Nasi Uduk vs Nasi Lemak, Serupa Tapi Tak Sama

Nasi uduk dan nasi lemak mungkin sekilas tampak mirip, khususnya pada bahan utamanya, yaitu nasi yang dimasak dengan santan serta beragam bumbu yang digunakan. Selain itu, keduanya juga merupakan warisan kuliner yang dibawa oleh bangsa Melayu, dan merupakan hasil akulturasi dari dua budaya. Namun jika diketahui secara detail, terdapat beberapa perbedaan yang mungkin belum Anda ketahui. Apa saja sih perbedaannya? Simak penjelasan berikut ini.

Nasi Uduk

Nasi uduk adalah beras yang diaron dan dikukus dengan santan serta diberikan tambahan bumbu yakni daun serai, jahe, kayu manis, merica, dan pala. Nasi uduk dikenal dengan hidangan khas Betawi yang telah menjadi bagian dari menu sarapan bagi sebagian besar warga Jakarta.

Nasi uduk biasanya disajikan dengan lauk pendamping seperti telur iris, telur dadar, orek tempe, tahu, ayam goreng, sambal balado, kerupuk, dan taburan bawang goreng, serta terkadang ada yang menambahkan nasi uduk dengan bermacam-macam gorengan misalnya bakwan, tempe goreng, dan lain-lain. Dengan harga yang murah, nasi uduk menawarkan rasa yang sangat gurih, serta tambahan berbagai lauk yang mengenyangkan. Tentu ini menjadi sarapan favorit warga Jakarta.

Apapun Bumbunya, Tidak Pakai Pengawet

Di Jakarta sendiri, harga nasi uduk terjangkau, yaitu rata-rata 10.000 per porsi. Saat berada di Jakarta, nasi uduk akan sangat mudah ditemukan di beberapa warung pinggir jalan. Beberapa warung pinggir jalan yang menjual nasi uduk hanya buka pada pagi hingga sore hari, atau malam hari, tergantung pada demografi wilayah sekitarnya. Namun, ada pula beberapa warung nasi uduk yang menjual hidangan ini pada sore hari hingga tengah malam, seperti di sekitaran kantor.

Secara etimologi, kata ‘uduk’ dari nasi uduk memiliki arti ‘susah’, yang merujuk bahwa di zaman dahulu, nasi uduk sering dikonsumsi rakyat kecil, para petani, dan pekerja kasar. Ada juga yang beranggapan bahwa istilah ‘uduk’ serupa dengan istilah ‘aduk’, maka, hidangan ini memiliki arti ‘nasi campur’ atau ‘nasi yang diaduk’.

Dalam beberapa acara atau pada upacara tertentu, nasi uduk seringkali dihidangkan dengan masakan tradisional Jawa, misalnya urap, tempe goreng, sambal goreng yang terdiri dari kentang, krecek atau kulit sapi, ikan teri, dan lain-lain. Lalu, bisa juga ditambahkan dengan berbagai makanan sumber protein seperti telur rebus, tahu goreng, dan tempe goreng.

Berbeda halnya pada acara slametan, pada acara ini, nasi uduk umum dihidangkan dengan telur goreng yang diiris tipis, telur bumbu atau rendang, bahkan tak jarang orang menambahkan mie goreng, bihun goreng, kerupuk atau rempeyek sebagai pelengkap hidangan nasi uduk.

Sedangkan nasi uduk yang populer di Jakarta, merupakan perpaduan antara nasi uduk khas Jawa dan nasi lemak khas Melayu. Nasi uduk yang sering ditemukan di Jakarta biasanya dihidangkan bersama semur jengkol sebagai bagian dari sentuhan Betawi, serta tambahan beberapa ciri khas nasi lemak dari Melayu yakni teri kacang yang tidak pedas serta dimasak dalam bentuk orek.

Sejarah

Sejarawan kuliner berpendapat bahwa nasi uduk merupakan bentuk persilangan antara dua budaya, yaitu Melayu dan Jawa. Terdapat hubungan erat antara kota bandar pelabuhan Malaka dan Batavia dalam hal perdagangan dan migrasi. Ada sebuah pendapat bahwa orang yang bermigrasi ke Batavia membawa masakan khas Melayu, yakni nasi lemak. Di sisi lain, pendatang suku Jawa, tepatnya dari Mataram, terbiasa memasak sega gurih, yaitu nasi yang dimasak dengan santan.

Namun, ada pula yang berspekulasi bahwa nasi uduk berasal dari buah pikir Sultan Agung dari Mataram, yang memiliki pengalaman memakan nasi kebuli dan terinspirasi olehnya. Sultan Agung yang gemar memakan nasi kebuli, yaitu nasi dari Arab yang populer di kalangan keturunan Arab di Indonesia. Kemudian dari kegemarannya memakan hidangan khas Arab tersebut, Sultan Agung memutuskan untuk membuat versi lokal dari hidangan Arab.

Pada akhirnya, nasi uduk mulai dibuat oleh para penduduk pulau Jawa dan semakin dipopulerkan oleh Hindia Belanda. Bahkan nasi uduk menjadi bagian dari budaya upacara adat di pulau Jawa yaitu pada upacara “terima kasih” yang dikenal dengan slametan.

Para pendatang dari pulau Jawa mulai memperkenalkan nasi uduk ke Batavia pada tahun 1628, yang kemudian menjadi hidangan populer warga Batavia khususnya sebagai menu sarapan mereka. Di Jakarta, orang Betawi yang menjual nasi uduk kerap menambahkan sentuhan Betawi, yaitu semur jengkol. Hidangan ini pun populer di Suriname dan Belanda. Nasi uduk memiliki nama di Belanda, yakni rijst vermengd met onrust van de liefde (disingkat jaloerse rijst).

Nasi uduk pertama kali dijual di Jakarta tepatnya di daerah Kebon Kacang, Tanah Abang. Nasi uduk Kebon Kacang memiliki ciri khasnya tersendiri yaitu daun pisang yang berbentuk seperti kerucut yang digunakan sebagai pembungkusnya, serta taburan bawang goreng yang melimpah.

Berdasarkan sejarahnya, nasi uduk adalah bentuk atau versi lain dari makanan yang serupa melalui persilangan dua budaya. Dari bentuk persilangan itulah yang akhirnya menciptakan nasi uduk yang sangat populer sebagai menu sarapan bahkan hingga saat ini.

Nasi uduk memiliki dua variasi penyajian, yaitu ada yang hanya menghidangkan nasi uduk dengan daun pisang yang berbentuk kerucut sebagai pembungkus, namun ada juga yang menjual nasi uduk dengan bermacam-macam isian yang lengkap. Terlepas dari hal tersebut, nasi uduk tetaplah menjadi hidangan favorit banyak orang lantaran rasanya yang gurih lezat.

Nasi Lemak

Nasi lemak adalah hidangan khas Melayu yang banyak ditemukan di Malaysia. Nasi lemak menjadi salah satu hidangan nasional Malaysia. Nasi lemak juga banyak ditemukan di Brunei dan Singapura sebagai salah satu hidangan untuk sarapan pagi. Dalam bahasa Melayu, istilah ‘lemak’ merujuk pada rasa serta tekstur gurih berminyak yang dihasilkan oleh santan kelapa.

Di Indonesia, nasi lemak cukup populer di beberapa wilayah, khususnya daerah Kepulauan Riau, Pekanbaru, dan Sumatera Utara sebagai hidangan tradisional mereka. Nasi lemak terbuat dari nasi yang dimasak dengan santan kelapa untuk menghasilkan cita rasa yang gurih. Tak jarang, daun pandan dimasukkan pada saat nasi lemak sedang dimasak agar aromanya lebih keluar.

Secara umum, nasi lemak biasanya dihidangkan dengan telur rebus, telur dadar, atau telur mata sapi, teri goreng, ikan bilis, irisan mentimun, serta sambal. Namun dengan berkembangnya zaman, nasi lemak kini telah dijual dengan berbagai lauk pauk. Lauk pauk tersebut seperti tahu, tempe, petai, ayam goreng, daging, sate, ikan, limpa, udang, hati sapi, cumi-cumi, sotong, dan masih banyak lagi.

Sambal yang digunakan pada nasi lemak adalah perpaduan dari cabai merah kering, bawang putih, bawang merah, dan terasi atau balcan. Ada juga yang menambahkan irisan serai untuk memperkuat aromanya. Nasi lemak biasa disajikan dengan bungkus yang berasal dari daun pisang yang dibentuk menyerupai kerucut.

Nasi lemak menawarkan perpaduan sempurna antara nasi yang kaya dan aromatik, yang dimasak dengan santan dan daun pandan, ditambah dengan berbagai lauk pauk ikan bilis goreng, irisan telur, irisan mentimun, serta sambal yang menciptakan rasa pedas pada hidangan tersebut.

Sejarah

Pada awalnya, nasi lemak bukanlah satu-satunya menu sarapan sehari-hari. Kebiasaan mengonsumsi nasi lemak untuk sarapan bermula dari para petani padi atau pekerja perkebunan seperti kelapa sawit, karet, sayur-sayuran, dan lainnya yang membawa hidangan satu ini sebagai bekal mereka.

Nasi lemak pertama kali dikenal di wilayah Malaya sebagai hidangan masyarakat Melayu yang ditambahkan dengan kacang dan ikan bilis sebagai lauk pendamping nasi lemak khas Melayu tersebut. Istilah “lemak” pada hidangan ini menunjkkan rasa serta tekstur gurih berminyak yang dihasilkan santan kelapa.

Nasi Uduk vs Nasi Lemak

Asal

Nasi uduk dan nasi lemak merupakan warisan kuliner yang dibawa oleh bangsa Melayu ke Indonesia. Namun, terdapat perbedaan di antara keduanya. Nasi uduk dibawa bangsa Melayu ke Batavia. Kemudian, bangsa Melayu bertemu dengan orang Jawa yang sedang bertempur di Batavia dengan VOC. Perpaduan dari budaya itulah yang kemudian menghadirkan nasi uduk.

Sementara nasi lemak adalah hidangan yang dibawa oleh bangsa Melayu setelah kedatangan Portugis ke Malaka, itu sebabnya nasi lemak lebih terkenal di wilayah Sumatera, khususnya di Riau dan Pekanbaru. Dari hasil akulturasi inilah yang kemudian menghadirkan nasi lemak yang cukup populer hingga saat ini.

Meskipun keduanya merupakan hidangan dari hasil akulturasi, tetapi wilayah tempat ditemukan nasi uduk dan nasi lemak berbeda. Berdasarkan hal tersebut, Anda akan lebih sering menemukan nasi uduk di wilayah Jakarta dan Jawa, sedangkan nasi lemak akan mudah ditemukan di wilayah Sumatera.

Lauk Pendamping

Lauk pendamping nasi uduk cukup beragam, yaitu menggunakan lauk dengan cita rasa Sunda, Cina, serta peranakan kolonial, di antaranya adalah ayam goreng, tempe goreng, tahu, telur goreng yang diiris, bihun goreng, semur jengkol, dan tempe kering. Namun, nasi uduk juga bisa disajikan tanpa lauk, yang hanya berupa taburan bawang goreng saja. Sementara nasi lemak, lauk pendampingnya cenderung lebih berbumbu, misalnya seperti rendang sapi atau rendang ayam. Nasi lemak juga bisa disajikan dengan telur balado dan sambal teri kacang.

Bumbu yang Digunakan

Meski keduanya merupakan nasi yang dimasak dengan santan dan berbagai bumbu lainnya, namun bumbu yang digunakan tidaklah sama. Nasi uduk memiliki aroma yang khas, karena menggunakan banyak bumbu seperti santan, serai, lengkuas dan daun salam. Itu sebabnya rasanya pun akan sangat gurih karena campuran bumbu tersebut.

Nasi lemak, rasa yang dihasilkan tidak segurih nasi uduk, bumbu yang digunakan nasi lemak antara lain seperti santan, daun pandan, jahe, dan kayu manis. Berdasarkan bumbu yang digunakan, meskipun rasa dari nasi lemak tidak segurih nasi uduk, tetapi daun pandan pada nasi lemak membuatnya memiliki aroma khas.

Sambal

Sambal yang digunakan pada nasi uduk cenderung lebih encer dan berwarna oranye. Sambal nasi uduk umumnya terbuat dari cabai, garam, jeruk limau, serta kacang tanah. Maka dari itu, sambal nasi uduk terasa lebih pedas dan terdapat sedikit rasa asam.

Dari indonesia untuk dunia

Di sisi lain, sambal untuk nasi lemak lebih sederhana namun tetap menghasilkan rasa yang tak kalah pedas dari sambal nasi uduk. Sambal nasi lemak terdiri dari cabai, terasi, garam, dan bawang. Warna sambal pada nasi lemak berwarna merah dengan tekstur yang cukup kental karena ada terasi di dalamnya.

Waktu Konsumsi

Dari kedua hidangan hasil akulturasi, terdapat perbedaan dalam waktu konsumsi pada nasi uduk dan nasi lemak. Nasi uduk yang awalnya hanya disajikan sebagai menu sarapan, tetapi karena banyaknya peminat nasi uduk, kini nasi uduk juga bisa dikonsumsi pada waktu makan siang atau makan malam.

Sedangkan nasi lemak berdasarkan sejarah yang ada, tercatat bahwa nasi lemak diakui sebagai hidangan Melayu dan dipopulerkan hanya sebagai makanan sarapan, tidak seperti nasi uduk yang dapat dikonsumsi kapan pun.

Meskipun keduanya tampak serupa, namun itulah perbedaan yang tak banyak orang ketahui. Nah, berdasarkan penjelasan di atas, mana yang lebih Anda sukai? Untuk menu Nasi Uduk, kamu dapat mendapatkan bumbunya melalui link ini ya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *