Sarkofagus adalah batu atau wadah untuk menyimpan mayat yang diawetkan, yang dikenal dengan sebutan mumi. Meskipun sarkofagus pada awalnya dibuat untuk fungsi yang sama seperti peti, namun istilah ini lebih merujuk pada peti mati batu yang ditempatkan di atas tanah (tidak dikubur).
Dikarenakan mayoritas sarkofagus diletakkan di atas tanah dan untuk diperlihatkan ke publik, maka umumnya peti batu ini sering diukir atau dihias dengan sangat detail. Beberapa sarkofagus juga dibuat untuk berdiri sendiri, sebagian diletakkan pada sebuah pemakaman, sementara ada juga yang dengan sengaja menyimpan sarkofgus di ruang bawah tanah.
Sarkofagus juga terkadang tidak hanya dibuat dari batu-batu biasa, ada yang menggunakan logam dan batu kapur, terutama pada masa kekaisaran Romawi kuno yang juga menggunakan tradisi untuk menyimpan mumi. Namun kebiasaan ini tidak dilakukan lagi sejak kemunculan agam Kristen yang mewajibkan mayat untuk dikubur di dalam tanah.
Saat ini sarkofagus bergeser fungsinya karena adanya perubahan ideologi dan kepercayaan masyarakat mengenai benda kuno, sehingga menganggap sarkofagus bukan sebagai alat menyimpan, namun sebagai objek pemujaan yang dipercayai memiliki keagungan. Tradisi ini terdapat di Bali. Sementara di Indonesia secara umum, sarkofagus dulu dikenal sebagai peti mayat yang dibuat pada zaman megalitikum, yang pernah ada di Tapanuli, Sumba, Minahasa dan Jawa.
Sejarah Singkat Sarkofagus
Batu sarkofagus paling awal digunakan oleh Firaun Mesir dari dinasti ke-3, yang memerintah dari sekitar tahun 2686 hingga 2613 SM. Orang Mesir kuno percaya pada kehidupan setelah kematian, dan sarkofagus akan menjadi tempat tinggal abadi bagi mereka yang ada di dalamnya.
Di era kejayaan Mesir kuno, sarkofagus Firaun dan penduduk kaya didekorasi dengan sangat mendetail berupa ukiran dan lukisan wajah orang di dalamnya. Sarkofagus memang pertama kali dirancang untuk Firaun Mesir dan mencerminkan arsitektur kemewahan istana. Di Mesir kuno, Sarkofagus dibuat untuk menyimpan mumi keluarga dan dipahat dengan batu mineral khusus.
Perkembangan selanjutnya, pada dinasti ke-11 atau sekitar 2081 SM sarkofagus mulai berbentuk kotak dari kayu atau batu kapur yang digunakan rakyat biasa di Mesir dan di pantai Lebanon, Byblos. Pada dinasti ke-17 dibuat peti sarkofagus berbentuk menyerupai manusia dengan bentuk kepala potret. Ini terbuat dari lembaran papirus yang ditempel, kayu, tembikar, atau batu.
Pada abad berikutnya, tepatnya ketika pemerintahan dinasti ke-18 hingga ke-20 atau sekitar 1539-1075 SM, praktik penguburan dengan sarkofagus ini terus dilakukan dengan menyesuaikan penggunaan material berdasarkan tingkatan kelas. Sarkofagus juga ada yang berukuran besar dan mungkin menyimpan lebih dari satu peti mati.
Selain Mesir kuno, tradisi kerajaan Roma kuno dan Yunani juga dikenal menggunakan sarkofagus. Di daerah Aegea, sekitar Yunani, sarkofagus berbentuk persegi panjang dengan desain dicat yang rumit mulai digunakan secara umum pada zaman Minoa Tengah sekitar 2000–1570 SM. Terkadang sarkofagus menyerupai bentuk rumah atau bak mandi dengan pegangan besar.
Sementara suku Fenisia juga mengembangkan sarkofagus antropoid dari marmer putih yang tidak jauh berbeda dengan sarkofagus di Mesir pada abad ke-5 SM. Pada zaman Helenistik, era Yunani kuno, masyarakat Fenisia mulai membuat peti mati dari timah dan marmer yang diukir dengan rumit.
Sementara di Italia baru mulai mengikuti tradisi sarkofagus sekitar 600 SM, sementara setelah 300 SM sarkofagus pahatan digunakan oleh orang Romawi. Karakteristik dari sarkofagus Romawi adalah keberadaan ukiran sosok almarhum yang dibuat sangat mewah mulai dari tutup peti hingga bagian bawahnya.
Pada masa ini, ukiran pada sarkofagus dan harta karun di dalamnya masih menjadi objek penelitian yang terus dicari para sejarawan dan ilmuwan, untuk memetakan lebih banyak informasi dan wawasan tentang budaya kuno.
Fakta-fakta Sarkofagus
Sarkofagus selalu dikaitkan dengan hal-hal gaib dan menyeramkan. Beberapa orang juga mendengar kata sarkofagus identik dengan Firaun mesir. Meski tidak salah, namun masih banyak fakta-fakta sarkofagus yang menarik untuk dikaji dan penuh dengan nilai sejarah.
Bukan Hanya Peti Mati Biasa
Orang Mesir kuno percaya bahwa mengingat nama seseorang akan memastikan bahwa dia akan hidup di akhirat, jadi sarkofagus juga biasanya menyertakan nama orang atau orang yang terkubur di dalamnya. Sebagai dekorasi eksternal, daftar pencapaian almarhum juga biasanya diukir dan dituliskan pada sarkofagus. Sarkofagus keluarga kerajaan, ada yang terbuat dari emas murni atau perak.
Tak hanya itu, sarkofagus juga biasanya menyertakan daftar persembahan makanan yang harus dipenuhi, serta menggambar pintu bagi jiwa orang yang telah meninggal untuk dilewati ke alam lain, dan gambar mata agar orang yang meninggal dapat terus melihat dunia. Selanjutnya sarkofagus diukir agar terlihat persis seperti orang di dalam, termasuk mengikuti lekuk tubuh mumi di dalamnya.
Dimulai pada akhir abad ketiga belas, sarkofagus juga diletakkan di atas kereta luncur sehingga lebih mudah untuk dipindah-pindah. Sarkofagus adalah bagian penting dari proses penguburan yang rumit. Sarkofagus mempersiapkan orang yang telah meninggal untuk diawetkan, agar almarhum tidak pergi setelah kematiannya dengan membalsem tubuh dan membungkusnya dengan kain linen, sebuah proses yang dikenal sebagai mumifikasi.
Mayat itu kemudian ditempatkan dengan hati-hati ke dalam sebuah kotak yang muat di antara mumi dan peti mati. Peti mati kemudian akan ditempatkan di dalam sarkofagus. Terkadang, sarkofagus disajikan sebagai pengganti peti mati secara langsung. Beberapa sarkofagus tetap tersembunyi selama ribuan tahun, dan para arkeolog percaya bahwa masih banyaak rahasia dari sarkofagus yang “tertanam” di bumi.
Dikaitkan dengan Istilah Kutukan Firaun
Kutukan para Firaun adalah kutukan yang akan mengenai siapa saja yang mengganggu mumi orang Mesir kuno, terutama seorang Firaun. Kutukan ini tidak membedakan pencuri maupun arkeolog, sehingga siapapun dapat menerima kutukan tersebut. Kutukan ini berkembang dari mulut ke mulut dan diklaim dapat menyebabkan nasib sial, penyakit, atau bahkan kematian.
Sejak pertengahan abad ke-20, banyak penulis dan film dokumenter berpendapat bahwa kutukan itu dapat terjadi, namun memiliki penyebab yang dapat dijelaskan secara ilmiah seperti bakteri atau radiasi. Kemudian asal-usul cerita modern kutukan Firaun Mesir, diawali dari budaya Eropa, yang beranggapan bahwa kutukan firaun adalah fenomena budaya bukan ilmiah.
Oleh sebab itu terdapat pergeseran makna dimana orang yang dianggap mengganggu orang mati adalah sesuatu yang sakral, menjadi sebuah hiburan dan ide cerita untuk film horror. Meskipun kutukan Firaun sangat populer, namun faktanya tidak ada kutukan yang ditemukan tertulis di makam atau sarkofagus para Firaun. Dengan kata lain, bukti kutukan Firaun ini sangat sedikit sehingga dianggap sebagai mitos kerakyatan semata.
Mayoritas Sarkofagus Ditemukan di Saqqara, Mesir
Sarkofagus banyak ditemukan di sebuah situs pemakanam kuno yang disebut dengan Saqqara. Saqqara merupakan situs kuburan aktif selama 3.000 tahun dan telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Misalnya baru-baru ini tahun 2020 arkeolog menemukan sebanyak 100 sarkofagus dan peti mati yang sudah terkubur 2500 tahun yang lalu di Saqqara.
Ahli sejarawan menyebut penemuan ini adalah salah satu penemuan sarkofagus terbesar yang pernah ditemukan. Peti sarkofagus yang ditemukan terbuat dari kayu dengan patung-patung artefak mini di dalamnya. Ini di temukan di dalam sebuah sumur yang baru ditemukan di wilayah Saqqara.
Sebelumnya, di tahun 2018, juga ditemukan sarkofagus granit hitam seberat 30 ton. Di dalamnya ada sisa-sisa tiga mumi. Laporan awal menjelaskan bahwa tiga mumi tersebut merupakan perwira militer. Namun analisis tersebut ternyata salah, karena tes DNA mengungkapkan bahwa salah satu mayat adalah seorang wanita. Tidak seperti sarkofagus kelas kaya, tidak ada prasasti di sarkofagus atau barang yang dikubur dengan mayat di dalamnya, kecuali artefak emas kecil dan tiga lembar emas.
Sarkofagus Utuh Tertua di Dunia Berusia 4600 Tahun
Pada tahun 2002, sarkofagus utuh tertua yang pernah ditemukan berada di dekat piramida Giza di Mesir. Diperkirakan di dalam sarkofagus terdapat mumi berusia 4.600 tahun. Uniknya sarkofagus ini benar-benar utuh, tidak ada bukti pernah dibongkar atau disentuh oleh manusia lain. Padahal biasanya sarkofagus selalu menjadi objek perampokan oleh para bandit Mesir kuno, dan kemungkinan akan dirusak hingga 99 persen.
Sarkofagus tertua ini, terbuat dari batu kapur yang terletak 2 km dari bagian tenggara Sphinx. Ini merupakan wilayah dataran tinggi yang digunakan sebagai kuburan dari para pekerja pembuatan piramida di Mesir. Tepatnya temuan ini diyakini berasal dari Dinasti ke-4 atau sekitar 2613 SM – 2494 SM pada masa pemerintahan Khufu, pembangun Piramida Besar.
Mengamati dari hieroglif di makam, tertulis bahwa nama mumi di dalam sarkofagus adalah Ny-Nsw-Wesert, seorang pengawas proyek pembangunan piramida, serta pembangunan makam dan kuil. Dengan kata lain, alhmarhum ini adalah penanggung jawab dari berbagai bangunan peninggalan Mesir kuno.
Meskipun pemilik sarkofagus adalah orang yang cukup tinggi kelasnya, namun tampaknya dia tidak memiliki akses kekayaan yang besar, sehingga tidak ada emas ataupun barang berharga di dalamnya. Hanya berisi patung dan jimat yang dipercaya memiliki kekuatan ritual. Ini juga diisukan sebagai alasan sarkofagus tersebut tetap utuh, karena jimat telah melindungi pemakainya dari roh-roh jahat.
Sarkofagus Paling Terkenal di Dunia
Terdapat beberapa sarkofagus yang terkenal dari seluruh penjuru dunia dan selalu menjadi pembicaraan bagi para arkeolog dan peminat sejarah. Sarkofagus pertama adalah sarkofagus Tutahkhamun, seorang Firaun mesir. Dia merupakan raja muda Mesir kuno yang dibungkus dengan kain mumi dan menggunakan peti mati kayu yang hiasannya cukup rumit. Bagian luarnya adalah sarkofagus kokoh yang melindungi mumi ini dari kebusukan. Sarkofagus ini disebut juga KV62, yang merujuk pada tempat penemuannya yaitu Lembah Raja-raja Mesir—yang dianggap penuh dengan harta karun.
Sarkofagus populer selanjutnya yaitu milik raja Ahiram, seorang raja suku Fenisia atau dikenal juga sebagai raja Byblos. Sarkofagus ini diyakini berasal dari zaman perunggu akhir, sekitar abad ke-10. Setelah ditemukan, sarkofagus ini dipindahkan ke Museum Nasional Beirut. Di dalam sarkofagus terdapat peti mati yang bertuliskan tentang perdamaian abadi untuk kota Byblos dan kemenangan untuk segala jenis perang yang menentang masyarakat Fenisia.
Sarkofagus ketiga yang pernah ditemukan dan cukup populer terletak di Roma, Italia. Ini merupakan sarkofagus berbentuk pasangan. Sarkofagus pasangan dianggap berasal dari romawi pada abad ke-6 SM. Bentuknya menggambarkan pasangan yang sudah menikah berbaring di perjamuan bersama-sama di akhirat. Sarkofagus yang cukup unik ini dapat dilihat di Museum Nasional Etruscan Villa Giulia, Roma.
Beralih ke wilayah Asia, ternyata ada pula sarkofagus yang pernah ditemukan dan disebut St. Andrew Singapura, yang merujuk pada Saint Andrew yang sangat terkenal. Sarkofagus ini berasal dari pertengahan abad ke-8. Namun penemuan sarkofagus ini cukup rumit, karena butuh bertahun-tahun untuk menyatukan potongan sarkofagus tersebut. Pertama kali ditemukan tahun 1833, pada saat pembangunan Katedral St. Andrew, tetapi baru menemukan potongan utuh pada tahun 1922. Sarkofagus ini terdiri dari beragam ukiran mendetail dan menggambarkan sendi-sendi kehidupan yang dijalani oleh mumi di dalamnya, meskipun hingga saat ini para arkeolog belum dapat menyimpulkan identitas mumi tersebut.
Mempelajari sejarah dan informasi arkeologi memang memiliki daya tarik sendiri, termasuk topik tentang sarkofagus. Meskipun terkadang sejararawan tidak dapat menggambarkan kisah dibalik sarkofagus secara keseluruhan, terutama karena terbatasnya sumber. Namun mengetahui beragam penemuan, mulai dari sejarah dan fakta-fakta yang terkait sarkofagus pastinya akan menambah wawasan mengenai warisan budaya kuno.
Semoga artikel ini bermanfaat.