Sejarah Air Minum Dalam Kemasan, Serta Tren Saat Ini

Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) memang sangat populer karena praktis, higienis, dan mudah ditemukan. Air minum kemasan biasanya dikemas dalam botol air plastik atau kaca. Di era sekarang air minum kemasan bukan merupakan hal baru lagi, melainkan suatu kebutuhan pokok yang mengisi daftar belanja bulanan.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), air kemasan merujuk pada air yang telah diolah dengan teknik khusus dan dikemas dalam botol atau kemasan lain yang telah memenuhi persyaratan air minum. Meskipun air kemasan sangat populer, namun mungkin banyak yang belum tahu sejarah panjang dari Air Minum Dalam Kemasan hingga mengalami perkembangan tren seperti sekarang.

Berawal Dari Masa Hindia Belanda

Perintis air minum dalam kemasan di Indonesia dimulai dari seorang pria Belanda bernama Hendrik Freerk Tillema. Ia adalah seorang pria kelahiran 1870 yang memperkenalkan Hygeia yaitu merek produk air minum kemasan pertama di wilayah Hindia Belanda.

Apapun Bumbunya, Tidak Pakai Pengawet

Produk ini pertama kali dijual ke masyarakat Hindia Belanda khususnya di Semarang tahun 1910-an. Airnya didapat dari air pegunungan di Jawa Timur. Produknya dipromosikan dengan cara yang cukup mewah. Tillema adalah orang pertama dalam sejarah Hindia Belanda yang menggunakan balon-balon gas untuk mengiklankan produk air kemasannya.

Akan tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat itu Indonesia masih mengalami penjajahan sehingga daya beli masyarakat masih di bawah rata-rata. Alhasil, harga air minum Hygeia dianggap terlalu mahal bagi orang pribumi sehingga usaha tersebut tidak berkembang.

Kemunculan Aqua

Setelah 60 tahun sejak Hygeia dipromosikan oleh Tillema, seorang penduduk Indonesia berinisiatif untuk mengikuti jejak bisnis tersebut. Tirto Utomo atau dengan nama Tionghoa dikenal sebagai Kwa Sien Biauw mulai memproduksi air minum kemasan dengan merek dagang Aqua.

Tirto Utomo mengeluarkan produk air minum melalui perusahaannya yang bernama PT. Aqua Golden Mississippi. Ini didirikan pada 23 Februari 1973. Tirto Utomo adalah lulusan fakultas hukum, Universitas Indonesia. Ia sempat bersekolah di HBS yang merupakan pendidikan menengah umum pada masa Hindia Belanda.

Ia mendirikan perusahaan Aqua bersama dengan adik iparnya Slamet Utomo dengan modal 150 juta rupiah. Pada awalnya merek produksi Aqua memproduksi air minum kemasan menggunakan air hasil galian sumur di Bekasi. Saat produksi pertama kali karyawan Tirto sudah berjumlah 38 orang, yang seluruhnya bekerja untuk menyaring dan meresap air untuk diolah dan dipasarkan.

Sempat Tidak Laku

Produksi Aqua terinspirasi dari orang Indonesia yang kala itu rentan mengalami diare dan sakit perut. Hal ini diyakini disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman yang kurang bersih. Bahkan gejala diare akut pernah dialami salah satu tamu penting Tirto Utomo. Ternyata tamu tersebut melakukan kesalahan besar yaitu minum air keran.

Hal inilah yang membuat Tirto berpikir bagaimana cara menyediakan air minum bersih dan sehat bagi masyarakat. Untuk meyakinkan idenya, Tirto Utomo membagikan keinginannya tersebut terhadap sahabat dekatnya yaitu Kang Ibrahim Martalogawa. Beruntungnya, sahabat Tirto Utomo mendukung ide tersebut hingga membulatan tekad Tirto untuk mendesain usaha air minum kemasan.

Tirto sudah membayangkan bagaimana komposisi air minum yang akan dibuat. Beberapa kriteria yang diinginkan oleh Tirto Utomo yaitu air minum kemasan tidak memiliki aroma, tidak berwarna, tidak mengandung gula, dan tanpa pengawet. Artinya Tirto ingin menghasilkan produk yang benar-benar bening dan sehat.

Produk Aqua telah mengalami penyinaran ultraviolet dan ozonisasi untuk memastikan produk yang akan diijual terbebas dari kontaminasi bakteri atau zat apapun. Sumber airnya juga didapatkan dari air pegunungan yang sudah dijamin bersih.

Tirto mewanti-wanti pegawainya dan keluarganya sendiri untuk menerapkan kebiasaan hidup sehat dan bersih di kantor maupun di rumah, sekecil apapun kebiasaan tersebut. Hal ini untuk membuat kesadaran masyarakat pentingnya meminum air bersih sebagai bagian dari pola hidup sehat.

Kala itu ia menggunakan botol berbahan kaca untuk kemasannya. Namun pasarnya sangat terbatas sehingga produknya kurang laku bahkan hanya dibeli oleh beberapa kalangan atas dan sedikit pekerja asing di Indonesia. Perlu diketahui bahwa orang asing memang terbiasa mengonsumsi air minum kemasan, namun kala itu mereka masih meragukan produk buatan Indonesia. Alhasil produk Aqua saat pertama kali rilis masih dianggap hal aneh, sulit diterima, dan tidak memiliki konsumen tetap.

Bahkan ketika pertama kali menjual air dalam kemasan, Tirto Utomo dianggap sebagai orang aneh. Pasalnya pada saat itu air putih memang melimpah dan dapat ditemukan secara gratis. Hal ini diperparah karena ide menjual air putih di dalam kemasan menawarkan harga yang lebih mahal dibandingkan bensin, yang saat itu menjadi bahan bakar utama dari berbagai transportasi.

Untungnya, dalam periode 1970-an, banyak pekerja kontraktor asing dari perusahaan Hyundai, Korea Selatan yang tengah mengerjakan proyek Tol Jagorawi. Pekerja-pekerja asing tersebut adalah pelanggan pertama Aqua. Kebiasaan meminum air kemasan saat pengerjaan proyek tersebut menular kepada pekerja lokal.

Lantaran air kemasan cukup praktis saat berada diluar rumah, maka beberapa orang perlahan mulai menerima air minum kemasan sebagai produk yang layak dikonsumsi. Air Minum Dalam Kemasan merek Aqua yang pertama kali dirilis adalah berukuran 950 ml dalam botol kaca dan dijual seharga 75 rupiah per botolnya.

Mulai Menggunakan Kemasan Plastik

Hingga tahun 1978, Tirto masih kesulitan menjual produk Aqua berbahan kaca sehingga ia mencoba menggunakan kemasan berbahan plastik. Ide inovatif ini membuat Aqua yang awalnya hanya bersifat lokal atau dijual di wilayah perkotaan saja, menjadi Aqua dengan botol plastik yang bisa menembus konsumen di wilayah-wilayah lain.

Dari botol plastik kecil, Tirto kemudian mulai membuat kemasan plastik lain yang lebih besar yaitu galon. Kemunculan galon Aqua bersamaan dengan dispenser. Kedua barang ini disediakan oleh Aqua. Uniknya dispenser saat itu disewakan oleh perusahaan, sementara galonnya dijual.

Dengan kemasan plastik, masyarakat Indonesia mulai menerima keberadaan Aqua, namun bisnis ini tampaknya menemui masalah lain. Masalahnya adalah penggunaan botol plastik diyakini tidak efektif karena menghasilkan limbah plastik yang terlalu banyak. Hal ini juga dibarengi dengan perkembangan industri plastik yang meningkat tajam sejak tahun 1960-an.

Masalah lain ialah bahan plastik dalam produk Aqua lebih mudah ditembus oleh aroma bau yang menyengat. Misalnya bila botol Aqua diletakkan di samping makanan berbau nyengat, maka akan membuat air di dalamnya ketularan bau. Biasanya bau tanah, minyak, detergen, dan durian sangat mudah menyusup masuk ke dalam botol Air Minum Dalam Kemasan.

Terlepas dari hal tersbeut, Aqua tetap mempertahankan penggunaan kemasan plastik dengan segala konsekuensinya. Dalam hal ini Aqua berkomitmen untuk bertanggung jawab terhadap persoalan pengolahan limbah plastik. Hingga di tahun-tahun berikutnya Aqua berkembang pesat dan mulai digandrungi, bahkan sempat dijadikan sebagai suatu simbol status dan merek bergengsi.

Diakuisisi Danone Prancis

Selanjutnya di tahun 1988, Tirto Utomo tidak lagi menjadi pemilik perusahaan utama dari PT. Aqua Golden Mississippi. Hal ini dikarenakan perusahaan tersebut diakuisisi oleh Danone Prancis yakni sebuah perusahaan multinasional yang bergerak melalui anak perusahaan bernama Danone Asia Holding Pte.

Namun Tirto utomo masih memegang sebagian saham di Aqua melalui PT. Tirta Investama. Dengan kerja sama dari perusahaan Danone, Aqua kemudian menjadi brand utama dari pasar air minum dalam kemasan di Indonesia. Perusahaan Aqua juga telah membuat Tirto Utoma dan keluarganya masuk ke daftar orang paling kaya di Indonesia.

Persaingan Pasar Air Minum Dalam Kemasan

Dengan keberadaan Aqua yang mulai diterima oleh masyarakat Indonesia, di tahun 2000-an awal, kemunculan merek-merek Air Minum Dalam Kemasan semakin banyak. Sebut saja Cleo, Vit, Club, Ades, Nestle dan baru-baru ini supermarket lokal juga memproduksi air minum tersendiri.

Menurut pendapat Ketua Umum Asosiasi Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin), Hendro Baroeno, saat ini pasar Air Minum Dalam Kemasan memang didominasi oleh pemain asing. Meski demikian di tahun 2014, merek Air Minum Dalam Kemasan Cleo yang sebenarnya sudah ada sejak tahun 2003, mulai menunjukkan popularitasnya. Hingga tahun 2014 saja Cleo di bawah naungan PT. Sariguna Primatirta telah memiliki 12 pabrik.

“Visi kami ingin menjadi perusahaan AMDK yang terdepan di Indonesia dan mampu bersaing dengan perusahaan global. Caranya dengan terus melakukan inovasi produk untuk menjaga pertumbuhan double digit setiap,” kata Komisaris Utama Sariguna Primatirta (CLEO), Hermanto Tanoko.

Penambahan pabrik adalah salah satu bukti nyata bahwa produsen lokal berusaha untuk ikut serta dalam persaingan industri Air Minum Dalam Kemasan. Dengan menambahkan pabrik maka akan meningkatkan kapasitas produksi, mengurangi beban operasional serta meningkatkan penjualan karena perusahaan telah memotong biaya dan jalur distribusi. Tak hanya Cleo, sejumlah daerah juga saat ini telah memiliki banyak perusahaan atau sekedar usaha lokal yang juga memproduksi Air Minum Dalam Kemasan.

Perlu diketahui, beberapa perusahaan asing yang bergerak dalam industri Air Minum Dalam Kemasan yang dimaksud adalah merek Aqua, Purelife, dan Club. Aqua merupakan perusahaan air minum dalam kemasan yang diproduksi dan dimiliki 99,79% sahamnya oleh PT. Tirta Investama, anak usaha dari Danone Grup yang bermarkas pusat di Eropa. Hebatnya, Aqua menguasai sedikitnya 40% dari pasar Air Minum Dalam Kemasan skala nasional.

Sementara, Purelife yang dimiliki oleh Nestle Grup mulai memasuki pasar Indonesia sejak tahun 2013. Selanjutnya, terdapat joint venture antara Indofood CBP Sukses Makmur dengan Asahi Group Holding Southeast Asia, yang melahirkan perusahaan PT. Asahi Indofood beverage Makmur (AIBM). AIBM juga ikut bersaing menjual Air Minum Dalam Kemasan dengan merek dagang CLUB.

Nilai akuisisi merk dagang CLUB tersebut mencapai 2,2 triliun rupiah. Tak heran jika CLUB dengan cepat menjadi merk Air Minum Dalam Kemasan yang juga favorit. Lebih lanjut, masih ada beberapa perusahaan asing yang turut bersaing seperti PT. Akasha Wira International yakni anak usaha dari Coca-Cola yang bermain dengan merek dagang ADES.

Tren Saat Ini

Kehadiran Air Minum Dalam Kemasan saat ini telah menjadi kebutuhan hidup yang sangat membantu masyarakat dari berbagai lapisan. Ini memudahkan seseorang memenuhi kebutuhan air setiap hari tanpa harus secara tradisional memasak air. Air Minum Dalam Kemasan juga dikaitkan dengan harapan masyarakat bahwa air ini dapat mencegah penyakit yang datang akibat konsumsi air yang kurang bersih.

Persaingan air minum dalam kemasan memang tidak ada hentinya. Oleh sebab itu banyak perusahaan yang menciptakan produknya dengan kemasan yang unggul. Misalnya kehadiran versi galon isi ulang atau sekali pakai, versi botol kaca premium, versi botol plastik dengan ukuran terkecil hingga terbesar sesuai kebutuhan pasar, serta beberapa perusahaan menjual versi kaleng untuk mengurangi penggunaan limbah plastik.

Uniknya, tren Air Minum Dalam Kemasan tidak lagi hanya berkutat terkait kemasan saja. Kini tren air yang digunakan bukan lagi versi air putih (demineral) dan air mineral, namun juga menyajikan jenis air lainnya yakni air beroksigen dan air dengan pH tinggi (air alkali). Air putih atau tanpa mineral adalah air yang menghilangkan kandungan mineralnya saat pemrosesan. Ini diproses dengan cara destilasi, reverse osmosis, atau deionisasi.

Sementara, air mineral sesuai dengan namanya yakni mengandung mineral alami tanpa proses penambahan atau proses pengurangan zat apapun di dalamnya. Ini adalah jenis Air Minum Dalam Kemasan yang paling populer. Ada juga air beroksigen yaitu air mineral atau air demineral, yang telah ditambahkan oksigen dalam jumlah tertentu.

Salah satu merek air beroksigen adalah Super O2 Oxygenated Drinking Water dengan karakteristik warna kemasan biru dan Cleo Oxygenated Water dengan warna kemasan oranye. Air beroksigen baru-baru ini populer dengan menawarkan manfaat kesehatan yang lebih baik, termasuk mengembalikan ion yang hilang dengan cepat dan penyebaran oksigen yang lebih meningkat.

Dari indonesia untuk dunia

Selanjutnya, air dengan pH tinggi atau air alkali adalah Air Minum Dalam Kemasan yang mengalami proses elektrolisis maupun ionisasi. Air ini memiliki sifat basa dengan kandungan mineral seperti magnesium, kalsium, kalium, silika, dan bikarbonat.

Pada umumnya memiliki rasa lebih tawar dengan sifat asamnya yang sangat samar. Selain itu, merek air mineral ber pH tinggi juga memiliki molekul air yang kecil, sehingga proses penyerapan air di talam tubuh pun menjadi lebih efisien dan cepat. Contoh merek dagang air alkali adalah Eternalplus (E+) dan Pristine 8+ yang tersedia di supermarket.

Memilih Air Minum Dalam Kemasan

Perbedaan sedikit rasa dari Air Minum Dalam kemasan sangat lumrah sesuai dengan sensitivitas lidah dan jenis air yang dikonsumsi. Dengan demikian, semua Air Minum Dalam Kemasan sangat baik untuk kesehatan selama tidak berbau, berwarna jernih dan bersumber dari air yang tidak tercemar baik bakteri patogen maupun limbah.

Dengan memenuhi kebutuhan air minum sesuai aturan, maka akan menjaga kesehatan tubuh setiap harinya. Setelah mengetahui sejarah dan perkembangan tren dari Air Minum Dalam Kemasan, maka anda akan memahami bahwa saat ini kehidupan modern hampir tidak mungkin menolak kebutuhan dari air kemasan. Hal ini terbukti kian banyaknya variasi dan produsen air minum kemasan yang ada di Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *