23 Mitos Covid-19 Menurut WHO

Daftar Isi

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyebabkan terjadinya infeksi Covid-19 pada seseorang. Virus ini sebenarnya masih satu rumpun dengan virus penyebab MERS dan SARS. Hanya saja, perlu digarisbawahi jika ketiga penyakit ini benar-benar berbeda dari banyak sisi. Hanya bagian penularan antara sesama manusia dari ketiga penyakit inilah yang serupa.

Sebagai virus baru dengan kecepatan penyebaran yang terlampau cepat, muncul banyak mitos dan persepsi di masyarakat mengenai virus ini. Karena bagaimanapun juga, masyarakat umum awalnya menganggap jika virus ini memiliki karakter yang mirip dengan MERS dan SARS.

Padahal Virus Corona ini tidaklah terlalu identik dengan keduanya. Hanya kecepatan dari penyebaran virus ini yang terlampau tinggi, dan tingkat keparahan gejala juga akan sepenuhnya bergantung pada kondisi tubuh, sehingga vitalitas dan motivasi untuk sembuh dari pasien akan sangat berpengaruh pada persentase kesembuhan pasien. Dari sekian banyak mitos yang beredar, setidaknya ada 23 mitos tentang Covid-19 menurut WHO yang perlu dibahas, karena mitos-mitos ini adalah yang paling sering terdengar di masyarakat luas.

Penggunaan Klorokuin atau Hidroksiklorokuin

Dalam klasifikasi obat, klorokuin tergolong dalam kelas obat 4-aminoquinoline. Klorokuin adalah obat malaria yang berperan untuk menghambat tumbuhnya parasit plasmodium. Parasit ini sendiri, yang merupakan penyebab dari malaria, bekerja dengan merusak sel darah merah. Sehingga tidak heran jika penderita malaria memiliki gejala anemia yang menyertainya.

Hingga saat ini, sebenarnya belum ada penelitian yang valid dan dapat dipertanggung jawabkan mengenai khasiat klorokuin atau hidroksiklorokuin dalam pengobatan Covid-19. Meskipun obat ini bekerja sebagai penghambat pertumbuhan parasit, namun patut dicatat jika sebuah obat hanya akan bekerja secara spesifik. Sehingga penggunaannya sendiri patut dipikirkan berkali-kali.

Penggunaan obat ini juga harus berdasarkan resep dokter. Karena selain termasuk dalam golongan obat keras, klorokuin adalah obat-obatan dengan efek samping berat yang sangat merepotkan jika ditangani sendirian. Sehingga ada baiknya jika penggunaan obat klorokuin diawasi oleh tenaga kesehatan secara intensif.

Penggunaan Dexamethasone

Banyak masyarakat yang berpikir jika dexamethasone adalah obat dewa. Namun sebenarnya dexamethasone adalah obat golongan kortikosteroid yang beekhasiat untuk mengurangi peradangan serta menurunkan sistem kekebalan tubuh, sehingga obat-obatan yang masuk ke dalam tubuh bisa bekerja lebih baik. Obat ini bisa juga digunakan untuk meredakan alergi.

Dexamethasone adalah obat keras yang harus berada di bawah pengawasan tenaga kesehatan, khususnya dalam beberapa kasus yang parah seperti kanker atau auto imun. Penghentian dexamethasone setelah penggunaan dalam jangka panjang juga harus dilakukan secara bertahap. Karena idealnya, dexamethasone hanya akan diberikan jika manfaat yang akan didapatkan lebih besar dari efek sampingnya.

Dalam penyembuhan Covid-19, dexamethasone sendiri hanya menunjukkan khasiatnya pada pasien yang sudah menggunakan ventilator. Injeksi harian sebanyak 6 miligram selama 10 hari tercatat bisa membantu penyembuhan.

Tidak ada data yang valid jika obat ini ikut membantu penyembuhan pasien Covid-19 dengan gejala ringan atau sedang, bahkan ada baiknya kita untuk menghindari obat ini jika memungkinkan. Karena sekalipun tidak begitu serius, namun efek samping obat ini cukup mengganggu. Seperti halnya bertambahnya nafsu makan, pusing, sakit perut, serta gangguan tidur.

Manfaat Suplemen dalam Pengobatan

Sejatinya suplemen dibutuhkan ketika seseorang sedang kekurangan vitamin atau mineral di dalam tubuh, atau saat seseorang sedang mengonsumsi obat-obatan yang rawan menimbulkan defisiensi vitamin serta mineral seperti obat kemoterapi atau obat TBC.

Namun tentu dalam keadaan yang tidak menentu seperti ini, banyak orang-orang yang sedikit melebihkan asupan vitamin dan mineral untuk menjaga kesehatan tubuh. Meskipun tidak salah, tetapi jika dilakukan secara berkala sehingga menimbulkan surplus dalam waktu yang lama, efek samping dari kelebihan vitamin dan mineral malah akan berbalik pada tubuh kita sendiri.

Tapi tentunya, kondisi ini cukup berbeda jika kita sedang melawan sebuah penyakit, seperti halnya Covid-19. Perlu digarisbawahi jika suplemen hanya berfungsi sebagai booster bagi sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh kita bisa melawan virus yang menginfeksi secara alamiah. Untuk mempercepat proses penyembuhan ini juga digunakan anti virus, yang secara spesifik memang dikhususkan untuk memberantas virus yang berhasil menginfeksi tubuh manusia.

Penggunaan Antibiotik

Obat-obatan modern bekerja secara spesifik, sehingga penggunaan antibiotik pada pengobatan Covid-19 sebenarnya adalah hal yang opsional dan bisa ditunda. Karena antibiotik secara spesifik hanya bekerja pada bakteri. Perbedaan jenis bakteri juga akan berpengaruh pada jenis antibiotik yang akan didapatkan. Belum lagi ada antibiotik yang lebih banyak dipakai untuk melawan satu penyakit secara spesifik, seperti halnya rifampicin yang sangat sering dipakai untuk mengobati tuberkolosis.

Sementara antivirus hanya akan bekerja pada virus, dan prinsip yang sama juga bekerja pada anti parasit serta anti jamur. Tapi perlu dicatat jika Covid-19 sendiri adalah penyakit yang membuat tubuh pasien rawan terinfeksi sebuah bakteri, karena imun tubuh yang sedang fokus untuk memerangi Virus Corona.

Sehingga jika telah didiagnosis terinfeksi sebuah bakteri, maka tidak ada salahnya untuk mengonsumsi antibiotik sesuai dengan resep dokter. Namun jika belum didiagnosis terinfeksi sebuah bakteri, ada baiknya untuk menyisihkan antibiotik terlebih dahulu dari daftar obat yang akan dikonsumsi untuk mengurangi efek samping yang nanti didapatkan.

Karena di luar negeri, setidaknya ada beberapa negara yang hanya fokus untuk memakai anti virus dan vitamin dalam pengobatan Covid-19, salah satunya adalah Turki. Di sana mereka hanya fokus pada pemberian anti virus serta vitamin, dan hanya memberikan obat pereda gejala jika memang dibutuhkan.

Alkohol dan Pemutih

Alkohol sendiri terdiri dari tiga macam, yaitu etanol, isopropil alkohol dan metanol. Alkohol yang biasa dan aman untuk dikonsumsi manusia dalam konsentrasi dan porsi tertentu adalah etanol. Karena jika terlalu banyak mengonsumsi etanol, maka kemungkinan keracunan etanol dan terjangkit berbagai penyakit yang mengintai akan semakin tinggi.

Sementara isopropil alkohol tidak aman untuk diminum, namun bisa digunakan sebagai bahan campuran pembersih tangan layaknya hand rub atau hand sanitizer. Isopropil alkohol juga akan memberikan sensasi dingin pada bagian yang bersentuhan langsung. Lalu metanol sendiri, karena sifatnya yang beracun, biasa digunakan sebagai pelarut cat atau kebutuhan industri lainnya.

Sementara itu, dalam konteks ini pemutih yang dimaksud adalah sebuah cairan yang digunakan untuk melunturkan noda pada kain. Karena tentu pemutih wajah akan berbeda kandungan dengan pemutih kain.

Dewasa ini, tersebar rumor yang mengatakan jika alkohol ataupun pemutih dapat melindungi serta membantu penyembuhan pasien Covid-19. Namun sebenarnya, rumor itu sama sekali tidak terbukti. Konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama varian yang tidak bisa dikonsumsi, hanya akan membahayakan nyawa. Hal yang sama juga berlaku pada konsumsi pemutih, karena cairan ini hanya akan melukai organ-organ di sistem pencernaan.

Penambahan Merica, Paprika dan Cabai

Baik itu merica putih ataupun hitam memiliki khasiat yang mirip, karena kedua komoditi ini berasal dari tanaman yang sama. Merica juga memiliki khasiat anti radang dan antioksidan, serta memiliki sifat yang hangat untuk tubuh, khususnya untuk seluruh organ pada sistem pencernaan. Merica juga bisa membuat cita rasa masakan menjadi lebih dalam dan hangat, sehingga cocok untuk memulihkan kondisi tubuh ketika sakit.

Di sisi lain, Paprika merupakan salah satu buah yang memiliki banyak manfaat dan bisa menyedapkan makanan. Paprika diketahui mengandung banyak antioksidan dan bisa menjaga kesehatan mata, serta mengandung capsaicin yang memiliki efek anti radang dan memberikan sensasi pedas. Meskipun memiliki capsaicin, namun kandungannya tidak sebanyak cabai. Sehingga rasa pedas pada paprika tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan cabai.

Lalu bahan ketiganya adalah cabai. Bahan makanan satu ini biasanya akan memberikan sensasi pedas pada makanan, meskipun ada juga jenis cabai dengan rasa manis di mancanegara. Cabai memiliki capsaicin yang lebih banyak dari paprika, sehingga rasanya akan lebih pedas. Selain capsaicin, cabai juga kaya akan berbagai vitamin dan mineral yang berfungsi untuk menjaga kekebalan tubuh. Cabai juga diketahui ampuh untuk melegakan hidung yang tersumbat, dan sensasi pedasnya bisa membuat kita segar kembali.

Meskipun ketiga bahan tadi memiliki khasiat anti radang dan bersifat hangat, namun ketiga bahan ini hanya berguna dalam menunjang kesehatan seseorang, serta membantu penyembuhan pasien Covid-19. Ketiga bahan ini tidak bisa dijadikan senjata utama dalam memerangi Covid-19, sehingga ada baiknya untuk mengonsumsi ketiga bahan ini sewajarnya, terutama cabai yang bisa menimbulkan masalah pencernaan dalam jangka waktu yang singkat.

Nyamuk dan Lalat

Kedua serangga ini adalah salah satu yang paling sering disebut dalam dunia kesehatan. Selain menjadi indikator kebersihan lingkungan, kedua serangga ini juga menjadi agen penularan dari banyak sekali penyakit, seperti halnya malaria dan berbagai masalah pencernaan ringan hingga berat.

Namun dibalik peran nyamuk dan lalat sebagai agen penularan, kedua serangga ini nyatanya belum terbukti secara konkret bisa menyebarkan Virus Corona. Lagipula virus ini adalah virus yang menular melalui percikan saliva, sehingga cara terbaik untuk mencegah penularan Virus ini adalah penerapan 5M yang telah lama dipaparkan oleh pemerintah.

Disinfeksi Tubuh

Pada awal pandemi, masyarakat dan pemerintah melakukan berbagai cara untuk mencegah terinfeksi oleh Covid-19, salah satunya adalah disinfeksi secara rutin. Mulai dari segala permukaan yang sering disentuh oleh tangan, jalanan, hingga tubuh disemprot oleh disinfektan untuk menjamin kesterilan seseorang. Namun pertanyaannya, apakah hal ini, terutama disinfeksi tubuh adalah hal yang efektif dan aman?

Sebenarnya kegiatan ini adalah sesuatu yang sangat beresiko, bahkan nyaris tidak aman. Karena kebanyakan cairan disinfektan bersifat korosif untuk kulit, sehingga rawan terjadi iritasi. Bahkan dalam disinfeksi tubuh secara menyeluruh, meskipun dilakukan sambil menutup mata, namun resiko iritasi pada mata masih cukup tinggi.

Karena nyatanya, kelopak mata hanyalah kulit tipis yang berfungsi untuk melindungi, mengistirahatkan, serta melembapkan bola mata. Akan menjadi masalah yang merepotkan jika kelopak mata kita sampai mengalami iritasi karena terpapar cairan disinfektan secara langsung.

Sinyal 5G Tidak Menyebarkan Virus Corona

Virus adalah senyawa organik. Sehingga logikanya, virus tidak mungkin menyebar melalui pancaran sinyal. Karena sekalipun sama-sama kasat mata, namun sinyal bukanlah sesuatu yang bisa ditumpangi oleh virus sebelum berhasil menginfeksi manusia. Cara terbaik dalam pencegahan penyebaran Virus Corona adalah penerapan 5M oleh masyarakat, dan pemerintah yang gencar melakukan kegiatan 3T.

Virus Corona Hidup di Semua Suhu dan Iklim

Saat awal menyebar, banyak masyarakat di wilayah tropis yang sesumbar jika Virus Corona tidak akan sampai ke tempat panas. Namun pada akhirnya, penyebaran virus ini menyebar ke semua negara, baik itu negara sub-tropis ataupun tropis seperti Indonesia.

Rutin mandi air panas juga tidak terbukti bisa melindungi kita dari virus ini. Sebaliknya, jika kita mandi memakai air yang terlalu panas ataupun dingin, malah akan membawa rasa tidak nyaman pada kita. Baik itu kulit melepuh hingga iritasi dan luka bakar, ataupun harus menggigil karena mandi memakai air yang terlalu dingin.

Tahan Napas 10 Detik

Tempo hari beredar kabar mengenai diagnosa mandiri dari kondisi paru-paru. Caranya sendiri sangat sederhana, yaitu dengan menahan napas selama 10 detik. Jika kita bisa menahan napas selama itu tanpa ada gangguan dan rasa tidak nyaman sedikitpun, berarti kita masih bebas dari infeksi Covid-19.

Tapi sebenarnya, kondisi ini tidaklah sepenuhnya benar. Karena diagnosis Covid-19 tidak bisa ditegakkan hanya dengan metode seperti ini. Dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis. Metode ini juga memiliki cakupan yang terlalu luas, karena rasa tidak nyaman pada paru-paru bisa disebabkan oleh banyak sekali hal. Seperti halnya kondisi paru-paru saat terinfeksi TBC, ataupun kondisi pasca asma yang kambuh.

Mesin Hand Dryer

Mesin ini biasanya selalu tersedia di dekat wastafel restoran cepat saji, ataupun di berbagai restoran lainnya. Tapi sebenarnya, hanya dengan mengandalkan suhu panas yang tidak seberapa, mesin ini tidaklah efektif dalam membunuh Virus Corona, kecuali jika sebelumnya kita telah mencuci tangan dengan sabun di bawah air mengalir selama 20 detik.

Penggunaan Lampu UV

Meskipun bisa dipakai sebagai disinfektan, namun penggunaan lampu ultraviolet pada manusia dan hewan bisa menimbulkan iritasi kulit dan mata, bahkan berpotensi menimbulkan kanker. Selain itu, penggunaan lampu ini juga tidaklah efektif dalam upaya disinfeksi pada tubuh mahluk hidup. Jika ingin mendisinfeksi ruangan memakai lampu ini, ada baiknya untuk memastikan ruangan tersebut steril dari keberadaan mahluk hidup guna meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan.

Covid-19 Menyerang Semua Orang

Sebagai salah satu mikroba, virus bukanlah mahluk yang pandang bulu dan bisa menyerang siapapun tanpa terkecuali. Sama halnya dengan Virus Corona ini, meskipun tentunya reaksi tubuh setiap orang akan berbeda, karena keadaannya juga tidak ada yang sama persis.

Orang-orang yang sehat dan bugar mungkin tidak akan menunjukkan gejala yang berarti, atau bahkan tidak akan menunjukkan gejala sama sekali. Lain halnya dengan orang-orang yang sudah lanjut usia, serta orang-orang yang memiliki imun tubuh yang kurang baik. Kemungkinan mereka mengalami gejala yang lebih berat terhitung besar, sehingga ada baiknya di saat seperti ini, kita harus saling melindungi orang-orang terdekat kita dengan disiplin menerapkan 5M.

Bawang Putih dan Corona

Tidak hanya sedap, bawang putih juga memiliki berbagai khasiat lainnya seperti melancarkan peredaran darah, serta bersifat anti radang, juga bisa dipakai untuk meringankan batuk dan pilek.

Meskipun memiliki semua manfaat itu, bawang putih nyatanya hanya membantu imun tubuh agar tetap prima, terutama saat terjangkit Covid-19. Bawang putih tidaklah efektif dalam melindungi kita dari serangan Covid-19.

Sehingga untuk kesembuhan yang lebih cepat, ada baiknya kita untuk tetap mengonsumsi anti virus yang telah diresepkan dokter sesuai dengan aturan pakai. Lalu untuk menghindari terpapar oleh Virus Corona, selain meningkatkan imunitas tubuh, kita juga harus tetap disiplin dalam penerapan 5M.

Penggunaan Air Garam pada Hidung

Tidak ada bukti yang konkret dalam hal ini. Sekalipun bisa membuat kita merasa sedikit lebih ringan, namun rutin mencuci hidung memakai air garam atau saline hanya akan mempercepat pemulihan dari flu biasa.

Rutin mencuci hidung tidak terbukti akan melindungi kita dari Virus Corona, ataupun mempercepat pemulihannya. Lalu secara umum, langkah ini juga bukanlah sesuatu yang terbukti dalam mencegah infeksi pada pernapasan.

Olahraga Memakai Masker

Banyak orang yang kebingungan dengan hal ini. Tetapi berolahraga memakai masker bukanlah sesuatu yang dianjurkan, terutama jika intensitas olahraga yang akan dijalani terhitung berat.

Selain mempercepat rasa lelah dan sesak, penggunaan masker ketika berolahraga berpotensi memunculkan bakteri. Karena saat bagian dalam masker kita basah oleh keringat, saat itulah resiko tumbuhnya bakteri meroket, karena bagian dalam masker juga akan menjadi sangat lembap.

Seputar Kebersihan Tangan

Hal pertama yang paling beresiko dalam masa pandemi ini adalah penggunaan sarung tangan. Karena kita bisa lupa jika permukaan sarung tangan kita sebenarnya kotor, sehingga kita bisa menyentuh area wajah tanpa melepas sarung tangan terlebih dahulu. WHO juga menyarankan jika rutin mencuci tangan lebih baik daripada memakai sarung tangan.

Lalu kandungan alkohol atau isopropil alkohol pada hand sanitizer sepenuhnya aman, baik itu secara medis ataupun agama. Karena dalam hand sanitizer, penggunaan alkohol ini bertujuan untuk kesehatan dan tidak dikonsumsi.

Lalu dalam sisi medis, alkohol justru menjadi unsur penting dalam disinfeksi tangan. Dalam produk pembersih tangan, setidaknya harus mengandung alkohol sebanyak 60%. Sifat alkohol yang bisa mengiritasi juga akan tertutupi oleh kandungan gliserin, sehingga semakin aman untuk kulit.

Penularan Melalui Sepatu

Hal ini memang memungkinkan, berhubung Virus Corona memang bisa bertahan di atas permukaan benda mati selama beberapa hari. Namun penularan lewat sepatu juga bisa kita minimalisir sebaik mungkin, seperti dengan menjauhkannya dari jangkauan balita, juga rutin menyemprot permukaan sepatu dengan disinfektan, khususnya sneaker yang mengharuskan kedua tangan kita melakukan kontak langsung dengan sepatu.

Penggunaan Masker Medis dalam Jangka Panjang

Ada rumor yang mengatakan jika penggunaan masker medis bisa membuat kita keracunan karbon dioksida atau kekurangan oksigen. Namun sebenarnya ini tidaklah benar, terutama jika kita hanya memakai satu masker medis saja.

Selama kita memakai masker medis dengan benar, yaitu hanya menyisakan sedikit saja celah untuk saluran pernapasan, maka kita tidak akan merasa sesak. Pastikan juga kondisi masker tidak lembap dan basah untuk menghindari kemungkinan munculnya bakteri dan jamur.

Berenang

Sebenarnya belum ada penelitian yang pasti tentang ketahanan Virus Corona di dalam air. Tapi beda halnya dengan virus yang bertahan di air kolam renang. Karena air kolam renang biasanya mengandung klorin, yang juga biasa dipakai sebagai disinfektan.

Namun tidak berarti kita tidak akan tertular selama berkunjung ke kolam renang. Setidaknya kita harus bisa menghindari kerumunan dan menjaga jarak. Lalu jika sudah selesai berenang dan membilas tubuh, jangan lupa untuk kembali memakai masker.

Angka Kesembuhan Tinggi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, karakter dari SARS-CoV-2 ini cukup berbeda dengan MERS ataupun SARS. Di saat kedua penyakit tersebut memiliki keganasan yang lebih parah, namun kedua penyakit ini tidaklah menyebar secepat Covid-19.

Lain halnya dengan SARS-CoV-2, yang menyebar dengan sangat cepat, namun tidak lebih buas dari kedua saudaranya itu. Meskipun tidak menutup kemungkinan jika Covid-19 bisa berakibat fatal, namun angka kematian karena virus ini jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan MERS ataupun SARS. Sehingga ada baiknya agar pasien Covid-19 tidak terlalu khawatir, dan fokus untuk sembuh dan bisa kembali berkumpul dengan keluarga tercinta.

Penggunaan Thermal Scanner

Alat ini biasanya digunakan di bandara ataupun pelabuhan. Sesuai arti dari namanya, alat ini berguna untuk mendeteksi panas dari objek yang melewatinya. Namun tidak berarti jika seseorang ketahuan demam dari thermal scanner, maka orang itu telah terinfeksi Covid-19.

Butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk menegakkan diagnosa, karena nyatanya demam merupakan tanda jika imun tubuh sedang bekerja keras untuk memusnahkan zat asing dari tubuh. Sehingga sungguh tidak elok jika kita memukul rata orang-orang yang sedang terserang demam dengan mengatakan jika orang itu telah terinfeksi Covid-19.

Dari semua mitos yang juga telah menyebabkan banyak sekali kebingungan dan rasa was-was, dengan penjelasan pada artikel ini, diharapkan agar kita tidak lagi kebingungan dengan upaya pencegahan Virus Corona yang telah menyerang sejak penghujung tahun 2019 ini.

Karena dengan mengetahui fakta dan karakteristik Virus Corona, setidaknya kita bisa mengambil langkah yang tepat dan aman untuk diri sendiri dan orang tercinta di sekitar kita. Dengan adanya artikel ini juga diharapkan kita bisa meminimalisir rasa was-was yang terus menghantui. Karena semakin dalam kita mengetahui sesuatu, kita bisa mengendalikan emosi dan mengambil langkah yang tepat untuk mencegah ataupun memulihkan suatu keadaan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *