3 Rempah Kayu untuk Aroma Masakan Indonesia

Daftar Isi

Indonesia merupakan negara yang kaya akan rempah-rempah. Aneka rempah yang dihasilkan dapat berupa batang, bunga, daun, kayu, hingga rimpang. Dari segala bentuk rempah yang terdapat di Indonesia, masing-masing rempah memiliki kegunaannya tersendiri. Rempah tersebut hadir dalam setiap masakan Indonesia dan menjadi pelengkap masakan. Dari banyaknya bentuk rempah, terdapat tiga rempah kayu untuk aroma masakan Indonesia. Berikut penjelasannya.

Kayu Manis

Rempah kayu untuk aroma masakan Indonesia yang pertama dan yang paling terkenal adalah kayu manis. Ini merupakan rempah yang paling banyak digunakan di seluruh dunia termasuk Indonesia, baik itu dimanfaatkan sebagai bumbu masakan maupun sebagai pengobatan alami. Kayu manis adalah rempah yang berasal dari kulit beberapa spesies genus pohon cemara Cinnamomum, yang termasuk dalam keluarga laurel.

Kayu manis telah lama digunakan dan diketahui telah diimpor ke Mesir pada awal 2000 SM. Rempah kayu ini merupakan salah satu komoditas penting dalam jalur perdagangan rempah di Indonesia. Saking berharganya, kayu manis sangat dihargai di antara bangsa-bangsa kuno lantaran memiliki nilai manfaat yang tinggi dalam dunia kuliner dan pengobatan.

Kayu manis memiliki salah satu senyawa aktif yang disebut cinnamaldehyde. Senyawa tersebut merupakan komponen penting yang menjadikan kayu manis memiliki nilai yang tinggi. Rempah kayu yang paling popular dan digunakan di seluruh dunia ini dijual dalam dua bentuk, yaitu bentuk batang utuh (gulungan), dan juga kayu manis bubuk.

Setidaknya, terdapat beberapa jenis kayu manis yang tersebar di seluruh dunia, dan yang paling populer berasal dari Sri Lanka dan Cina, meskipun kayu manis tumbuh di seluruh Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Jenis kayu manis yang pertama ialah Cinnamomum cassia, merupakan varietas yang paling populer di Asia Timur dan Amerika Serikat.

Cinnamomum cassia atau cassia ditandai dengan duri berwarna gelap, tebal, dan kasar dalam bentuk spiral ganda, dengan rasa pedas dan pahit karena tingginya kadar cinnamaldehyde. Varietas kayu manis ini juga mengandung minyak atsiri yang lebih banyak, sehingga menjadikannya lebih pedas. Varietas kayu manis lainnya ialah Cinnamomum loureiroi atau kayu manis Vietnam atau Saigon. Kadar cinnamaldehyde dan coumarin pada Cinnamomum loureiroi ini adalah yang tertinggi dari semua varietas kayu manis. Cinnamomum loureiroi membumbui kaldu untuk pho dan sup Vietnam lainnya.

Varietas lainnya dinamakan Cinnamomum burmannii, yaitu kayu manis Indonesia. Varietas ini berciri khas dengan rasa yang kurang pedas dibandingkan kayu manis cassia dan Vietnam. Cinnamomum burmannii paling banyak digunakan dalam rendang daging sapi. Terakhir yaitu Cinnamomum verum, alias Cinnamomum zeylanicum, atau yang dikenal sebagai kayu manis Ceylon merupakan kayu manis yang berasal dari Sri Lanka dan populer di seluruh Asia Selatan dan Meksiko.

Dalam dunia kuliner, kayu manis paling sering digunakan sebagai penyedap rasa karena kayu manis memiliki rasa dan aroma yang pedas, yaitu perpaduan antara rasa pedas, manis, dan sedikit pahit. Selain itu, kayu manis juga digunakan sebagai penambah aroma sekaligus penghilang bau amis atau bau tak sedap pada hidangan. Pada dasarnya, kayu manis adalah rempah serbaguna yang digunakan baik dalam hidangan manis maupun hidangan gurih.

Di Indonesia, kayu manis umum digunakan sebagai bumbu dari rendang daging sapi. Di negara lain khususnya Meksiko, kayu manis hadir dalam pembuatan coklat. Ia juga kerap digunakan dalam masakan ayam dan domba yang gurih. Di negara lainnya misalnya di Amerika Serikat dan Eropa, perpaduan kayu manis dan gula menjadi bumbu utama dari sereal, hidangan berbahan dasar roti, dan buah-buahan khususnya apel.

Kegunaan kuliner kayu manis lainnya yaitu sebagai bahan pengawet, dan menjadi bahan dasar dalam pembuatan minuman Natal yaitu eggnog. Di Portugis dan Turki, kayu manis dimanfaatkan dalam hidangan manis dan gurih. Bubuk kayu manis menjadi bumbu dalam pembuatan kue, roti, pudding, dan minuman. Bubuk kayu manis juga merupakan penting dalam meningkatkan cita rasa masakan Persia.

Kayu Secang

Secang atau sepang (Biancaea sappan L. Tod.) adalah rempah kayu yang berasal dari anggota suku polong-polongan (Fabaceae). Secang dimanfaatkan bagian pepagan, dan kayunya menjadi komoditas dalam perdagangan rempah-rempah. Ini diperdagangkan antar bangsa hingga penghujung abad ke-19, namun seiring waktu, nilainya menurun sehingga tak lagi dikategorikan sebagai komoditas.

Kayu secang tidak memiliki asal-usul yang jelas, namun yang pasti, kayu secang telah lama dibudidayakan di beberapa negara termasuk India, Malaysia, Asia Tenggara, dan samudera Pasifik. Di Indonesia, kayu secang memiliki sebutan yang berbeda di setiap daerah. Di Aceh, secang disebut dengan seupeueng, dalam bahasa Batak, ia disebut dengan sepang, dan dalam bahasa Betawi, kayu ini disebut sepang atau secang.

Kayu secang merupakan rempah kayu yang digunakan terutama sebagai penghasil bahan pewarna dan juga bahan obat tradisional. Ia juga dimanfaatkan sebagai penghasil zat pewarna, mulai dari pewarna makanan, pakaian, anyaman, dan barang-barang lain. Namun, kegunaannya lebih luas lagi, ia juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan sebagai bahan campuran minuman di Indonesia.

Sebagai bahan baku obat, kayu secang kerap dimanfaatkan sebagai pengelat (astringensia), dengan kandungan utamanya yaitu brazilin. Kandungan tersebut telah diuji dan dinilai memiliki sifat antioksidan, antibakteri, anti-inflamasi, anti-photoaging, hypoglycemic (mengurangi kadar gula darah), vasorelaxant (merelaksasi pembuluh darah), hepatoprotective (melindungi hati) dan anti-acne (anti jerawat). Selain itu, ekstrak kayu secang dinilai memiliki sifat anti-tumor, anti-virus, immunostimulant, dan lain sebagainya.

Kayu secang juga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan teh herbal dan jamu (terutama di Jawa) yang dapat mengobati diare. Para peneliti telah membuktikan bahwa kayu secang efektif dalam membasmi bakteri penyebab diare karena mengandung sifat antibakteri di dalamnya. Dalam hal kuliner, ia banyak digunakan sebagai bagian dari bahan pembuatan minuman tradisional khas Jogja yaitu wedang uwuh dan wedang secang.

Kegunaan rempah kayu ini tak hanya terbatas sampai di situ saja. Kayu secang merupakan dikenal sebagai kayu yang kuat, tahan lama, dan memiliki warna yang indah, sehingga kerap kali dijadikan bahan dalam dalam pembuatan perkakas rumah tangga. Namun, karena tidak adanya eksemplar kayu dengan ukuran yang besar dan panjang, sehingga kayu secang lebih umum digunakan untuk pembuatan perkakas kecil, seperti kayu lis dan pigura, pasak dan paku kayu dalam pembuatan perahu, dan lain-lain.

Kayu Mesoyi

Rempah kayu untuk aroma masakan Indonesia yang terakhir iala kayu mesoyi. Rempah kayu ini berasal dari pohon Cryptocarya massoia yang merupakan jenis pohon yang masih berkerabat dekat dengan pohon penghasil kayu manis. itu sebabnya, mesoyi atau masoi ini tampak serupa dengan kayu manis meskipun kayu mesoyi tidak begitu populer.

Meski tampak serupa dengan kayu manis, namun kayu mesoyi dapat dikenali dengan ketebalan kayu yang lebih tebal daripada kayu manis, dengan ciri khas yaitu serat yang kasar. Secara umum, kayu mesoyi paling banyak digunakan sebagai tanaman obat. Masyarakat Indonesia pun lebih mengenal mesoyi sebagai rempah obat yang digunakan sebagai bagian dari bahan pembuatan jamu atau minuman kesehatan lainnya.

Di Papua, mesoyi dikenal dengan aikor atau aikori, yaitu tanaman obat. Sama halnya dengan Maluku, rempah kayu ini juga lebih dikenal sebagai tanaman obat. Ia dijadikan tanaman obat karena dipercaya mampu meredakan nyeri sendi akibat rematik, mengatasi kejang perut, menurunkan demam, menambah sel darah merah, mengembalikan vitalitas, hingga menambah energi bagi orang yang baru sakit.

Pada dasarnya, kayu mesoyi lebih banyak dimanfaatkan sebagai obat herbal daripada sebagai bumbu masakan. Meski demikian, kayu mesoyi juga masih bisa digunakan sebagai bumbu pelengkap pada masakan. Sebagai bumbu masakan, biasanya kayu mesoyi akan memberikan aroma yang khas. Selain itu, ia juga akan memberikan warna merah kecokelatan pada suatu sajian agar lebih menarik. Sehingga, penggunaan kayu mesoyi sebagai bumbu masakan juga harus diperhitungkan.

Dalam kuliner Indonesia, rempah kayu mesoyi paling banyak digunakan pada hidangan berupa soto, tongseng, ragam masakan dengan kuah santan, serta berbagai olahan daging. Penting untuk diingat bahwa sebaiknya gunakan kayu mesoyi sebagai bumbu masakan dalam jumlah kecil saja, karena jika terlalu banyak, kayu mesoyi akan mengakibatkan rasa masakan menjadi lebih sepat dan pahit.

Sebagai bumbu masakan, rempah kayu yang satu ini bisa digunakan dengan cara yang sama ketika menggunakan kayu manis. Dan karena tidak bisa digunakan terlalu banyak, untuk hidangan daging, gunakan 2cm mesoyi untuk satu kilogram daging. Pada hidangan lainnya, rempah kayu ini bisa langsung dimasukkan ke dalam masakan berkuah atau ditumis terlebih dahulu bersama bumbu halus hingga aromanya keluar sepenuhnya. Setelah dimasak selama kurang lebih satu jam bersama hidangan berkuah atau tumisan, mesoyi akan mengembang dan mudah patah atau pecah.

Rempah kayu untuk aroma masakan Indonesia tidak begitu banyak, namun rempah kayu tersebut tentunya dapat melezatkan setiap hidangan Indonesia dengan karakteristiknya masing-masing. Selain itu, rempah kayu di atas juga memberikan manfaat yang luas pada kehidupan sehari-hari, baik dalam kuliner, pengobatan, hingga peralatan rumah tangga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *