Makanan khas Betawi sangat mudah dijumpai di Jakarta. Ini tentunya karena etnis Betawi paling banyak ditemui di Jakarta. Makanan-makanan khas Betawi sangat dilestarikan untuk tetap menjaga kebudayaan dan tradisi mereka. Di Jakarta kamu akan mudah untuk menemukan makanan khas Betawi yang beragam, misalnya saja gabus pucung, laksa Betawi, soto Betawi dan lainnya. Hal ini dikarenakan banyak kedai atau warung makan yang menyajikan menu makanan khas Betawi ini.
Jakarta memang unik, karena tidak bisa hanya mewakili etnis penduduk asli, yaitu Betawi, tetapi juga sebagai rumah berbagai suku, budaya dan etnis lain yang hidup di Jakarta atau Batavia. Terciptanya makanan khas Betawi tentu memiliki sejarah panjang berabad-abad lalu. Dahulu Batavia (penyebutan wilayah Betawi di zaman penjajahan) memang berpusat di wilayah Jakarta. Batavia dijadikan pusat transit perdagangan dari China dan Timur Tengah.
Dahulu para saudagar perdagangan tersebut akan datang di Pelabuhan bernama Sunda Kelapa. Pelabuhan ini terkenal karena posisinya strategis untuk dapat menerima transit dari berbagai negara, khususnya China dan Timur Tengah. Dari adanya transit ini banyak para imigran China dan Arab yang tinggal di Batavia. Tentunya ini akan mempengaruhi budaya dan tradisi yang ada di Batavia. Seperti contoh adanya siangko (penutup kepala dengan juntaian berwarna keemasan) yang merupakan akulturasi budaya dari China dan Arab. Warna keemasan dipengaruhi oleh pakaian-pakaian khas China sedangkan cadar penutup yang menjuntai dipengaruhi oleh budaya Arab yang tidak memperbolehkan wanita yang belum sah dilihat oleh sang calon suami.
Selain pada pakaian Adat, pengaruh dari China dan Arab juga terdapat pada makanannya. Makanan Betawi dengan menggunakan rempah yang banyak tentu dipengaruhi dari makanan-makanan Arab atau Timur Tengah. Selain itu adanya penggunaan tahu dalam sebuah makanan ternyata merupakan akulturasi dari makanan China. Bagi kamu yang ingin mengetahui apa saja makanan khas Betawi yang memiliki ragam cita rasa, berikut 27 makanan khas Betawi yang nikmat untuk disantap.
Kerak Telor
Siapa sih yang nggak tahu dengan kerak telor? Kerak telor ini merupakan hidangan yang disajikan dengan menggunakan nasi ketan yang dicampur dengan telur. Penyebutan “telor” pada kerak telor disebabkan karena adanya penyebutan dialek Betawi sehingga mengalami perubahan vocal “u” menjadi “o”. Selain itu penyebutan “kerak” disebabkan karena proses memasaknya sampai benar-benar kering menyerupai kerak (nasi kering). Tetapi, tidak sepenuhnya tekstur kerak telor sangat keras seperti nasi kering. Tekstur kerak telor akan terasa krispi di luar dan lembut di dalam. Saat membeli kerak telor di Jakarta kamu dapat memilih pilihan telur yang akan kamu gunakan, bisa telur bebek ataupun telur ayam. Tentunya kedua telur ini tetap akan nikmat saat disantap.
Pada makanan kerak telor kamu akan menemukan taburan bawang goreng dan serundeng yang ditaburi di atas makanannya. Serundeng ini terbuat dari kelapa yang disangrai yang kemudian dicampur dengan bumbu-bumbu seperti bawang merah, bawang putih, ketumbar, daun salam, daun jeruk dan bumbu tambahan lainnya. Percampuran antara serundeng dan beras ketan ini tentu saja merupakan perpaduan yang cocok dan akan mengguncahkan lidah mu.
Terciptanya makanan kerak telor ini dipercaya karena kawasan Jakarta, terutama Menteng merupakan salah satu daerah dengan ketersediaan pohon kelapa yang cukup banyak dan tumbuh dengan subur. Dari adanya banyak pohon kelapa ini, kalangan masyarakat di sana dengan sengaja memanfaatkan kelapa sebagai bahan campuran untuk membuat makanan. Selain dari penggunaan serundeng kelapa, menurut jurnal Universitas Bunda Mulia oleh Yudhiet Fajar Dewantara kerak telor ini dipengaruhi oleh makanan omlette yang banyak ditemui saat kolonial Belanda masuk ke Batavia. Maka dari itu kerak telor sekilas mirip dengan omlette.
Asinan Betawi
Makanan khas Betawi selanjutnya adalah Asinan Betawi. Sesuai dengan namanya asinan Betawi merupakan jenis asinan yang berasal dari Betawi. Dalam rasa asinan ini kamu akan merasakan asam, asin, manis, dan pedas menjadi satu. Walau sebenarnya rasa pedas merupakan preferensi setiap individu, tetapi pedas dinyatakan harus hadir dalam makanan asinan Betawi.
Perpaduan berbagai rasa inilah yang merupakan ciri khas dari asinan. Tetapi yang membedakan asinan Betawi dengan asinan lainnya, tentunya karena jenis isian yang berbeda. Pada asinan Betawi terdapat isian sayuran seperti touge, potongan tahu, selada, sawi asin, wortel, kol, ketimun, mie kuning dan yang terpenting adalah campuran kacang tanah. Kuah atau bumbu dari asinan ini haruslah kuah yang terbuat dari kacang tanah yang dihaluskan. Inilah yang menjadi ciri khas dari makanan asinan Betawi. Dalam asinan ini yang menjadi ciri khas selain bumbunya adalah kerupuk. Kerupuk yang digunakan adalah kerupuk merah jambu yang biasa disebut kerupuk pasir. Tetapi ada juga yang menyajikan kerupuk mie kuning sebagai tambahan pada asinan Betawi ini.
Sedangkan pada asinan lainnya, lebih cenderung menggunakan buah-buahan, kemudian kuah tanpa bumbu kacang namun rasanya pedas. Juga, tidak disertakan dengan tambahan kerupuk di atasnya. Hidangan seperti ini bisa kamu temukan pada asinan Bogor.
Mengapa disebut dengan asinan? Istilah asinan ini ternyata mengacu pada proses pembuatan makanan yang dilakukan dengan pengawetan dengan perendaman sayuran dalam larutan air dan garam (proses pengasinan) atau dalam larutan air dan cuka (proses pengasaman). Itulah mengapa rasa dari asinan Betawi ini asam dan asin yang menjadi satu.
Banyak yang berpendapat bahwa campuran makanan khas Betawi ini merupakan hasil akulturasi Budaya Betawi dengan Cina dan memiliki kombinasi rasa pedas, manis, asam, dan gurih yang dapat mengejutkan rongga mulut kamu. Terutama pada isian potongan tahu di dalamnya. Penggunaan tahu ini karena adanya pengaruh masakan Cina yang hadir di Batavia. Tah heran bila asinan Betawi menjadi salah satu makanan khas Betawi yang digemari masyarakat luas tidak hanya di Jakarta tapi di seluruh Indonesia.
Soto Betawi
Soto Betawi juga menjadi ciri khas makanan Betawi. Soto Betawi merupakan hidangan sop berkuah yang diisi dengan isian daging sapi maupun jeroan. Seperti pada asinan Betawi, soto Betawi juga berbeda dengan soto-soto yang lainnya. Perbedaan yang terletak pada soto Betawi adalah karena kuah yang digunakan menggunakan santan dengan tambahan susu yang membuat soto Betawi ini menjadi sangat gurih. Bila ditelusuri lebih lanjut kuah soto Betawi ini dipengaruhi oleh budaya masakan Arab yang menggunakan olahan susu pada hidangannya. Makanan khas Betawi ini akan terasa lebih nikmat bila disajikan saat masih hangat.
Istilah kata ‘soto’ pada makanan ini tak lepas dari pengaruh Tionghoa. Ada yang mengatakan bahwa soto merupakan makanan khas Tionghoa yang bernama ‘caudo’ dan mengalami asimilasi bahasa di Indonesia sehingga disebut soto atau coto. Di negara asalnya, caudo merupakan makanan berkuah dengan rempah yang berisi jeroan dan daging sapi. Namun perlu dicatat, hidangan soto Betawi tidak sama persis dengan caudo. Bumbu rempah yang digunakan dalam soto Betawi tentunya mengalami penyesuaian di Indonesia. Apalagi dengan ditambahnya emping sebagai penambah gurih pada soto Betawi.
Modifikasi soto Betawi juga ada yang menyesuaikan untuk para penderita kolesterol atau pengguna program diet. Beberapa kedai tidak menyajikan soto Betawi dengan santan, tetapi digantikan dengan susu low fat (rendah lemak) untuk mengurangi kadar lemak pada soto Betawi ini. Jadi, kamu tidak perlu ragu untuk konsumsi soto Betawi, karena modifikasi dengan susu rendah lemak sudah terdapat di beberapa kedai.
Nasi Ulam
Pastinya sudah banyak orang yang mengetahui bahwa nasi ulam ini berasal dari Betawi. Nasi ulam sebenarnya adalah nasi yang dicampur dengan berbagai lauk pauk serta siraman kuah semur yang nikmat. Pada nasi ulam tentunya akan diberikan serundeng yang menjadi ciri khasnya. Makanan khas Betawi satu ini memang tergolong mirip dengan nasi uduk, tetapi nasi ulam lebih cenderung menggunakan lauk pauk yang berlimpah serta adanya tambahan serundeng di atasnya. Pembeda lainnya dengan nasi uduk, nasi ulam tidak menggunakan santan dalam proses memasaknya.
Makanan khas Betawi satu ini juga dipercaya telah dipengaruhi oleh kuliner-kuliner Tionghoa dan Arab yang akhirnya masuk kawasan Melayu, seperti halnya nasi kebuli. Hal ini tentunya dari segi campuran pada isian nasi ulam. Daerah Melayu di Malaysia juga terdapat hidangan nasi ulam. Modifikasi nasi ulam terdapat pada kuah. Ada yang menyajikan dengan kuah basah tetapi ada juga yang menyajikan dengan kuah kering. Sajian nasi ulam tidak lengkap bila tidak dicampur dengan daun pegagan atau daun kemangi yang menambah sensasi nikmat dalam setiap suapan kamu.
Gabus Pucung
Makanan gabus pucung merupakan hidangan eksotik dari Betawi. Hidangan ini sudah ada sejak dahulu kala dengan memiliki warna hitam yang memikat mata. Warna hitam dihasilkan dari rempah bernama kluwek. Makanan khas Betawi satu ini menyajikan ikan gabus di dalamnya. Itulah sebabnya nama gabus pucung merupakan gabungan dari ikan gabus dan pucung (kluwek) sebagai bumbunya.
Mengapa gabus menjadi inti pada hidangan ini? Yap, tentunya ini berhubungan dengan sejarah yang berkembang di masyarakat Betawi. Dahulu daerah Batavia masih banyak dijumpai rawa dan sawah sehingga banyak terdapat ikan gabus yang kemudian diolah menjadi sebuah hidangan. Begitupun dengan pucung atau kluwek yang banyak tumbuh di sekitar kali Ciliwung. Saat itu hidangan gabus pucung menjadi hidangan yang sering disantap masyarakat Batavia.
Tetapi, hidangan gabus pucung di Jakarta sudah mulai tersisih karena banyaknya gedung perkantoran. Makanan ini biasanya dapat ditemui di pinggiran Jakarta, misalnya di Sawangan, Pondok Cabe, Bekasi dan Depok. Proses masak yang ditemui dalam olahan gabus pucung terbagi menjadi dua. Ada yang disajikan dengan ikan gabusnya digoreng terlebih dulu, satunya lagi ikannya dioven kering. Proses memasak ikan dan kuah terpisah. Hal ini berguna untuk menjaga agar ikannya tetap bertekstur kenyal.
Masyarakat perkampungan Setu Babakan menyatakan bahwa gabus pucung bukan sekadar sajian makanan khas Betawi, tetapi sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari tradisi ‘nyorong” masyarakat Betawi. Nyorong yang artinya memberikan atau mengantarkan makanan dari anak kepada orang tua atau oleh menantu kepada mertua menjelang bulan puasa atau lebaran sebagai pengikat tali silaturahmi.
Soto Tangkar
Penggemar makanan khas Betawi tentunya sudah tahu kalau selain soto Betawi, ada juga hidangan bernama soto Tangkar yang menjadi identik dalam kuliner Betawi. Soto Tangkar ini merupakan makanan yang berwarna kekuningan dengan menyajikan isian tangkar (tulang iga) sapi. Lantas apa perbedaan soto tangkar dengan soto Betawi?
Perbedaan soto tangkar dan soto Betawi terletak pada kuahnya. Kuah soto Betawi berwarna putih yang berasal dari santan atau susu rendah lemak, sedangkan soto tangkar berwarna kuning kemerahan karena mengandung kunyit dan cabai. Bila dilihat dari isinya sebenarnya tidak jauh berbeda. Soto Tangkar berisi daging sapi, atau babat sama seperti soto Betawi. Namun di dalam soto Betawi tidak ada tulang iga atau tangkar pada hidangannya. Selain itu dalam soto tangkar tidak menggunakan potongan tomat seperti pada soto Betawi. Penggunaan tomat lebih cenderung ke preferensi masing-masing pembuatnya.
Sejarah singkat soto tangkar disebabkan karena zaman dahulu masyarakat Batavia hanya mampu membeli bagian tangkar saja, yang kemudian di olah menjadi hidangan bernama soto Tangkar. Saat dahulu juga banyak pekerja lokal yang mendapat bagian tangkar atau jeroan setelah para meneer Belanda mengadakan pesta. Sejarah ini tentunya sangat mempengaruhi keadaan soto Tangkar di Indonesia.
Laksa Betawi
Makanan khas Betawi selanjutnya adalah Laksa Betawi. Laksa memiliki warna kuah santan kekuningan yang disertai dengan isian potongan ayam, bihun, touge, kemangi, dan lontong atau ketupat. Laksa dianggap sebagai makanan yang turun dari Melayu dengan pengaruh Tiongkok. Keberadaan Laksa Betawi dianggap berbeda dengan laksa pada umumnya karena pemakaian bahan seperti ebi ke dalam kuahnya. Inilah yang menjadi inti adanya pengaruh etnis Tionghoa pada makanan khas Betawi satu ini. Penggunaan Ebi pada kuah laksa betawi menjadi pembeda dengan laksa Bogor.
Satu teori menyebutkan bahwa kata ‘’laksa’’ diambil dari bahasa Hindi atau Persia, yaitu ‘’lakhshah’’. Ini adalah sebutan untuk jenis mie licin yang sering digunakan dalam sup. Teori berikutnya kata ‘laksa’ merupakan serapan kata dari bahasa Sansekerta yaitu ‘’laksha’’, yang artinya ‘’seratus ribu’’. Arti kata ini yang kerap menjadi acuan mengapa semangkuk mie kuah itu disebut dengan ‘’laksa’’ karena cita rasanya yang memang kaya akan penggunaan banyak rempah.
Makanan khas Betawi satu ini merupakan hidangan berkuah yang berwarna kuning dengan aroma yang harum karena penggunaan banyak rempah ke dalamnya. Di antaranya yang khas adalah temu mangga. Temu mangga atau kunyit putih adalah sejenis rimpang mirip dengan temu kunci tetapi memiliki bentuk rimpang yang lebih gendut. Temu mangga ini akan tercium aroma seperti aroma daging buah mangga yang masih muda. Cita rasa dari temu mangga ini pun asam segar yang akan memberikan penyeimbang rasa pekat pada santan. Bisa dibilang, tanpa penggunaan temu mangga, laksa Betawi tidak akan komplit cita rasanya.
Bubur Ase
Bubur ase sangat dikenal karena ciri khas rasanya yang berbeda. Di dalam bubur ase akan menyajikan hidangan berupa bubur putih, asinan dan semur yang menjadi satu. Tentunya dalam satu porsinya akan merasakan tiga rasa sekaligus. Lezat bukan? Bubur ini juga sering disebut dengan bubur Betawi, karena akan selalu identik dengan budaya Betawi. Nama dari bubur ase ternyata juga dianggap unik. Istilah ‘ase’ pada bubur ini mengacu pada akronim dari asinan dan semur.
Munculnya bubur ase di daerah Betawi karena adanya percampuran dari Tionghoa. Penggunaan tahu, kecap, dan touge merupakan tanda adanya pengaruh kuliner Tionghoa. Selanjutnya juga ada pengaruh penamaan dari Eropa, yaitu Belanda untuk hidangan berkuah yang dimasak dengan waktu yang lama bernama ‘smoor’. Pengaruh kuliner Arab juga terdapat pada rempah semur yang berlimpah di dalamnya. Tiga perpaduan budaya bersatu dalam hidangan bubur ase ini.
Bubur ase ini tentu sangat berbeda dari bubur nasi lainnya yang kebanyakan menggunakan sumber protein dari daging ayam. Selain rasa istimewa dari perpaduan tiga budaya, bubur ase terasa sangat nikmat disantap bersama kuah ase dan asinan, ditambah dengan taburan kacang tanah goreng, kucai, kacang kedelai goreng, teri goreng, dan kerupuk. Kerupuk berciri khas betawi sudah pasti menggunakan kerupuk pasir berwarna merah jambu. Cita rasa asinan yang asam, pedas, dan segar menciptakan harmonisasi rasa yang sedap dengan kuah ase yang manis dan gurih. Kesimbangan rasa asam, gurih, pedas, dan manis yang pas menjadi rahasia kelezatan bubur ase ini. Taburan ikan teri, kacang tanah dan kerupuk semakin menyempurnakan cita rasanya. Kamu tidak akan menyesal bila menyantap makanan khas Betawi satu ini.
Semur Jengkol
Tampaknya makanan khas Betawi satu ini sudah banyak yang mengetahuinya. Semur jengkol biasa disajikan dengan nasi putih atau nasi uduk. Makanan satu ini memiliki warna kecoklatan dari rempah semurnya. Rasa yang cenderung manis juga bisa didapat dalam hidangan ini. Tak lupa nikmatnya jengkol yang bersatu dengan kuah semur akan menambah kelezatannya.
Seperti pada kuah semur bubur ase, istilah semur ini mengacu pada hidangan berkuah yang dimasak dalam waktu lama, yang dalam bahasa Belanda disebut dengan ‘smoor’. Penggunaan jengkol pada semur jengkol ternyata memiliki sejarahnya tersendiri. Jengkol sejak dahulu dimanfaatkan sebagai makanan, terlebih lagi karena pohonnya banyak tumbuh di pekarangan rumah orang Betawi. Pondok Gede dan Lubang Buaya misalnya, dahulu merupakan lokasi yang banyak menghasilkan buah jengkol. Ini tentu tak mengherankan jika semur jengkol di kedua daerah tersebut sangat terkenal kelezatannya. Orang Betawi cenderung memilih memanfaatkan segala yang ada di sekitarnya daripada harus jauh-jauh pergi ke kota untuk berbelanja bahan makanan.
Ayam Sampyok
Ayam sampyok merupakan salah satu makanan khas Betawi yang sering dijumpai dalam acara pernikahan suku Betawi. Hidangan ini terakulturasi dengan kuliner khas Tionghoa. Tampilan hidangan ayam sampyok sekilas mirip rendang, namun ayam sampyok ini memiliki rasa percampuran khas Tionghoa dan Betawi. Penamaan ‘sampyok’ pada makanan khas Betawi ini dikarenakan maknanya bermaksud ‘diguyur’ dengan bumbu.
Masyarakat Betawi juga kerap melestarikan makanan ayam sampyok di setiap hajatan, baik perkawinan, tujuh bulanan, ataupun sunatan. Teknik ayam sampyok ini tergolong unik, dengan membumbui ayam dua kali. Pertama ayam diberi bumbu lemon, didiamkan sampai menyerap. Lalu setelah itu, tumis lah ayam bersama bumbu halus sampai bumbu matang merata. Proses kedua, ayam dimasak dan diungkep (dipanggang atau dibakar) hingga berubah menjadi kecoklatan. Tentunya teknik ini juga yang mempengaruhi terkenalnya ayam sampyok saat acara tertentu saja.
Bumbu ciri khas dari makanan khas Betawi satu ini ialah dengan mengahdirkan bumbu kacang tanah goreng yang dihaluskan. Inilah tentu yang menjadikan ayam sampyok memiliki rasa yang sangat lezat. Tak lupa rempah seperti jahe, lengkuas, dan kunyit yang menjadi penting dalam masakan ini.
Sayur Babanci
Sayur babanci sering disebut juga sebagai ketupat babanci. Sayur babanci merupakan salah satu sajian andalan untuk mengisi meja Lebaran masyarakat Betawi. Namun, hidangan ikonik ini sudah mulai langka ditemukan karena disebabkan bahan dan rempah-rempah untuk membuat hidangan sayur babanci sudah sulit ditemukan di Jakarta, seperti kedaung, botor, tai angin (benalu berbentuk sulur yang berwarna kuning), lempuyang, temu mangga, temu kunci, dan bangle. Itulah mengapa sayur ini cukup sulit untuk ditemukan sehari-hari, hanya pada hari penting saja.
Perlu kamu ketahui bahwa sayur babanci ini walau menggunakan kata ‘sayur’ tetapi isiannya tidak menggunakan sayuran sama sekali. Makanan khas Betawi ini biasanya berisi dengan daging sapi. Umumnya yang digunakan adalah bagian pada bagian kepala, namun bisa juga menggunakan daging bagian lain. Sajian ini menggunakan daging kelapa muda sebagai salah satu bahan yang unik. Biasanya daging kelapa muda disajikan manis, tetapi di dalam sayur babanci disantap sebagai sajian yang gurih.
Penamaan sayur babanci dianggap berasal dari akronim Baba – Enci karena banyak masyarakat Betawi Tionghoa yang mendiami lokasi Betawi Tengah. Sayur babanci berwarna kuning – oranye yang menarik perhatian. Tentunya ini karena percampuran rempah yang ada di dalamnya, seperti kunyit. Sayur babanci identik bila disajikan dengan ketupat sehingga banyak disajikan pada lebaran tiba.
Sayur Godog
Makanan khas Betawi selanjutnya adalah sayur Godog. Sayur godog (sambal godog) ini sangat mudah ditemukan dalam perayaan Idul Fitri atau Idul Adha. Sayur godog juga sering disebut dengan sayur ketupat betawi, karena penyajiannya diutamakan bersama ketupat. Isian sayur godog biasanya menggunakan pepaya muda yang dipotong kecil-kecil. Namun, kamu juga bisa gunakan labu siam sebagai bahan utamanya. Hal ini dikarenakan rasa pepaya muda dan labu siam saat matang memiliki kemiripan dari segi tekstur dan rasa. Diberi nama sayur godog, karena prosesnya dengan ‘menggodog’ (merebus) sayuran sampai matang. Sayur semacam lodeh ini biasanya disajikan saat hari raya bersama ketupat. Ketupat dianggap menjadi penting sebagai pendamping sayur godog, karena untuk mengganti nasi. Sayur godog merupakan menu sederhana dengan bumbu rempah yang kaya dan mudah didapat. Rasa dari sayur godog ini sangat gurih karena adanya campuran santan yang kental.
Pada kuah sayur godog diberi campuran ebi dan kemiri untuk menjadi lebih nikmat. Tetapi, era saat ini penggunaan ebi tidak terlalu dominan karena sudah ada bumbu penyedap lainnya. Lalu isian dalam sayur godog juga tidak akan lupa pada kacang panjang. Sebenarnya dua bahan inti antara kacang panjang dan labu atau pepaya muda sudah dapat dinikmati, tetapi bila kamu ingin menambahkan dengan petai, udang, tempe, atau tahu, tentu boleh saja agar lebih kaya rasa.
Mie Juhi
Mie juhi atau sering disebut juga rujak juhi merupakan makanan khas betawi yang unik. Mie juhi juga dipengaruhi oleh masakan Tionghoa karena adanya ‘juhi’ di dalam makanan tersebut. Juhi adalah penyebutan dari etnis Tionghoa untuk cumi-cumi yang telah mengalami fermentasi dan dikeringkan. Dalam hidangan mie juhi, selain isian juhi yang menjadi inti ternyata juga menggunakan bahan-bahan yang sehat serta alami. Bahan-bahan tersebut diantaranya seperti kol, kentang, selada, dan timun menjadi bahan pelengkap pada makanan ini. Mie juhi ini memiliki rasa yang sangat nikmat. Kamu dapat merasakan sensasi pedas dari bumbunya. Seperti halnya ‘rujak’ pada umumnya, rujak juhi atau mie juhi ini menambahkan saus kacang sebagai bumbu penting dalam hidangan. Tanpa saus kacang, terasa kurang nikmat saat menikmati makanan ini.
Satu yang membedakan mie juhi atau rujak juhi dengan rujak lainnya, rujak juhi tidak menggunakan saus yang diolah menggunakan gula jawa, melainkan saus kacang yang segar. Walau sebenarnya ini bergantung selera si pembuat, apakah hendak manis atau segar. Saus kacang yang telah dibuat lalu disiram pada bagian atas mie juhi yang tentunya akan menambah selera saat kamu hendak mencobanya. Tidak ketinggalan juga kerupuk mie yang menjadi kudapan pelengkap pada makanan khas Betawi.
Sejauh ini memang makanan khas Betawi memiliki ciri khas berbeda dari makanan lainnya. Ini tentunya karena adanya akulturasi kuliner berbagai wilayah yang menjadikan makanan khas betawi memiliki karakteristiknya tersendiri. Rasanya, bukan hanya suku Betawi saja yang harus melestarikan makanan khas Betawi, kita sebagai masyarakat Indonesia juga harus ikut melestarikannya agar dapat dinikmati sampai anak cucu. Jangan sampai tersisih oleh makanan Barat yang masuk Indonesia. Tentunya ini juga berlaku pada makanan khas daerah lainnya.
Demikian informasi mengenai 13 makanan khas Betawi yang nikmat untuk disantap. Semoga bermanfaat.