Makanan atau minuman manis selalu menjadi pilihan yang disukai oleh banyak orang. Produk apa pun dengan rasa manis tidak selalu menggunakan gula sebagai pemanisnya, para produsen banyak yang menggunakan pemanis buatan sebagai pengganti gula. Pemanis buatan umumnya mengandung jumlah karbohidrat dan kalori yang jauh lebih rendah, dan bahkan tanpa kalori sama sekali. Ini menjadi sebuah pilihan bagi para penderita diabetes sebagai pengganti gula.

Pemanis buatan pada dasarnya dibuat untuk meniru rasa gula, namun secara umum, pemanis buatan berkali-kali lipat lebih manis daripada gula. Dalam hal ini, pemanis buatan bisa dibuat dengan bahan alam atau dengan sintetik. Sehingga, tidak semua pemanis buatan baik bagi tubuh, faktanya terdapat sejumlah pemanis buatan yang harus diwaspadai. Simak selengkapnya di bawah ini.

Aspartam

Aspartam (atau E951) merupakan pemanis buatan yang harus diwaspadai dengan rasa manis sekitar 200 kali lebih manis dibandingkan gula pasir. Ini adalah pemanis buatan yang rendah kalori yang paling mendekati rasa gula. Banyak produk yang menggunakan aspartam sebagai bahan pemanis buatan, produk tersebut umumnya ditemukan pada makanan diet atau minuman rendah kalori.

Pemanis buatan ini telah lama digunakan pada sebagian besar produk, yang menurut Food and Drug Administration Amerika Serikat, aspartam digunakan selama hampir 35 tahun. Diperkirakan terdapat sekitar lebih dari 6.000 makanan dan minuman konsumen, serta 500 obat resep dan obat bebas mengandung aspartam. Aspartam terdapat pada sebagian besar produk, dan bahkan obat yang mungkin kita konsumsi selama ini.

Menurut sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan dalam American Journal of Industrial Medicine dalam jurnalnya merekomendasikan untuk melakukan evaluasi ulang terhadap aspartam, karena pemanis buatan dengan rasa manis yang lebih manis daripada gula sebanyak 200 kali ini ditemukan dalam sebuah penelitian bahwa aspartam memiliki efek karsinogenik.

Ini dapat mengganggu fungsi otak, mulai dari menurunkan kemampuan memori, hingga meningkatkan stres oksidatif di otak. Bagi wanita hamil dan menyusui, aspartam sangat berbahaya, sehingga harus dihindari sebisa mungkin, lantaran penelitian baru-baru ini mengkhawatirkan bagi wanita yang mengonsumsi pemanis buatan selama kehamilan atau saat menyusui. Ini dapat membuat bayi rentan mengalami gangguan sindrom metabolik, dan obesitas, di kemudian hari.

Selain itu, efek samping aspartam yang umum timbul meliputi migrain, sakit kepala, pusing, gangguan mood, dan episode mania. Di dalam kandungan aspartam, terdapat tiga jenis zat berbahaya yang terdiri dari fenilalanin, asam aspartat, dan methanol. Zat ini diketahui dapat mengendap cukup lama di hati, ginjal, dan otak.

Sukralosa

Sukralosa (atau E955) adalah pemanis buatan lainnya yang harus diwaspadai. Pemanis buatan ini bebas kalori dan komponen utama rangkaian produk diet Splenda. Meskipun sukralosa sendiri bebas kalori, namun produk Splenda juga mengandung karbohidrat yang dapat meningkatkan jumlah kalorinya, meskipun hanya dalam jumlah kecil.

Sukralosa pada dasarnya berasal dari gula, yang awalnya diperkenalkan sebagai pengganti gula alami. Namun, pada kenyataannya, ini adalah turunan sukrosa terklorinasi. Klorin adalah salah satu bahan kimi yang paling beracun. Awal ditemukannya sukralosa melalui pengembangan senyawa insektisida baru tidak dimaksudkan untuk dikonsumsi.

Sukralosa termasuk pemanis buatan yang memberikan rasa manis yang begitu tinggi, yaitu 400 hingga 700 kali lebih manis daripada gula. Sukralosa juga merupakan pemanis buatan yang tidak menyisakan rasa pahit seperti kebanyakan pemanis lainnya. Dalam Acceptable Daily Intake (ADI) atau asupan harian yang dapat diterima mengenai sukralosa ini adalah sekitar 15mg per kg berat badan.

Dengan rasa manis 400 hingga 700 kali lebih manis daripada gula, maka akan dapat disimpulkan bahwa konsumsi sukralosa atau Splenda, mengakibatkan kecanduan pada makanan atau minuman yang terlalu manis. Splenda sebagai komponen utamanya ini, dikategorikan sebagai produk yang harus diwaspadai. Hal ini disebabkan tinjauan studi medis pernah melakukan penelitian dan menemukan bahwa sukralosa dapat dikaitkan dengan leukemia pada tikus.

Sebuah temuan studi juga menyebutkan bahwa sukralosa yang dimasak dalam suhu tinggi menyebabkan kloropropanol yang berbahaya, yang termasuk dalam senyawa beracun. Studi pada manusia dan hewan pengerat menunjukkan bahwa sukralosa dapat mengubah kadar glukosa, insulin, dan peptida 1 mirip glukagon. Selain itu, sukralosa juga memiliki efek toksik pada tubuh.

Asesulfam K

Asesulfam K (atau Ace-K dan E E950), yang juga dikenal dengan asesulfam potasium termasuk dalam pemanis buatan bebas kalori, dengan rasa manis 200 kali lebih manis dibandingkan gula. Asesulfam K memiliki after taste yang agak pahit, itu sebabnya asesulfam K ini seringkali dicampur dengan pemanis lainnya.

Terdiri dari garam kalium yang mengandung metilen klorida, asesulfam K adalah pemanis buatan yang tidak rusak pada suhu panas, sehingga banyak ditemukan dalam makanan rendah gula, permen karet bebas gula, minuman beralkohol, yogurt manis, hingga makanan siap saji. Asesulfam K umumnya dicampur dengan aspartam dan pemanis nonkalori lainnya.

Selain sebagai pemanis makanan, asesulfam K menjadi semakin dikenal karena banyak digunakan sebagai penambah rasa. Pemanis buatan ini stabil terhadap panas, itu sebabnya asesulfam K banyak ditemukan pada makanan olahan dan makanan yang dipanggang. Dalam hal ini, tubuh manusia tidak dapat memecahnya, sehingga asesulfam K dipercaya dapat berdampak negatif pada metabolisme.

Metilen klorida sebagai komponen kimia utamanya, telah menjalani pemeriksaan ilmiah dan telah terbukti dapat menyebabkan mual, gangguan suasana hati, menurunkan kinerja hati dan ginjal, menyebabkan masalah penglihatan, menjadi penyebab jenis kanker tertentu, dan bahkan mungkin autisme.

Sakarin

Sakarin (atau E954) adalah pemanis buatan yang digunakan selama lebih dari 100 tahun. Sama seperti asesulfam K, sakarin ini memiliki after taste yang bahkan sangat pahit atau metalik, sehingga sakarin biasanya dicampur dengan pemanis lainnya dalam produksi makanan dan minuman. Rasa manisnya berkisar 300 hingga 400 kali lebih manis dari gula, dan oleh karena itu, kata ‘sakarin’ menggambarkan rasa manis yang memuakkan.

Secara historis, ini adalah alternatif gula yang populer karena tidak mengandung kalori atau karbohidrat, dan tubuh kita pun tidak dapat mengubahnya. Sakarin memiliki umur simpan yang lama, serta tahan suhu panas, sehingga memungkinkannya untuk ditambahkan pada penggunaan jangka panjang. Asupan harian yang dapat diterima oleh tubuh untuk sakarin adalah 5mg per kg berat badan Anda.

Di tahun 1970-an, sakarin dan pemanis berbasis sulfa lainnya dipercaya menjadi penyebab kanker kandung kemih. Sakarin pernah diberikan label berbahaya yang menyatakan bahwa sakarin dapat menyebabkan kanker pada hewan laboratorium, namun sayangnya, Food and Drug Administration menghapus peringatan tersebut, namun tak sedikit penelitian yang terus mengaitkan sakarin berdampak pada masalah kesehatan yang serius.

Bagian terburuknya, meski sejumlah penelitian telah membuktikan bahayanya sakarin, namun pemanis buatan ini merupakan pemanis utama pada obat anak-anak, termasuk aspirin kunyah, sirup obat batuk, dan obat bebas dan resep lainnya. Bahaya kesehatan yang ditimbulkan oleh sakarin termasuk mual, gangguan pencernaan, takikardia, dan beberapa jenis kanker.

Sorbitol

Sorbitol (atau E420) merupakan gula alkohol dalam bentuk aslinya, yang berarti mengandung dua molekul: alkohol dan gula. Sorbitol adalah pemanis buatan karbohidrat yang kurang manis sekitar 40% dari gula dan sering digunakan dalam makanan diet. Secara alami, gula alkohol terjadi pada buah dan sayuran dan lebih rendah kalori daripada gula biasa. Namun, pada mayoritas produk makanan dan minuman menggunakan sorbitol buatan pabrik sebagai pemanis buatan. Anda akan menemukan sorbitol pada permen karet bebas gula.

Untuk saat ini, sorbitol tidak memiliki Acceptable Daily Intake (ADI), namun hal itu justru menunjukkan bahwa konsumsi sorbitol sebanyak lebih dari 50g sehari dapat memiliki efek pencahar. Bahaya dari sorbitol ini seupa dengan gula alkohol lainnya, yang jika mengonsumsi banyak sorbitol, maka dapat menyebabkan kembung dan diare. Perlu diingat juga bahwa sorbitol digunakan sebagai pencahar, yang jika dikonsumsi terlalu banyak dapat mengakibatkan masalah pencernaan yang serius, dan ketidakseimbangan elektrolit, jadi akan lebih baik untuk tidak mengonsumsinya secara berlebihan.

Stevia

Stevia mengacu pada bahan pemanis yang berasal dari daun stevia rebaudiana, yaitu tumbuhan asli Amerika Selatan. Ini telah digunakan selama berabad-abad yang digunakan sebagai pemanis minuman dan membuat teh. Stevia tidak memiliki kandungan kalori, namun rasa manisnya 300 kali lebih tinggi daripada gula.

Stevia biasanya tidak menggunakan seluruh daun tanaman, melainkan daun stevia diekstrak menjadi butiran yang sangat halus, yang disebut rebaudioside A (Reb-A). Tingkat kemanisan stevia berkisar 50 sampai 350 kali lipat melebihi gula pasir. Pemanis buatan ini banyak digunakan di beberapa negara, seperti Amerika Selatan, Jepang, dan Korea.

Stevia dianggap aman dijadikan pengganti sebagai pengganti gula bagi penderita diabetes, karena ini mengandung nol kalori dan kandungan karbohidrat yang sedikit. Pemanis buatan ini banyak terdapat pada permen, minuman, acar sayuran, hingga produk makanan laut. Stevia memiliki rasa yang bertahan lebih lama daripada gula, dan sebagian orang menggambarkan rasa stevia yang seperti licorice.

Meski dianggap sebagai pengganti gula yang aman bagi penderita diabetes, namun ekstrak dari daun stevia ini belum dikonfirmasi keamanannya oleh dewan keamanan untuk dikonsumsi secara luas karena kurangnya penelitian. Pemanis buatan ini mungkin berdampak buruk pada tekanan darah, ginjal, dan sistem kardiovaskular dan reproduksi kita.

Siklamat

Siklamat yang memiliki nomor-e E 952 mengacu pada nama pemanis buatan untuk pemanis asam siklamat, kalsium dan natrium siklamat. Pemanis buatan ini dianggap sebagai pemanis yang tidak memberikan energi, dengan tingkat kemanisan yaitu 30 kali lipat dibandingkan gula. Karena tidak begitu manis, siklamat sering dikombinasikan dengan sakarin.

Untuk mendapatkan rasa seperti gula yang enak, produsen biasanya mencampurkan 1 bagian sakarin dengan 10 bagian siklamat (1:10). Dari seluruh jenis pemanis buatan, siklamat adalah campuran yang paling baik meniru gula yang dilarutkan dalam air. Dalam Acceptable Daily Intake, siklamat dapat dikonsumsi tubuh sebanyak 7 mg per kilogram berat badan.

Bahan pemanis buatan ini dikhawatirkan memberi dampak yang buruk bagu penderita diabetes, dan untuk alasan ini, untuk sementara waktu siklamat hanya disetujui sebagai pemanis meja. Di Eropa, siklamat menjadi bahan pemanis buatan pada es krim, selai, manisan, minuman, dan makanan pencuci mulut.

Kekhawatiran mengenai siklamat sebagai pemanis buatan adalah ia dapat menjadi pemanis buatan hanya jika dikombinasikan dengan sakarin, yang secara umum sakarin memiliki rasa manis 500 kali lipat dari gula, sementara siklamat hanya 30 kali lebih manis. Untuk itu, dibutuhkan lebih banyak siklamat daripada sakarin untuk mencapai tingkat kemanisan yang sama dalam makanan.

Siklamat dikhawatirkan dapat menjadi penyebab kanker. Alasan utama mengapa ini terjadi adalah pada tahun 1960-an, para peneliti melalukan uji coba terhadap tikus, yang mana ia diberi makan pemanis dalam jumlah besar setiap hari. Hasilnya menunjukkan bahwa tikus tersebut memiliki tanda-tanda terkena tumor kandung kemih, yang mengarah pada kesimpulan bahwa natrium siklamat adalah karsinogen.

Risiko potensial lain yang terkait dengan natrium siklamat adalah pengaruhnya terhadap kadar gula darah. Sebagai pemanis buatan, sodium siklamat tidak mengandung kalori atau karbohidrat, yang berarti tidak meningkatkan kadar gula darah seperti gula biasa. Namun, beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah besar mungkin masih berdampak pada regulasi insulin dan glukosa.

Neotam

Neotam adalah pemanis buatan yang secara kimiawi mirip dengan aspartam tetapi jauh lebih manis, tingkat kemanisan neotam bahkan mencapai 7.000 hingga 13.000 kali lipat lebih manis dibandingkan gula. Pemanis buatan ini disetujui pada tahun 2002 oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat sebagai aditif makanan dan dijual dengan merek Newtame.

Neotam terbuat dari asam amino yang dimodifikasi, yang ditemukan dalam aspartam, sehingga rasa manis yang dihasilkan sangatlah tinggi. Neotam sangat stabil dalam berbagai kondisi, termasuk suhu tinggi dan tingkat pH yang bervariasi, ini menjadikannya cocok untuk digunakan dalam berbagai makanan dan minuman.

Sebagai pengganti gula, pemanis buatan ini digunakan dalam beragam produk makanan dan minuman, di antaranya adalah permen karet, makanan ringan, produk susu, dan makanan yang dipanggang. Untuk menghasilkan rasa manis yang lebih seimbang, neotam sering dicampur dengan pemanis buatan lainnya, seperti asesulfam potasium dan sukralosa.

Meski Food and Drug Administration (FDA) dianggap aman untuk dikonsumsi, namun neotam mungkin dapat memberikan reaksi merugikan bagi sebagian orang, misalnya seperti pusing, sakit kepala, hingga masalah pencernaan. Kekhawatiran lainnya mengenai neotam adalah efek jangka panjangnya bagi tubuh. Ini secara kimiawi serupa dengan aspartam, yang merupakan pemanis buatan paling berbahaya yang digunakan secara luas. Seperti makanan atau bahan tambahan makanan lainnya, penting untuk mengonsumsi neotam dalam jumlah sedang sebagai bagian dari diet seimbang.

Saat dikonsumsi sebagai pemanis buatan, ia dikonversi menjadi formaldehida saat di metabolisme. Namun, efek neotame mungkin lebih buruk karena mengandung 3-dimethylbutyl, yaitu salah satu bahan kimia paling berbahaya di dunia, menurut Environmental Protection Agency (EPA) atau Badan Perlindungan Lingkungan.

Xylitol

Xylitol adalah pemanis buatan dengan alkohol alami yang ditemukan di sebagian besar tanaman, termasuk buah dan sayuran. Ini dibuat dengan mengekstrak kulit pohon kayu birch, tanaman xylan, dan dalam jumlah yang sangat kecil ditemukan di beberapa buah dan sayuran, seperti plum, stroberi, kembang kol dan labu).

Dibanding gula, xylitol 40 persen lebih rendah kalori, dan xylitol dijadikan pemanis pada beberapa produk makanan dan obat-obatan seperti permen karet bebas gula, permen mint, es krim, kecap, kue atau makanan penutup, sirup meja, selai, sirup obat batuk, vitamin, suplemen, pasta gigi, obat kumur, dan masih banyak lagi. Xylitol cukup banyak digunakan pada produk yang kita temukan sehari-hari.

Xylitol pada dasarrnya termasuk alkohol gula, dan bahan tersebut tidak diserap dengan baik oleh tubuh dan menyebabkan reaksi alergi bagi mereka yang sensitif terhadapnya. Belum ada anjuran yang ditetapkan untuk konsumsi xylitol, namun mengonsumsinya secara berlebihan dapat menyebabkan kembung, kram, dan diare.

Pada sejumlah penelitian pada hewan, konsumsi xylitol dalam dosis dan dalam jangka waktu yang lama menunjukkan pertumbuhan tumor, namun ini masih diperlukan lebih banyak penelitian. Sementara pada wanita hamil dan menyusui, tidak disarankan untuk mengonsumsi xylitol meskipun digunakan untuk tujuan pengobatan, karena ini terkait tidak adanya informasi yang cukup mengenai hal tersebut. Pemanis buatan ini juga berbahaya dan dapat menjadi racun bagi anjing bahkan meskipun dalam jumlah kecil.

Pemanis buatan di atas banyak terdapat pada produk yang seringkali kita temui, bahkan hingga obat-obatan. Bahaya yang ditimbulkan sangatlah mengkhawatirkan jika dikonsumsi dalam dosis tinggi dan dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu, akan lebih baik jika kita membeli suatu produk dengan lebih teliti dan cermat. Pelajari pula 56 nama lain dari gula dengan klik link berikut.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *