap kali ditemukan di daerah sub-tropis dan tropis mulai dari Kepulauan Pasifik hingga Afrika Barat, termasuk Indonesia di dalamnya.
Umbi porang dapat dikembangan menjadi salah satu bahan pangan, sehingga sangat memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam upaya diversifikasi pangan. Tidak hanya itu, tanaman ini juga dapat digunakan untuk bahan baku industri, obat-obatan, hingga kosmetik.
Keterbatasan informasi terkait porang baik untuk budidaya dan pengolahannya membuat masyarakat kurang familiar dengan tanaman ini. Padahal secara produksi, porang memiliki potensi yang besar serta keberhasilan tinggi dalam urusan panen. Untuk itu penting untuk mengenal apa saja kandungan, karakter budidaya, prospek ekonomi, target komoditas, hingga umbi porang dari segi industri.
Kandungan Porang
Umbi porang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi yang terdiri dari pati, glukosa, serat kasar dan bebas gula. Kandungan karbohidrat yang berbentuk polisakarida ini memiliki turunan yaitu glukomanan. Glukomanan ialah salah satu komoditas ekspor yang mempunyai nilai jual tinggi terutama yang berasal dari umbi konjac. Selain konjac, glukomanan juga diekstraksi dari umbi porang.
Glukomanan dapat difermentasi dan bersifat larut dalam air. Beberapa sifat istimewa yang dimiliki porang ialah, mampu membentuk larutan kental di air, dapat membentuk gel, dapat mengembang, dapat membentuk lapisan kedap air, hingga dapat mencair seperti agar yang dapat digunakan sebagai media pertumbuhan mikroba.
Namun, umbi porang dapat menimbulkan rasa gatal karena mengandung kalsium oksalat, serta rasa pahit karena adanya zat konisin, jika tidak diolah dengan baik. Asam oksalat ini dapat menyerap kalsium yang berfungsi untuk serat-serat otot dan fungsi saraf. Asam oksalat yang terlarut ini akan mengikat kalsium sehingga dapat terjadi kekurangan kalsium. Oksalat yang tidak larut berbentuk kalsium oksalat ini jika terkonsumsi bersama makanan akan terakumulasi serta dapat menyebabkan batu ginjal.
Karakter Budidaya Porang
Teknik dalam budidaya umbi porang ini tergolong mudah, tidak memerlukan perawatan intensif dan khusus. Karakter umbi ini dapat ditanam tanpa memerlukan irigasi di lahan terbuka. Ini dapat menjadi alternatif selain padi yang biasa ditanam di lahan tadah hujan. Selain itu umbi porang toleran untuk dapat ditanam di bawah naungan.
Umbi ini dapat tumbuh dengan berbagai kondisi tanah bahkan kritis sekalipun. Sehingga pengembangan pada sektor hilir di Indonesia tak akan berkendala dalam pemenuhan bahan baku. Selain pembudidayaan yang mudah, produktivitasnya tinggi, permintaan pasar yang cukup tinggi, memiliki nilai ekonomi yang tinggi serta toleran pada hama/penyakit.
Selain itu teknik pengembangbiakan umbi porang dibagi menjadi dua yaitu vegetatif dan generatif. Teknik vegetatif menggunakan ubi batang bagian ubi batang dan ubi daun. Sedangkan secara generatif, umbi porang dikembang biak dengan biji.
Prospek Ekonomi Porang
Variasi olahan umbi porang ini memperlihatkan potensi nilai ekonomi yang tinggi. Apalagi jika diproduksi dalam jumlah yang besar dapat berdampak pada peningkatan ekspor non migas, devisa negara, menciptakan lapangan kerja dan efek bagi kesejahteraan masyarakat.
Karena kandung glukomanan yang sebelumnya telah disebutkan di atas, membuat permintaan dan peluang ekspor juga terbuka lebar, khususnya bagi tujuan Taiwan, Jepang, Korea, Australia, Srilanka, Pakistan, Malaysia, Thailand, Vietnam, Hong Kong, Selandia Baru, dan beberapa Negara di Benua Eropa seperti Italia dan Inggris.
Bahkan pada masa pandemi tercatat terjadi ekspor umbi porang sebanyak 32.000 ton atau setara dengan Rp 1,42 Triliun. Angka ini meningkat hingga 160% dari tahun 2019. Sedangkan untuk produksi di Indonesia sendiri mencapai 142.000 ton dari lahan seluas 19.950 hektare. Data ini berdasarkan dari Kementerian Pertanian bahwa umbi porang berada tersebar di beragam wilayah seperti Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali serta beberapa daerah yang lain dengan estimasi total 47.641 hektar.
Target Komoditas Porang
Di tingkat Pemerintah, Kemenko Bidang Perekonomian diberikan tugas untuk mengkoordinir pengembangan porang. Hal ini melibatkan tiga kementerian yaitu Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kementerian Pertanian (Kementan), dan Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Untuk keseriusan dalam urusan rergulasi, dikeluarkan Keputusan Menteri Pertanian No.104/KPTS/HK.140/M/2/2020 yang berisi bahwa porang termasuk salah satu tanaman dari jenis kacang-kacangan dan umbi-umbian yang menjadi komoditas binaan oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Umbi ini juga menjadi salah satu program unggulan Kementerian Pertanian atau yang sering disebut Gratieks ialah gerakan untuk meningkatkan ekspor pertanian sebanyak tiga kali lipat.
Upaya yang dilakukan dalam pengembangan porang diantaranya ialah meningkatkan ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul, penerapan Good Agricultural Practices bagi petani, dukungan berupa prasarana irigasi, menyediakan kebutuhan pupuk, hingga fasilitas pendanaan.
Kementerian Perindustrian telah merencanakan target pendek, menengah dan panjang untuk hilirisasi komoditas ini. Untuk jangka pendek, ditargetkan Kemenperin untuk menjaga pasar ekspor chip umbi ini dan mengembangkan produk tepung glukomanan serta mensubsidi teknologi pengolahan porang.
Untuk target menengah, Kemenperin akan mengupayakan penguasaan teknologi dan subtitusi impor tepung dan mengembangkan potensi tepung glukomanan. Serta untuk jangka panjang ialah ingin mengaplikasikan hasil penelitian dan pengembangan sektor industri yang potensial berbahan baku tepung glukomanan.
Porang dalam Bidang Industri
Di bidang industri, glukomanan ini dapat digunakan untuk bahan pembuatan tablet (obat), perekat kertas, penjernih air hingga pengikat mineral dalam dunia pertambahan. Struktur glukomanan secara kimia mirip dengan selulosa yang dapat digunakan untuk pembuatan seluloid, isolasi listrik, bahan peledak, bahan negatif film, bahan toilet, hingga kosmetik. Tidak hanya itu, ia juga dapat digunakan untuk pembuatan plastik biodegradable.
Umbi ini jika mengandung glukomanan dalam persentase 15-64 persen (dalam kondisi kering) dapat dimanfaatkan untuk bahan baku industri kesehatan dan juga pangan. Dalam dunia makanan, glukomanan juga sering disebut tepung glukomannan. Tepung porang ini dikenal juga dengan Konjac Glukomannan (KGM) yang dapat digunakan sebagai bahan agar-agar, shirataki, bakso, kue kering, dan keripik.
Kandungan serat yang tinggi dan tidak ada kandungan lemak menjadikan tepung ini baik untuk kesehatan. Dari menurunkan risiko diabetes, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, resistensi insulin, serta meningkatkan penyerapan nutrisi di usus kecil. Secara kandungan, umbi ini mengandung mineral dengan konsentrasi tinggi seperti kalium, fosfor, magnesium, seng, selenium, hingga tembaga yang memiliki manfaat bagi metabolisme tubuh.
Contoh peran penggunaan glukomanan dalam industri pangan ialah penggunaannya dalam nugget daging ayam sebagai bahan pengenyal yang mengurangi pemakaian bahan hewani yang tinggi akan kolesterol namun tetap mempertahankan karakter fisik nugget. Contoh lain ialah menjadi pengganti beras yang mempunyai indeks glikemik tinggi.
Penggunaan beras porang ini menjadi alternatif sehat beras untukmu. Namun, ada alternatif lain yaitu beras basmati. Beras basmati memiliki serat yang tinggi dan rendah gula. Kamu dapat membeli beras basmati melalui link ini. Jadi, apakah kamu tertarik membudidayakan porang?