Sebagai bangsa nomaden yang memiliki sejarah panjang, Turki memiliki banyak variasi makanan bergizi dalam hidup mereka, salah satunya adalah sumber karbohidrat yang variatif. Meskipun makanan utama mereka saat ini adalah roti, namun mereka juga akan dengan senang hati menyantap nasi, kentang, ataupun produk biji-bijian lain seperti bulgur dan gandum.
Dengan berbagai olahan yang dihasilkan ketiga bahan tersebut, roti yang mereka konsumsi adalah makanan yang memiliki paling banyak variasi. Banyak dari orang Turki yang menjadikan kentang sebagai sumber karbohidrat pendamping.
Mereka juga akan makan nasi dan produk biji-bijian layaknya orang Indonesia menyantap nasi goreng. Sementara sajian roti yang mereka miliki adalah yang paling variatif di antara yang lainnya. Dengan berbagai bentuk dan kegunaannya, berikut ini adalah 10 macam roti tradisional Turki, yang tidak jarang menjadi bahan untuk sajian Turki lainnya:
Simit
Roti dengan tekstur keras dan renyah di luar ini memiliki sejarah yang cukup panjang. Menurut arsip sejarah, simit sudah diproduksi sejak tahun 1525 di Istanbul. Menurut catatan lainnya, ukuran dan harga simit sudah distandarisasi sejak tahun 1593. Kemunculannya yang berdekatan dengan naiknya Sultan Süleyman Al-Qanuni, yaitu tahun 1520, membuat simit dengan mudah menyebar ke wilayah lain.
Simit dikenal dengan nama devrek di negara-negara Slavic Selatan. Orang Yunani menyebut simit sebagai koulouri. Orang Romania menyebutnya sebagai covrig. Orang Armenia menjadikan simit, yang mereka kenal dengan nama bokegh, sebagai roti tradisional mereka ketika natal tiba. Sementara di Amerika Serikat, simit bernama Turkish bagel.
Orang-orang Izmir mengenal simit dengan nama gevrek, yang artinya garing. Karakter simit sendiri berbeda di setiap kota. Hingga saat ini, simit masih dijual di pinggir jalan. Para penjual akan menjualnya di gerobak bersama açma, ataupun dengan berkeliling sambil membawa satu nampan penuh simit di atas kepala mereka.
Para penjual simit yang berkeliling akan berseru dengan lantang, jika simit yang mereka bawa masih segar, panas, atau bahkan mereka akan sedikit melebih-lebihkan jika simit itu bisa membakar tangan.
Roti bertabur biji-bijian ini, yang pada umumnya adalah biji wijen, biasa dikonsumsi secara polos, atau sebagai salah satu menu sarapan dengan keju, selai buah, bahkan ayran. Cara tradisional untuk menikmati simit adalah dengan segelas çay atau teh Turki.
Simit adalah salah satu simbol penting bagi orang-orang yang berasal dari kalangan menengah kebawah di Turki. Bahkan kadangkala simit disebut susam kebabı, yang berarti kebab wijen.
Bahan roti yang keras di luar namun lembut tapi sedikit alot di dalam ini hampir sama dengan roti pada umumnya, seperti tepung, air, ragi instan, dan minyak. Untuk tekstur simit yang lebih lembut, bisa ditambahkan susu cair untuk menggantikan air.
Sebelum masuk oven, yang secara tradisional harusnya adalah oven yang terbuat dari batu, simit akan diolesi molasses, dan dilapisi lagi dengan biji wijen atau jenis biji lain seperti biji bunga poppy.
Açma
Jika seseorang tidak terlalu suka dengan tekstur keras simit, maka orang itu biasanya akan memilih untuk membeli açma yang teksturnya bagian luarnya lebih lembut dari simit. Roti ini dijual bersama simit di atas gerobak, sehingga tidak akan sulit untuk menemukannya.
Açma biasanya akan disajikan dengan isian berbagai jenis selai, ataupun secara polosan layaknya simit. Açma sendiri membutuhkan lebih banyak susu cair daripada simit, dan hal inilah yang membuat tekstur açma lebih lembut dari simit. Sama halnya dengan simit, açma juga akan dilapisi molasses dan biji-bijian sebelum dipanggang.
Poğaça
Dalam resep tradisional, roti dengan tekstur lembut dan berukuran cukup kecil ini akan dipanggang di dalam panggangan batu. Namun kini poğaça lebih banyak dipanggang di dalam oven modern.
Sama halnya dengan simit dan açma, yang merupakan menu sarapan kilat orang Turki, poğaça juga sangat mudah untuk didapatkan. Bahkan roti jenis ini sering tersaji di etalase kantin sekolah di Turki.
Ada beberapa sumber yang mengatakan jika poğaça adalah roti yang kelembutannya tahan lama, meski itu juga tergantung pada kualitas penyimpanan poğaça itu sendiri. Selain dinikmati secara polosan, poğaça biasanya diisi oleh keju, buah zaitun, daging olahan, atau bahkan daging cingcang yang telah dibumbui.
Sebenarnya ada varian poğaça yang tidak mengembang. Namun butuh pengalaman untuk membuat varian tersebut, sehingga poğaça yang mengembang akan lebih banyak ditemukan dari pada yang tidak. Karena jenis yang mengembang lebih mudah untuk dibuat.
Roti ini sendiri diketahui terbuat dari terigu, yoghurt plain atau air mineral, butter cair, garam, baking powder dan gula. Berbeda dengan simit dan açma, poğaça akan memakai kuning telur dan biji-bijian sebagai lapisan teratas dari roti.
Yufka
Yufka adalah varian paling tipis dari roti ceper lainnya di Turki. Yufka sendiri banyak digunakan untuk bahan baku dessert dan dürüm. Setelah dipipihkan sampai konsistensi tertentu, yufka dipanggang di atas piringan metal besar yang disebut sač.
Karena yufka yang sudah dipanggang mudah mengeras, yufka biasanya disemprot dengan air hangat, kemudian didiamkan diantara kain bersih untuk mengembalikan kelembutannya.
Namun untuk cara yang lebih modern, orang-orang akan menyimpan yufka di dalam plastik zip lock untuk menjaga kelembutannya. Hal ini juga membuat yufka bisa disimpan di dalam kulkas. Atau dalam skala besar, yufka akan disimpan di ruangan yang tingkat kelembapan udaranya bisa diatur.
Sama halnya dengan gözleme, yufka hanya terbuat dari bahan-bahan dasar seperti tepung, minyak, air dan garam. Tetapi yufka sedikit lebih tipis dari gözleme. Bahkan yufka yang dipakai dalam pembuatan güllaç jauh lebih tipis dan kering dari yufka biasa.
Pide
Turki memang surga dari inovasi makanan. Jika roti biasanya berbentuk bulat, ceper atau mengembang, pide sedikit berbeda dengan roti lain. Karena roti ini benar-benar dibentuk layaknya sebuah perahu dengan pinggiran yang menonjol. Bagian tengah pide sendiri cukup tebal, namun tidak terlalu mengembang.
Meski biasanya berbentuk seperti perahu, namun pide juga bisa berbentuk ceper dan lonjong. Pide juga dikenal sebagai Turkish Pizza, karena sajian ini biasanya dilengkapi dengan daging cingcang, keju, berbagai sayuran hijau dan juga saus.
Cukup jarang orang yang akan menjual pide dalam keadaan polos tanpa ada olesan apapun. Namun untuk variasi polosannya, yang biasanya merupakan pide buatan rumah, orang Turki akan mengoleskan minyak zaitun dan biji Nigella untuk memberi rasa pada pide.
Ramazan Pidesi
Berbeda dengan pide yang dibentuk lonjong dan seperti sebuah perahu, varian roti ini berbentuk bulat ceper dan mengembang. Sesuai dengan namanya, roti ini banyak dijumpai saat bulan Ramadhan tiba di Turki. Roti dengan tekstur lembut ini akan mulai dijual pada sore hari, tepatnya setelah Adzan Ashar berkumandang.
Ramazan Pidesi ini terhitung mudah untuk dikenali. Tidak hanya berbentuk bulat ceper dan padat, roti ini juga memiliki motif layaknya fenomena ombak kotak yang menjadi ciri khasnya.
Di Turki, ramazan pidesi tidak hanya menjadi salah satu sumber karbohidrat saat sahur, namun juga menjadi sumber karbohidrat ketika berbuka puasa. Roti ini biasanya akan dikonsumsi bersama dengan sup, menemen, atau saus. Harga dan ukuran roti ini juga telah ditentukan oleh pemerintah untuk mencegah praktik penggelembungan harga yang tidak wajar.
Pita
Roti ini adalah roti tertua di artikel ini. Menurut sejarah, roti ini sudah muncul sejak 14.500 tahun yang lalu di wilayah Yordania. Roti ini biasanya akan dipanggang dengan suhu tinggi, yaitu sekitar 232-246°C. Roti pita juga hanya butuh waktu singkat di dalam panggangan, yaitu sekitar 2-5 menit saja. Semua tergantung pad
Pemanggangan dengan suhu tinggi ini membuat roti pita mengembang dan menghasilkan rongga yang cukup besar. Penurunan suhu akan mencegah pembentukan rongga pada roti, dan menjadikannya roti yang padat dan ceper.
Roti pita biasa disajikan dengan cara mencelupkannya ke saus atau sup. Dalam sajian Turki, roti pita akan dimasak tanpa menghasilkan kantung. Selain untuk mencelup saus atau sup, roti pita akan dipotong-potong dan disajikan bersama Iskender. Roti pita juga bisa dipakai untuk membuat dürüm dan sandwich.
Lavaş
Berbeda dengan yufka, lavaş sedikit lebih tebal dari yufka. Ragi juga ditambahkan pada lavaş, sehingga membuatnya lebih mengembang. Tidak hanya di Turki, roti ini juga terkenal hingga ke Azerbaijan, Kyrgyzstan, Iran, Armenia, dan Kazakhstan.
Dalam pemasakan tradisional, lavaş akan dimasak di atas tandoor atau sač. Namun secara modern, jika tidak memakai oven batu, lavaş akan dimasak di atas wajan cekung atau panggangan besar.
Lavaş banyak digunakan dalam pembuatan dürüm. Karena lavaş sendiri mudah mengering, orang-orang akan menggunakan air hangat untuk melembutkannya kembali. Di Iran, setelah menyegarkan kembali lavaş, mereka akan menambahkan keju dan butter.
Sementara orang Armenia akan memakan lavaş kering dengan senang hati dan mencampurnya ke dalam khash. Pada tahun 2014, UNESCO menetapkan lavaş sebagai warisan budaya Armenia.
Keputusan ini menyulut emosi masyarakat Azerbaijan, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan. Mereka berpendapat jika lavaş adalah warisan budaya regional, dan bukan hanya milik Armenia saja. Sementara di Azerbaijan, yang merupakan saudara satu rumpun Turki, terdapat sebuah budaya unik yang melibatkan lavaş.
Di Sabirabad, sebuah distrik di Azerbaijan, setelah pernikahan, ibu mempelai pria akan meletakan lavaş di atas bahu menantunya yang baru sampai ke rumah pihak lelaki, dan mengucapkan: “Biarkan kau datang ke rumah harta, biarkanlah kakimu beruntung,”.
Ucapan seperti ini diartikan sebagai do’a agar pasangan yang baru menikah bisa membawa keberkahan ke dalam rumah, dan semoga pasangan yang baru menikah tetap bersama hingga akhir.
Gözleme
Pada awalnya gözleme adalah salah satu komponen roti yang dipakai dalam menu sarapan. Namun sensasi nyaman yang ditimbulkan dari roti yang dimasak di atas wajan tekan ini menjadikannya salah satu komponen untuk makanan cepat saji di akhir tahun 1990-an.
Gözleme sendiri adalah roti yang terbuat dari tepung, garam, dan air hangat. Tapi tentu gözleme bisa terbuat dari adonan yang memakai ragi. Meskipun mirip dengan bazlama, namun gözleme disajikan dengan sedikit olesan minyak atau mentega cair.
Tidak hanya dengan olesan lemak, gözleme biasanya diisi dengan berbagai jenis daging, termasuk olahannya, sayuran, jamur, atau keju. Dalam beberapa varian, gözleme bisa saja disajikan dengan olesan selai dengan cita rasa manis.
Bazlama
Sama halnya dengan roti pada umumnya, bazlama terbuat dari tepung, air, ragi, dan garam. Keberadaan ragi pada bazlama membuat roti ini sedikit mengembang. Berbeda dengan roti lainnya yang rasanya tawar, bazlama modern memiliki cita rasa asam yang khas. Ini sendiri karena bazlama menyertakan Greek Yoghurt dalam resep terkininya.
Bazlama sendiri memiliki tekstur yang luar biasa lembut. Hal ini muncul karena kombinasi antara minyak, yoghurt dan ragi. Untuk lidah orang Indonesia, bazlama sangat cocok disantap bersama gulai atau kari. Rasa asam yang cukup tajam dari bazlama dan rempah dari gulai akan saling melengkapi, kemudian menghasilkan sebuah rasa baru yang unik.
Sementara di Turki, bazlama tradisional yang tidak memakai yoghurt biasanya dinikmati bersama mentega dan minyak zaitun. Bazlama juga bisa menjadi roti yang tepat untuk membuat roti isi, terutama untuk varian yang memakai yoghurt.
Cukup iris bazlama menjadi dua bagian, lalu tambahkan beberapa isian yang diinginkan, seperti halnya keju dan sosis, buah zaitun, telur goreng, kornet, ataupun jamur yang sudah dimasak dengan bumbu.
Dengan berbagai bentuk dan kegunaannya masing-masing, roti yang dimiliki orang Turki tentu akan menyesuaikan dengan gaya hidup dan budayanya yang keras dan cepat sejak zaman dahulu. Namun sebagai bangsa yang memiliki mobilitas tinggi, orang Turki tergolong sebagai orang-orang yang memperhatikan segala hal yang mereka konsumsi setiap harinya.