2 Cara Prediksi Kapan Malam Lailatul Qadar

Lailatul qadar adalah malam yang sangat dicari-cari oleh umat muslim sedunia. Dalam Surat Al-Qadar ayat satu sampai lima, disebutkan jika lailatul qadar adalah saat Al-Qur’an diturunkan ke bumi, dan pada malam ini juga Malaikat Jibril menyampaikan ayat pertama pada Rasulullah SAW.

إِنَّا أَنزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍ تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ

“Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala usrusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar” [Al-Qadar/97 : 1-5]

Apapun Bumbunya, Tidak Pakai Pengawet

Lailatul qadar juga sering disebut sebagai Malam Kekuatan, Malam Penilaian, Malam Pengukuran, dan juga Malam Takdir. Lalu karena arti dari Surat Al-Qadar tersebut, banyak ulama yang menetapkan jika seseorang tengah berbuat sebuah kebaikan yang bertepatan pada malam qadar, maka orang itu sama saja telah berbuat hal yang sama selama 1000 bulan, atau sekitar 84 tahun lebih.

Selain itu, lailatul qadar juga diketahui sebagai saat dimana para malaikat beserta malaikat Jibril turun ke bumi atas izin Allah SWT untuk mendengar do’a yang dipanjatkan oleh umat muslim di seluruh dunia. Pada surat Ad-Dukhan ayat tiga sampai enam juga dijelaskan jika Al-Qur’an sebenarnya turun pada malam lailatul qadar.

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ أَمْرًا مِنْ عِنْدِنَا ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui” [Ad-Dukhan/44 : 3-6]

Selain menjadi malam pengampunan dosa, lailatul qadar juga adalah malam yang penuh dengan keberkahan dan segala hal yang bermanfaat untuk kebaikan kita di akhirat kelak.  Karena di malam yang hanya bisa diperkirakan keberadaannya, yaitu pada malam-malam ganjil di 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Lalu sebenarnya, ada empat hal yang menandakan jika lailatul qadar tengah berlangsung, dan ini akan berlangsung hingga keesokan harinya, seperti:

Malam yang Tenang

Pada malam hari ketika lailatul qadar tiba, cuaca akan cerah tanpa awan dan sangat tenang. Suhu udara juga akan pas, tidak dingin dan tidak juga panas. Bahkan angin akan jarang terdengar, dan hanya bisa dirasakan oleh kulit. Hal ini juga senada dengan sebuah hadits:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَيْلَةُ الْقَدْرِ فِيْ الْعَشْرِ الْبَوَاقِيْ, مَنْ قَامَهُنَّ ابْتِغَاءَ حِسْبَتِهِنَّ فَإِنَّ اللهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَغْفِرُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ, وَهِيَ لَيْلَةُ وِتْرٍ, تِسْعٌ أَوْ سَبْعٌ أَوْ خَامِسَةٌ أَوْ ثَالِثَةٌ أَوْ آخِرُ لَيْلَةٍ, وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ َ: إِنَّ أَمَارَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَنَّهَا صَافِيَةٌ بَلْجَةٌ كَأَنَّ فِيْهَا قَمَراً سَاطِعاً سَاكِنَةٌ سَاجِيَةٌ, لاَ بَرْدَ فِيْهَا وَلاَ حَرَّ, وَلاَ يَحِلُّ لِكَوْكَبٍ أَنْ يُرْمَى بِهِ فِيْهَا حَتَّى تُصْبِحَ, وَإِنَّ أَمَارَتَهَا أَنَّ الشَّمْسَ صَبِيْحَتَهَا تَخْرُجُ مُسْتَوِيَةً, لَيْسَ لَهَا شُعَاعٌ مِثْلَ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ, وَلاَ يَحِلُّ لِلشَّيْطَانِ أَنْ يَخْرُجَ مَعَهَا يَوْمَئِذٍ.

Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul Qadr (terjadi) pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa yang menghidupkan malam-malam itu karena berharap keutamaannya, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang lalu dan yang akan datang. Dan malam itu adalah pada malam ganjil, ke dua puluh sembilan, dua puluh tujuh, dua puluh lima, dua puluh tiga atau malam terakhir di bulan Ramadhan,” dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya tanda Lailatul Qadr adalah malam cerah, terang, seolah-olah ada bulan, malam yang tenang dan tentram, tidak dingin dan tidak pula panas. Pada malam itu tidak dihalalkan dilemparnya bintang, sampai pagi harinya. Dan sesungguhnya, tanda Lailatul Qadr adalah, matahari di pagi harinya terbit dengan indah, tidak bersinar kuat, seperti bulan purnama, dan tidak pula dihalalkan bagi setan untuk keluar bersama matahari pagi itu,

Lalu ada juga sebuah hadits yang berarti:

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ: لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لاَ حَارَّةَ وَلاَ بَارِدَةَ, تُصْبِحُ شَمْسُهَا صَبِيْحَتُهَا صَفِيْقَةً حَمْرَاءَ

Ibnu Abbas radliyallahu’anhu berkata: Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Lailatul Qadar adalah malam tentram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah.” (Hadits Hasan)

Pagi yang Lembut

Menyambung dari poin pertama, tanda ini adalah tanda yang akan terjadi pada pagi hari setelah lailatul qadar berlalu. Pagi hari akan terbit dengan cerah, namun sinar matahari tidak akan menyengat hingga siang hari. Alih-alih berwarna kuning, sinar yang akan dihasilkan juga biasanya menjadi berwarna putih. Bahkan beberapa orang menganggap jika hari setelah lailatul qadar adalah hari yang sejuk dan lembut. Hal ini senada dengan sebuah hadits yang berarti:

بِالْعَلاَمَةِ أَوْ بِالآيَةِ الَّتِي أَخْبَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ لاَ شُعَاعَ لَهَا

“Dari Ubaiy bin Ka’ab, Rasulullah bersabda, ‘Pagi hari dari malam lailatul qadar terbit matahari tidak menyengat bagaikan bejana, sampai meninggi,'” hadis riwayat Muslim, Ahmad, Tirmidzi, dan Abu Daud.

Bulan dalam Posisi Separuh

Sebenarnya ini bisa digolongkan pada sesuatu yang opsional, karena semakin mendekati akhir bulan, maka bulan akan semakin melengkung sebelum akhirnya berganti menjadi bulan baru, yang dalam konteks ini juga menandakan jika bulan Ramadhan telah berakhir. Namun setidaknya, ada sebuah hadits yang berarti:

عن ابي هريرة رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ” تَذَاكَرْنَا لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَقَالَ: أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ”.. مسلم

Abu Hurairah RA berkata, ”Kami pernah berdiskusi tentang lailatul Qadar di sisi Rasulullah SAW, beliau berkata, “Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan.” (HR. Muslim)

Perasaan Bahagia

Poin ini sebenarnya tidak bisa dirasakan oleh orang banyak. Namun untuk orang-orang mu’min yang selalu bersungguh-sungguh, termasuk dalam mencapai keberkahan dari lailatul qadar, akan timbul sebuah perasaan bahagia seolah-olah orang itu baru saja merayakan sesuatu yang penting.

Lalu seperti yang telah dikatakan, menurut perhitungan Imam Al-Ghazali, terdapat cara untuk memprediksi kapan datangnya lailatul qadar yang penuh dengan berkah ini. Meskipun jika berdasarkan kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain dan I’anatut Thalibin, yang mempunyai rumus yang berbeda, hasil dari prediksi juga bisa sedikit berbeda. Berikut ini adalah rumusannya berdasar 2 kitab tersebut:

Kitab I’anatuth Thalibin dan Hasyiyah al-Jamal

Perhitungan ini adalah perhitungan pertama dari Imam Al-Ghazali, yang menurut Syekh Abul Hasan As-Syadzili, jadwalnya tidak pernah melenceng dari perhitungan ini sejak dirinya beranjak dewasa. Setidaknya perhitungan itu seperti:

  • Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29.
  • Awal Ramadan jatuh a pada hari Senin maka Lailatul Qadar akan terjadi pada malam ke-21.
  • Ketika awal Ramadan hari Selasa atau Jumat maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27.
  • Saat awal Ramadan hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25.
  • Awal Ramadan hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23.

Kitab Hasyiyah ash Shaawi ‘alal Jalaalain

Masak Enak Jadi Mudah

Ini adalah perhitungan ketiga yang dimiliki oleh Imam Al-Ghazali, yang sedikit berbeda jika dibandingkan dengan perhitungan pertama, karena perhitungan ini juga menyertakan hari ke-17 dan ke-19 dari bulan Ramadhan, yaitu:

  • Jika awal Ramadhan hari Ahad maka lailatul qodar malam 29
  • Jikalau awal Ramadhan hari Senin maka lailatul qodar malam 21
  • Ketika awal Ramadhan hari Selasa maka lailatul qodar malam 27
  • Saat awal Ramadhan jatuh pada hari Rabu maka lailatul qodar malam 19
  • Jika awal Ramadhan hari Kamis maka lailatul qodar malam 25
  • Jika awal Ramadhan hari Jumat maka lailatul qadar malam 17
  • Jika awal Ramadhan hari Sabtu maka lailatul qadar malam 23

Tetapi tidak hanya Islam Sunni saja yang berlomba-lomba untuk mendapatkan keutamaan dari lailatul qadar. Meskipun dengan cara dan alasan yang berbeda, ternyata orang-orang Syi’ah juga akan semakin giat untuk beribadah di 10 hari terakhir bulan Ramadhan. Karena mereka meyakini jika Ali bin Abi Thalib terbunuh pada waktu yang krusial ini.

Lalu terdapat sebuah pertanyaan, bagaimana tanda jika seseorang telah mendapatkan lailatul qadar? meskipun tanda-tandanya tergolong sangatlah umum dan cukup sulit untuk diidentifikasi pada beberapa orang, setidaknya ada 4 tanda umum yang menandakan jika seseorang telah meraih keberkahan lailatul qadar:

  • Berusaha Meningkatkan Kualitas Diri
  • Merasa Ibadah Belum Maksimal
  • Semakin Rendah Hati
  • Wajah Tampak Bercahaya

Namun terlepas dari segala tanda-tanda yang muncul serta adanya dua rumus prediksi yang berbeda, ada baiknya jika kita selalu memaksimalkan upaya kita untuk memanen pahala di bulan Ramadhan yang berkah ini. Karena selagi syaitan dan iblis dibelenggu, diharapkan kita bisa belajar untuk mengendalikan musuh nyata kita yang terdekat, yaitu hawa nafsu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *