6 Daerah Penghasil Rempah Terbesar di Indonesia

Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan rempah. Ini bisa menjadi bukti mengapa berbagai masakan di Indonesia memiliki cita rasa yang kuat. Pada era kolonial, rempah memiliki pengaruh yang kuat dalam sejarah tanah air. Dalam sejarah tercatat bahwa rempah adalah harta yang sangat berharga, hingga membuat para penjajah berdatangan dengan tujuan menguasai rempah di Indonesia.

Rempah yang dibudidayakan di Indonesia memiliki segudang kegunaan, mulai dari membumbui masakan, menghasilkan aroma yang khas, hingga menjadi bahan dasar pembuatan obat tradisional. Hal ini juga membuat Indonesia dikenal dengan kuliner lezat dengan ciri khasnya yaitu penggunaan rempah yang kuat. Dengan segala hal yang membuat komoditas menjadi sangat berharga di Indonesia, dari mana saja daerah penghasil rempah terbesar di Indonesia? Simak uraian di bawah ini.

Daerah Penghasil Rempah Terbesar di Indonesia

Aceh

Daerah penghasil rempah terbesar di Indonesia yang pertama adalah di Pulau Sumatera, tepatnya adalah Aceh. Sebelum masuk pada era kolonialisme, Aceh telah menjadi tempat perdagangan rempah dengan aktivitas yang berjalan sangat baik dengan Kerajaan Aceh yang memimpin hal tersebut, ini sudah terjadi sejak abad ke-15. Rempah-rempah menjadi komoditas yang sangat berharga dan paling dicari oleh masyarakat pada masa itu.

Apapun Bumbunya Tidak Pakai Pewarna

Rempah-rempah yang dihasilkan oleh wilayah tersebut adalah lada dan kayu manis. Lada yang dihasilkan oleh Aceh adalah lada terbaik di Indonesia, yang kemudian dilanjutkan dengan permintaan kayu manis yang tinggi, maka tak heran jika masyarakat mengenal Aceh sebagai pusat perdagangan lada dan kayu manis.

Selain itu, geografis Aceh terletak di tepi Selat Malaka, sehingga ini menjadi daerah yang sangat strategis untuk dijadikan lintas perdagangan bahkan sejak abad pertama. Dengan beberapa faktor pendukung tersebut, maka Aceh dikenal sebagai kawasan yang mampu menguasai pasar rempah dunia yang berada di bawah pengawasan Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Lamri.

Ternate dan Tidore

Daerah selanjutnya yang dijuluki sebagai daerah penghasil rempah terbesar di Indonesia terletak di Maluku Utara, yaitu kawasan Ternate dan Tidore. Pada abad ke-15, bangsa Portugus berhasil menemukan kawasan Ternate dan Tidore sebagai daerah sumber rempah yang tercatat dalam sejarah. Di bawah perintah Gubernur Jenderal Belanda, kawasan tersebut mengembangkan lahan cengkeh yang kemudian menjadikan Ternate dan Tidore sebagai daerah penghasil rempah di Indonesia.

Bahkan, daerah tersebut menjadi sasaran penjajah dalam memburu cengkeh. Hingga saat ini, Ternate dan Tidore tetap berdiri sebagai kawasan penghasil rempah di Indonesia. Karena kedua tempat tersebut dikenal sebagai daerah penghasil rempah, pemerintah kota setempat menjadikan Ternate dan Tidore sebagai destinasi tujuan wisata, tepatnya Kawasan Cengkeh Afo, sebab pohon cengkeh tertua berada di sana, dan akan menarik perhatian para pengunjung.

Banda Neira

Di jaman kolonialisme, terdapat salah satu komoditas yang paling berharga dan banyak diburu oleh bangsa Eropa, dan komoditas tersebut adalah pala. Pala adalah jenis rempah yang sangat berguna pada banyak hidangan, di antaranya dapat dimanfaatkan sebagai penambah aroma serta penyedap rasa yang cenderung pedas namun menghangatkan.

Ini terus berlanjut pada abad ke-19, komoditas yang banyak diperdagangkan di daerah Banda Neira adalah pala dan fuli. Telah tercatat dalam sebuah cerita bahwa pala adalah rempah yang sangat berharga, bahkan harga pala setara dengan logam mulia pada masa itu, nilainya yang berharga menjadi alasan mengapa Bangsa Eropa mengincar rempah pala.

Jambi

Kayu manis, seperti yang kita ketahui bahwa rempah ini adalah jenis rempah yang menjadi komponen penting untuk banyak hidangan, bahkan untuk hidangan manis seperti kue sekali pun. Daerah yang menjadi penghasil kayu manis terbesar adalah Jambi, bahkan di sana, kayu manis kerap diburu oleh masyarakat, ini tepatnya terletak di kawasan Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin Kota Sungai Penuh.

Sebagai daerah di mana kayu manis berasal, Jambi kerap memproduksi kayu manis dalam jumlah besar. Jambi juga memenuhi sebanyak 45 persen permintaan kayu manis di dunia. Produksinya meluas tak hanya di Indonesia, kayu manis diproduksi hingga ke beberapa negara, termasuk Amerika Serikat, Belanda, Jerman, dan Singapura.

Jawa Barat dan Jawa Tengah

Jawa Barat dan Jawa Tengah menjadi daerah penghasil kapulaga, meskipun bukan yang terbesar di dunia, tetapi dua daerah tersebut membudidayakan kapulaga yang potensial. Terdapat dua jenis kapulaga yang beredar di Indonesia, yaitu kapulaga Indonesia dan kapulaga seberang yang berasal dari India.

Rempah yang termasuk golongan Zingiberaceae ini dikenal karena berperan aktif dalam memberikan aroma yang khas, menghilangkan bau amis seperti daging sapi atau kambing, bahkan kapulaga termasuk komoditas utama dalam pembuatan bir pletok dan bir Jawa. Bagian menarik dari kapulaga ini adalah rempah ini termasuk dalam rempah dengan harga termahal yang berada pada urutan ketiga, setelah saffron dan vanilla. Menakjubkan, bukan?

Bangka Belitung

Lada menjadi salah satu jenis rempah yang wajib tersedia di dapur setiap rumah tangga, ini karena lada adalah rempah yang sangat berguna, yang hampir digunakan pada seluruh hidangan. Lada telah menjadi rempah yang menjadi incaran orang di seluruh dunia, bahkan hal ini terjadi sejak ratusan tahun lalu. Bahkan, lada turut menjadi komoditas penting dalam sejarah jalur rempah dunia.

Tidak hanya lada hitam yang menjadi incaran setiap orang, namun juga varietas lada lainnya yaitu lada putih. Berita bagusnya, Indonesia termasuk negara penghasil lada putih dengan kualitas terbaik. Kepulauan Bangka Belitung adalah tempat di mana lada putih berasal, jenis lada putih tersebut yakni Lada Putih Muntok, yang dikenal sebagai lada putih dengan kualitas tinggi.

Sekitar tahun 1880 hingga 1930, adalah tahun di mana sejarah awal lada putih Bangka berlangsung. Pada saat itu, Kolonial Belanda mendatangkan pekerja yang berasal dari Tionghoa – yang sebelumnya bekerja di pertambangan timah, namun kemudian Kolonial Belanda meminta para pekerja untuk beralih ke sektor pertanian. Lada putih adalah tanaman yang saat itu dibudidayakan, lalu kota Muntok yang berada di sebelah barat Pulau Bangka, mengembangkan varietas lada tersebut, maka hingga saat ini, lada yang dihasilkan Kepulauan Bangka Belitung, diberi nama sesuai daerah di mana lada dikembangkan, yaitu Lada Putih Muntok.

Dengan curah hujan yang tinggi, nutrisi tanah yang khas, serta mendapatkan paparan sinar matahari dengan baik, Lada Putih Muntok yang dihasilkan oleh Kepulauan Bangka Belitung memiliki rasa yang khas. Di berbagai belahan dunia, lada putih yang berasal dari Bangka Belitung dinilai sebagai lada unggulan lantaran para petani mengutamakan kualitas dalam membudidayakannya. Dalam upaya memelihara mutu terbaik, serta mempertahankan ciri khas Lada Putih Muntok, komoditas ini juga telah terdaftar dalam sistem perlindungan Indikasi Geografis.

Dengan budidaya terbaik yang dilakukan para petani, Lada Putih Muntok mengandung kadar piperin yang tinggi, serta menghasilkan aroma dan rasa lada yang kuat. Kualitas terbaik pada komoditas tersebut memberikan dampak yang sangat baik, sehingga bisa memenuhi kebutuhan memasak. Lada Putih Muntok memiliki beragam kegunaan, mulai dari membumbui segala jenis masakan seperti masakan yang digoreng atau berkuah, hingga sebagai bumbu marinasi. Tentunya, setiap hidangan yang menggunakan Lada Putih Muntok akan menjadi lebih lezat dengan aroma yang khas.

Mengapa Rempah-rempah di Indonesia Menjadi Incaran Bangsa Barat?

Beberapa penjelasan di atas menunjukkan bahwa komoditas yang dibudidayakan di Indonesia, menjadi incaran bangsa Eropa dan bangsa Barat. Ini semua didasari oleh alasan yang menjadi penyebabnya. Ini bermula ketika bangsa Barat datang ke Indonesia yang niat utamanya adalah berdagang. Namun seiring berjalannya waktu, niat semua mereka berubah menjadi keinginan untuk menguasai, serta memonopoli perdagangan rempah-rempah.

Bumbu Terbaik Untuk Masakan Ternikmat

Tentu saja ini dilakukan karena alasan. Yang paling utama adalah karena rempah-rempah menawarkan manfaat dalam segala aspek, seperti kegunaan pada masakan serta manfaat bagi tubuh. Rempah-rempah bisa digunakan untuk mengawetkan makanan, membumbui berbagai masakan, hingga digunakan dalam pengobatan tradisional. Alasan-alasan itulah yang menyebabkan bangsa Eropa dan bangsa Barat mengincar komoditas di Indonesia, bahkan hal tersebut membuatnya sangat laku di pasaran dan memiliki harga yang sangat mahal.

Tak hanya soal kegunaan serta manfaatnya saja, Indonesia merupakan negara dengan iklim yang sangat baik karena berada di tengah katulistiwa, sehingga tanaman jenis apa pun mudah tumbuh di Indonesia, termasuk rempah-rempah. Sementara wilayah di Eropa, memiliki iklim yang cenderung dingin, sehingga hanya beberapa jenis tumbuhan lah yang bisa beradaptasi dengan iklim tersebut.

Tak adanya keseimbangan antara kebutuhan dengan pasokan rempah yang berhasil dibudidayakan di Eropa, maka keinginan bangsa Eropa dan bangsa Barat untuk menguasai dan memonopoli perdagangan rempah di Indonesia semakin kuat. Oleh karena itu, tak heran jika komoditas di Indonesia menjadi incaran banyak negara.

Itulah yang menjadi daerah penghasil rempah di Indonesia. Dengan mengetahui hal ini, menjadi bukti bahwa Indonesia memang negara dengan yang banyak membudidayakan rempah. Untuk itu, teruslah menjaga serta melestarikan rempah sebagai salah satu warisan bangsa. Berbagai rempah yang ada di dunia memiliki sejarah di baliknya, bagaimana sejarah rempah? Anda bisa membaca artikel selanjutnya dengan klik link berikut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *